Dilansir Kompas.com, karena tak ingin keluarganya tahu jika ia diskors, siswi itu pun mengarang sebuah cerita untuk disampaikan kepada ayahnya, Brahim Chnina.
Siswa itu menceritakan, guru sejarahnya bernama Samuel Paty menginstrusikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas, supaya sang guru dapat menunjukkan "gambar Nabi yang telanjang".
Siswi tersebut bahkan tidak mengira, kebohongannya akan berujung pada hal yang mengerikan.
10 hari usai hal itu, Samuel Paty pun dibunuh ketika berjalan pulang ke rumahnya di COnflans-Saint-Honorine, sekitar 30 kilometer dari Paris, pada 16 Oktober 2020.
Ia dipenggal oleh Abdullakh Anzorov, seorang teroris yang termakan kabar di media sosial.
Kabar itu menyatakan bahwa Samuel Paty menunjukkan kartun Nabi di depan kelas.
Baca: 5 Film Korea Terbaru yang akan Tayang di Viu, Peninsula hingga Samjin Company English Class
Melansir The Guardian, Abdullakh Anzorov menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.
Lantas, keluarga Samuel Paty pun hancur, Perancis mengalami trauma, dan siswi tersebut beserta ayahnya menghadapi tuntutan pidana.
Menyenangkan Ayahnya
Le Parisien mengungkapkan, siswi yang disebut Z itu mengaku menuduh Samuel Paty, Minggu (7/3/2021).
Surat kabar itu melaporkan, Z mengaku kepada hakim anti-teroris bahwa dia telah berbohong seperti dilansir The Guardian.
Z mengaku, ia bahkan tak berada di kelas saat Samuel Paty dituduh menunjukkan kartun Nabi kepada para muridnya dari media satire Charlie Hebdo.
Le Parisien menyatakan, Z berbohong karena ia ingin menyenangkan Chnina.
"Dia tidak berani untuk mengakui kepada ayahnya alasan sebenarnya bahwa dia dikeluarkan sesaat sebelum tragedi itu, yang sebenarnya terkait dengan perilakunya yang buruk," lapor Le Parisien.
Kemudian, Samuel Paty mengajak para murid berdiskusi dan mengajukan pertanyaan "menjadi atau tidak menjadi Charlie?", pada 6 Oktober 2020.
Tema tersebut diangkat mengacu pada tagar #JeSuisCharlie yang digunakan untuk menyatakan dukungan untuk Charlie Hebdo, usai serangan teroris di kantornya pada Januari 2015.
Diketahui, serangan tersebut menewaskan 12 orang.
Dua hari kemudian, gadis tersebut memberi tahu kepada Chnina, Samuel Paty telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas, sebelum menunjukkan karikatur itu.
Dia berkata, ia telah menyatakan ketidaksetujuannya dengan guru dan ia telah menskornya dari kelas selama dua hari.
Usai mendengar hal itu, Chnina pria berusia 48 tahun itu, berbagi video di Facebook.
Pria kelahiran Maroko ini, mencela Samuel Paty dan meminta agar ia dipecat dari sekolah.
Ia juga mengunggah video kedua dengan menuduh Samuel Paty telah melakukan diskriminasi.
Kemudian, Chnina mengadu ke sekolah dan polisi.
Ia bahkan mengklaim, Samuel Paty bersalah, karena telah "menyebarkan gambar porno" dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah.
Baca: Panduan Lengkap Membuat Paspor, Ini Biaya dan Dokumen yang Perlu Disiapkan
Media sosial pun mulai gaduh. Hingga Abdullah Anzorov, seorang migran dari Chechnya yang tinggal di Normadia, termakan amarah oleh video Chnina.
Abdullakh Anzorov, pada 16 Oktober 2020, melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine.
Ia kemudian menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.
Saat Samuel Paty dalam perjalanan pulang, ia dibunuh dan dipenggal oleh Abdullakh Anzorov.
Akhirnya Mengaku
Sementara itu, Z tetap berpegang teguh pada kebohongannya.
Namun, akhirnya polisi memberi tahu Z bahwa beberapa teman sekelasnya telah mengonfirmasi bahwa Z tak hadir di kelas.
Bahkan, menurut siswa lain, Samuel Paty tidak menginstrusikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas seperti yang ia klaim.
Kemudian, saat itulah Z akhirnya mengakui kebohongannya.
Para penyelidik dilaporkan menyatakan, Z menderita inferiority complex dan mengabdi pada ayahnya.
Pengacara Z, Mbeko Tabula menegaskan, tragedi tersebut tak boleh jatuh pada pundak seorang gadis berusia 13 tahun.
Tabula menyatakan kepada Le Parisien, semua tragedi itu disebabkan perilaku ayahnya Z yang berlebihan.
"Klien saya berbohong, tetapi meskipun itu benar, reaksi ayahnya masih tidak proporsional," imbuh Tabula.
Chnina, yang tengah diselidiki lantaran 'terlibat dalam pembunuhan teroris', menyatakan kepada polisi bahwa ia merasa bodoh.
“Saya tidak pernah mengira pesan saya akan dilihat oleh teroris. Saya tidak ingin menyakiti siapa pun dengan pesan itu,” ujar Chnina.
“Sulit membayangkan bagaimana kita sampai di sini bahwa kita kehilangan seorang profesor sejarah dan semua orang menyalahkan saya,” imbuh Chnina.
Baca: Bahaya Ada Gejala Baru Virus Corona, Waspadai 5 Tanda Ini
Baca: Dijerat Korupsi dan Kini Ditahan, Mark Sungkar Bantah Kabar Dirinya dan Sang Istri Bercerai
Baca: Bantuan Kuota Gratis dari Kemendikbud Cair Hari Ini, Simak Cara Daftar dan Syaratnya
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya, KOMPAS.COM/ Danur Lambang Pristiandaru)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketika Kebohongan Siswi 13 Tahun Berujung Pemenggalan Samuel Paty, Terungkap Suka Bolos"