Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tari Jaran Kepang adalah tarian rakyat yang banyak dikenal oleh masyarakat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah lebih dikenal dengan sebutan Jathilan.
Tari Jaran Kepang, Jaranan atau Kuda Lumping adalah kesenian rakyat atau tarian penunggang kuda (jaran) dengan kuda mainan yang terbuat dari bilahan anyaman bambu yang dirangkai sedemikian rupa lantas dijepit di antara dua kaki penarinya.
Kuda-kudaan tersebut ditambahkan aksesori serta pewarnaan sehingga bentuknya menyerupai kuda sungguhan.
Iringan musiknya sederhana, didominasi kenong dan terompet.
Pada mulanya Jaran Kepang bukanlah sebuah seni pertunjukan, bukan pula dinamakan kesenian karena memang zaman dulu belum dikenal istilah kesenian.
Jaran Kepang adalah bagian dari ritual menolak bala, mengatasi berbagai musibah, meminta kesuburan pada lahan pertanian, mengharap keberhasilan panen, dan juga supaya masyarakat aman dan tenteram.
Jaran Kepang berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu Jaran dan Kepang.
Keduanya berasal dari Bahasa Jawa. Jaran berarti kuda, sedangkan Kepang berarti anyam atau bambu yang dianyam. [1] [2] [3]
Baca: Tari Legong
Sejarah
Asal usul kesenian Jaran Kepang memang tidak tercatat dengan pasti di dalam sejarah.
Namun kesenian ini memang berkembang dan banyak ditemukan di daerah Jawa. Di antara lain, Tulungagung, Kediri, Nganjuk dan sekitarnya.
Wilayah-wilayah tersebut memang memiliki totem berupa hewan kuda.
Zaman dahulu, sebelum terpisahnya kegiatan manusia di hutan dan di desa.
Jaran Kepang merupakan sebuah bentuk persembahan dalam kinerja animisme atau kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda.
Manusia kala itu menggunakan jaran kepang untuk menyalurkan roh hewan yang sudah diburu.
Dengan adanya kemajuan peradaban, masyarakat Jawa menjadi lebih agraris. Sehingga adanya garis pemisah antara desa dan hutan.
Hal tersebut memunculkan konstruksi keyakinan bahwa Jaran Kepang menjadi penyalur roh terhadap leluhur (arwah) sebagai wujud memohon perlindungan dan mengirim doa.
Bagi masyarakat agraris sebagai awal lahirnya Jaran Kepang memang dalam menjaga ketahanan dan kestabilan desa dalam hubungan manusia dan makhluk lainnya sering melakukan ritual.
Masyarakat Jawa utamanya menganut ritual dalam wujud selamatan yang sering dilakukan dalam fase-fase penting pada kehidupan manusia.
Seperti kelahiran, tumbuh kembang seseorang bahkan kematian.
Salah satu selamatan yang cukup penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah bersih desa sebagai perwujudan memohon doa dan keselamatan desa dari marabahaya.
Selain itu bersih desa ditujukan kepada roh-roh penunggu desa.
Dalam bersih desa seringkali menyuguhkan pertunjukan Jaran kepang.
Pada pertujukan Jaran Kepang, sebelum gebrak (pertunjukan) harus meminta ijin pada pepunden yang ada di lingkungan tersebut.
Meminta ijin dalam istilah ini memberikan sesaji dan beberapa barang sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk memanggil roh leluhur yang ada di daerah tersebut untuk meminta ijin.
Sehingga hal tersebut juga membuat pemain jaran kepang menjadi lebih mudah kerasukan atau kesurupan.
Baca: Tari Poco-poco
Gerakan
Pada umumnya Tari Jaran Kepang gerakannya dilakukan oleh seluruh anggota gerak tubuh.
Mulai kaki, tangan, jemari tangan, bahu dan pundak, leher dan kepala, serta pinggang dan perut.
Dengan irama yang dinamis dan kuat, tari ini sungguh memerlukan tenaga yang cukup banyak.
Adapun delapan gerakan dalam tari jaran kepang:
Srisig merupakan gerakan kaki pada tarian ini. Penari akan berjinjit kemudian melakukan lari-lari kecil mengitari area tari atau membuat pola lantai yang melingkar. Saat srisig, posisi tangan penari terletak di pinggang sambil memegang selendang.
Nama lain dari ngithing adalah nyekithing. Gerakan ini dilakukan dengan menempelkan ibu jari dengan jari tengah, sehingga membentuk sebuah lingkaran. Sementara bagian jari yang lain ditekuk ke bawah.
Ngithing biasanya dipadukan dengan gerakan lain seperti ukel.
Seperti namanya, ukel adalah gerakan memutar yang dilakukan oleh bagian tangan.
Biasanya ukel membentuk arah yang berlawanan dengan jarum jam.
Saat ukel dilakukan, posisi tangannya bisa sambil ngithing maupun ngruji.
Oclangan adalah variasi gerak dari tarian Jaranan.
Sambil ngithing di depan perut dan salah satunya memegang jaranan, salah satu kaki penari di angkat ke atas.
5. Laku telu
Laku telu adalah jenis gerakan saat dua penari Jaranan saling berhadapan.
Posisi tangan berada di pinggang dengan tubuh yang mendak atau diturunkan ke bawah.
Apabila satu penari menghadap Utara, maka penari lainnya menghadap ke Selatan.
Ngruji adalah sebuah gerakan tangan yang paling sering dilakukan.
Posisi ini dilakukan dengan merapatkan empat jari kecuali ibu jari.
Posisi empat jari tersebut mengarah ke atas. Sementara ibu jari ditempelkan ke telapak tangan.
Obah adalah variasi gerakan bahu. Penari akan menggerakkan bahunya ke depan atau ke belakang.
Obah juga sering disebut sebagai obah bahu. Gerakan ini melibatkan sampur yang berada di bahu para penari.
Ngleyek adalah urutan gerak awal, yaitu posisi tubuh yang diturunkan dengan lutut yang tertekuk.
Ngleyek ini terdapat dua gerakan, yakni kanan dan kiri.
Saat penari melakukan ngleyek, posisi satu tangan berada di pinggang dan satunya lagi ngruji di samping bawah. [3] [4]
Baca: Tari Reog Ponorogo
Busana
Salah satu penari yang bertindak sebagai Ratu Shima akan membawa sebuah lonceng. Nah, lonceng dibunyikan saat kesenian ini akan dimulai. Bunyi lonceng dipercaya membawa hal mistis ke dalam tarian. Saat lonceng berbunyi, instrumen pun dimainkan.
3. Jaranan
Properti yang tak boleh ketinggalan dan menjadi ciri khas utama kesenian ini adalah adalah jaranan. Jaranan atau kuda-kudaan terbuat dari bambu yang dibuat variatif. Nanti mereka yang membawa jaranan adalah karakter para prajurit yang siap untuk berperang. Sebagian jaranan dicat hitam atau putih. [4]
Baca: Tari Jaipong