Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Inkontinensia urine adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat mengontrol buang air kecil.
Kondisi ini sebenarnya umum, namun bisa menjadi pengalaman yang memalukan.
Tingkat keparahannya juga dapat bervariasi.
Penyebab yang paling umum adalah stress incontinence yang terjadi saat seseorang batuk atau bersin.
Seseorang juga bisa mengalami dorongan untuk buang air kecil secara mendadak dan di luar kendali, sehingga menyebabkan penderita mengompol.
Inkontinensia urine dapat berlangsung untuk waktu singkat maupun bertahun-tahun.
Durasi ini tergantung pada penyebabnya.
Baca: Asma (Asthma)
Baca: Batu Ginjal
Walau umumnya tidak berbahaya, inkontinensia urine juga dapat menandakan gangguan medis yang serius, contohnya, infeksi, pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, dan kanker.
Gejala
Gejala inkontinensia urine bisa berbeda-beda dan tergantung pada jenisnya, antara lain:
Stress incontinence disebabkan oleh kandung kemih yang mengalami tekanan ekstra.
Misalnya, saat seseorang batuk keras, bersin, tertawa, mengangkat barang berat, dan berolahraga berat.
Jumlah urine yang keluar pada stress incontinence biasanya sedikit.
Namun bila isi kandung kemih penuh, air seni yang keluar bisa saja banyak.
Urge incontinence terjadi ketika seseorang merasakan dorongan buang air kecil yang kuat dan tiba-tiba, tapi tidak bisa menahannya sebelum sampai ke toilet.
Dorongan buang air kecil tersebut dapat dipicu oleh perubahan posisi tubuh, mendengar suara aliran air, atau mengalami orgasme dalam hubungan seks.
Jenis inkontinensia urine ini termasuk dalam kumpulan gejala yang disebut overactive bladder symptoms.
Pada kondisi ini, otot kandung kemih menjadi lebih aktif.
Salah satu gejala overactive bladder symptoms adalah keinginan buang air kecil yang sering, termasuk beberapa kali saat tidur malam.
Kondisi ini muncul saat seseorang mengalami gejala inkontinensia urine, baik jenis stress incontinence maupun urge incontinence.
Inkontinensia urine ini juga disebut retensi urine kronis.
Air seni yang tertampung dalam kandung kemih tidak dapat dikosongkan secara total ketika seseorang buang air kecil, sehingga memicu pembengkakan kandung kemih.
Gejala overflow incontinence meliputi aliran urine kecil seperti menetes dan buang air kecil yang terasa tidak tuntas.
Inkontinensia urine ini merupakan jenis yang berat dan berlangsung terus-menerus.
Gejalanya berupa sering buang air kecil dalam jumlah sangat banyak (bahkan saat tidur malam).
Penderita juga bisa buang air kecil hanya sesekali dalam jumlah sangat banyak dan diselingi sedikit mengompol di antara frekuensi ini.
Mungkin saja ada tanda dan gejala inkontinensia urine yang tidak disebutkan.
Bila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
Baca: Diabetes Insipidus
Baca: Radang Usus
Penyebab
Inkontinensia urine bukanlah penyakit, melainkan gejala dari keadaan yang harus dicari pemicunya.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kebiasaan, kondisi medis tertentu, atau masalah fisik.
Oleh karena itu, penyebab inkontinensia urine akan tergantung pada jenis-jenisnya di bawah ini:
Jenis inkontinensia urine yang paling umum ini dialami oleh kebanyakan orang, terutama pada wanita yang pernah melahirkan atau sudah menopause.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan stress incontinence meliputi batuk, bersin, tertawa, mengangkat barang berat, dan berolahraga dengan intensitas tinggi.
Urge incontinence disebabkan oleh kontraksi otot dinding kandung kemih yang tidak dapat dikendalikan.
Akibatnya, keinginan pipis tidak bisa ditahan.
Penyebab inkontinensia urine meliputi perubahan posisi tubuh yang tiba-tiba, mendengar bunyi air mengalir, dan orgasme.
Jenis inkontinensia urine ini lebih sering dialami oleh pria dengan gangguan prostat, kerusakan kandung kemih, atau sumbatan pada uretra.
Penyebab utamanya adalah pembesaran prostat.
Pada functional incontinence, penderita mengetahui dirinya mengalami keinginan berkemih, tapi tidak bisa ke toilet.
Sebagai akibatnya, ia mengompol.
Penyebab jenis inkontinensia urine ini adalah gangguan pergerakan tubuh, kondisi linglung, dementia, masalah penglihatan, gangguan keseimbangan dan koordinasi, serta gangguan mental.
Jenis inkontinensia urine ini disebabkan oleh kelainan bawaan serta cedera pada saraf pada sumsum tulang belakang.
Selain penyebab di balik tiap inkontinensia urine tersebut, obat-obatan di bawah ini juga bisa menjadi pemicu:
• ACE Inhibitors
• Obat diuretik atau pil air
• Obat antidepresan
• Obat pada terapi penggantian hormon
• Obat sedatif
Obat-obatan tersebut bisa mengganggu proses penyimpanan dan pembuangan urine, atau meningkatkan jumlah urine yang diproduksi oleh tubuh.
Baca: Batu Empedu (Kolelitiasis)
Baca: Patah Tulang (Fraktur)
Pengobatan
Cara mengobati inkontinensia urine akan tergantung dari jenis, penyebab, dan tingkat keparahannya.
Kombinasi dari beberapa langkah pengobatan mungkin diperlukan.
Jika ada penyakit tertentu yang menyebabkan inkontinensia urine, kondisi ini harus ditangani lebih dulu.
Ada dua jenis penanganan inkontinensia urine yang bisa menjadi pilihan, yaitu tanpa operasi dan dengan operasi.
Metode penanganan inkontinensia urine tanpa pembedahan adalah sebagai berikut:
• Senam Kegel
• Bladder training
• Menyusun jadwal buang air kecil
• Perubahan gaya hidup
• Stimulasi elektrik
• Obat-obatan
- Alpha blocker
- Obat antikolinergik
- Mirabegron
- Estrogen
• Penggunaan alat medis
• Terapi intervensi
• Stimulasi saraf
Jika penanganan nonbedah tidak dapat efektif atau pasien tidak bisa menjalaninya, dokter bisa menganjurkan operasi.
• Sling procedure
• Bladder neck suspension
• Prolapsed surgery
• Artificial-urineary sphincter (sfingter uretra buatan)
Baca: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Baca: Fibrosis Paru
Pencegahan
Cara mencegah inkontinensia urine yang dapat dilakukan adalah mengurangi faktor risikonya dengan langkah-langah berikut:
• Menjaga berat badan dalam batas ideal
• Melakukan senam Kegel
• Tidak merokok
• Mengonsumsi makanan berserat untuk mencegah sembelit, yang juga bisa menyebabkan inkontinensia urine
• Menghindari iritasi kandung kemih dengan mengurangi konsumsi kafein, alkohol, dan makanan asam.
Baca: Osteoporosis
Baca: Arthritis (Radang Sendi)