Belakangan ini nama Moldoko kembali mencuat lantaran adanya isu kudeta di tubuh Partai Demokrat.
Ditambah lagi, saat ini Moeldoko telah menerima tawaran menjadi ketua umum Partai Demokrat yang digelar melalui Kongres Luar Biasa ( KLB).
KLB yang mengatasnamakan Partai Demokrat ini diadakan di di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).
Lantas siapa sebenarnya sosok Moeldoko?
Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko SIP merupakan anak dari pasangan Moestaman dan Hj. Masfuah.
Moeldoko merupakan anak bungsu dari 12 bersaudara yang lahir di Kediri, Jawa Timur pada 8 Juli 1957.
Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko SIP menikah dengan Koesni Harningsih.
Dari pernikahannya ini dirinya dikaruniai dua orang anak, yakni Randy Bimantoro dan Joanina Rachma.
Moeldoko menyelesaikan pendidikan dasar dan SMP di tanah kelahirannya, Kediri.
Moeldoko kemudian melanjutkan pendidikan SMA di Jombang.
Lulus SMA, melanjutkan pendidikan di Akademi Militer (Akmil) Magelang.
Baca: Pernah Percaya dan Berikan Jabatan kepada Moeldoko, SBY: Saya Merasa Malu dan Bersalah
Baca: Moeldoko Ditetapkan Jadi Ketua Umum Partai Demokrat Hasil KLB, Berhasil Kalahkan Marzuki Ali
Moeldoko berhasil menyelesaikan pendidikan militer pada usia yang ke-24, tepatnya tahun 1981.
Tidak sekadar lulus, Moeldoko mendapat Bintang Adimakayasa, sebagai lulusan terbaik.
Di usia 57 tahun, Moeldoko berhasil mendapatkan gelar Doktor Ilmu Administrasi Negara di Universitas Indonesia.
Bahkan, Moeldoko lulus dengan nilai sangat memuaskan.
Kehidupan Moeldoko dulu jauh dari perkotaan.
Moeldoko kecil hidup di desa dan ikut membantu mengerjakan proyek pembangunan desa.
Bahkan Moeldoko ikut menyediakan batu dan pasir yang diangkut dari pinggir kali setiap pulang sekolah.
Hal itu dilakukan Moeldoko untuk membantu menopang kebutuhan keluarga.
• Akabri (1981)
• Kursus Dasar Kecabangan Infanteri
• Kursus Dasar Para
• Susjurpa Jumpmaster
• Sus Bahasa Inggris
• Sus Kasi Ops
• Suslapa-1 Inf
• Suslapa Inf
• Seskoad (1995) (Lulusan Terbaik)
• Sesko TNI (2001)
• Susdanrem
• Susstrat Perang Semesta
• PPRA XLII Lemhannas (2008)
Baca: KLB Partai Demokrat: Moeldoko Ditetapkan sebagai Ketua Umum, Marzuki Alie Jadi Ketua Dewan Pembina
Baca: Darmizal Yakin Moeldoko Akan Jadi Ketum Partai Demokrat Gantikan AHY dalam KLB yang Digelar Hari Ini
Karir Moeldoko juga terbilang mentereng.
Sebelum menduduki sebagai pejabat Istana Kepresidenan, Moeldoko terkenal mendabdi di TNI Angkatan Darat.
Moeldoko membuka karir militer sebagai Komandan Pleton di Yonif Linud 700 Kodam VII/Wirabuana setelah selesai pendidikan di Akmil.
Moeldoko memperoleh berbagai tugas militer.
Bahkan satu tugas penting yang pernah dilakukan Moeldoko adalaj menjalankan Operasi Seroja Timor-Timur.
Kemudian Moeldoko juga pernah mendapatkan tugas ke berbagai negara.
Moeldoko lalu sukses menjadi Kasdam Jaya pada tahun 2008.
Pria kelahiran Kediri ini mengalami tiga kali rotasi jabatan dan kenaikan pangkat selama kurun waktu 2010-2011.
Jabatan tersebut mulai dari Panglima Divisi 1/Kostrad, Panglima Divisi III/Siliwangi, dan menjabat sebagai Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhanas.
Moeldoko berhasil mencapai jabatan sebagai KSAD 2 tahun kemudian.
Karier Moeldoko tak berhenti di situ.
Di tahun yang sama, Moeldoko diangkat menjadi Panglima TNI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah memasuki masa pensiun, Moeldoko dipercaya menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia, tepatnya mulai tahun 2008.
Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko resmi terpilih sebagia Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB).
KLB tersebut dilakukan oleh kader Demokrat yang kontra kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY, pada Jumat (5/3/2021).
Lewat telepon, Moeldoko mengucapkan terima kasih kepada para kader.
Akan tetapi dirinya menanyakan apakah pemilihan sudah dilakukan sesuai AD-ART atau tidak.
"Saya berterima kasih, tapi sebelumnya ada beberapa pertanyaan saya kepada peserta forum, apakah pemilihan di kongres sudah dilakukan sesuai AD/ART partai?" kata Moeldoko, dikutip dari siaran Kompas TV, Jumat (5/3/2021).
Diberitakan Kompas.com, dia juga menanyakan kesiapan kader untuk bekerja bersama demi kepentingan nasional.
Apa kalian siap membangun partai dan memegang teguh komitmen demi bangsa dan negara tanpa kepentingan pribadi?" tanya dia.
"Siap," jawab para peserta KLB.
Penetapan Moeldoko sebagai ketua umum dilakukan oleh Jhoni Allen.
" Kongres Luar Biasa Partai Demokrat menimbang dan memperhatikan bahwa putusan menetapkan pertama, dari dua calon, atas voting berdiri, maka pak Moeldoko ditetapkan menjadi ketua umum Partai Demokrat," kata Jhoni.
Peserta pun riuh menyatakan setuju.
"Setuju!" teriak para peserta.
Selain Moeldoko, nama Marzuki Alie juga menjadi calon ketum.
Baca: Tanggapi Gugatan Jhoni Allen, Andi Mallarangeng : Lebih Baik Bikin Partai Baru Bersama Moeldoko
Baca: Kritikan Din Syamsuddin Pemicu Pelaporan GAR ITB, dari Balasan ke Moeldoko hingga UU Cipta Kerja
Kendati demikian dia mengundurkan diri dan ditetapkan menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Dalam forum yang sama, kepemimpinan AHY dinyatakan demisioner.
"Memutuskan pertama Dewan Pimpinan Pusat 2020-2021 yang diketuai AHY dinyatakan demisioner," ucap Jhoni.
Belum ada respon dari Partai Demokrat kubu AHY.
Beberapa waktu lalu, Moeldoko sempat tegas membantah isu kudeta.
Bahkan Moeldoko kaget dengan persoalan internal partai yang masih belum selesai, ketika namanya terang-terangan disebut SBY.
"Memang belum selesai di Demokrat? Saya pikir sudah selesai. Kan saya enggak ngikutin ya," kata Moeldoko di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (25/2/2021), dikutip Tribunnews.
Dirinya mengaku tak mengikuti perkembangan kasus itu.
"Sehingga dalam 3 minggu terakhir ini saya sibuk mengurusi itu ya. 3-4 minggu terakhir ini. Sehingga saya ga ngerti tuh perkembangan internal seperti itu, saya pikir sudah selesai," katanya.
Terkait hal ini, Moeldoko meminta semua pihak yang menudingnya tak terus-terusan menekan dirinya.
"Jadi janganlah menekan-nekan saya. Saya diam, jangan menekan-nekan dan saya ingin mengingatkan semuanya ya," katanya.
Karena dia mengaku sama sekali tak tahu tentang kudeta Demokrat.
"Jadi saya berharap jangan menekan saya seperti tadi saya katakan, saya tidak tahu situasi itu, saya pesan seperti itu saja karena saya punya hak seperti apa yang saya yakini. Itu saja makasih," pungkasnya.
Mantan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono buka suara terkait isu kudeta.
Dalam pidatonya, SBY secara terang-terangan menyebut nama Moeldoko.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu juga menyebut sederet nama yang menurutnya hanya dicatut Moeldoko, termasuk Presiden Jokowi.
Pidato SBY itu disampaikan saat memberikan pengarahan kepada pimpinan dan seluruh kader Partai Demokrat pada Senin, 22 Februari 2021, dan diunggah Kamis (24/2/2021).
Mulanya SBY bersumpah tetap menjadi kader Demokrat.
"Insya Allah sepanjang hayat dikandung badan, saya akan tetap menjadi kader Partai Demokrat dan akan menjadi benteng dan bhayangkara partai ini menghadapi siapapun yang mengganggu, merusak, merebut dan menghancurkan partai kita. Ini sumpah saya. Sumpah dan kesetiaan saya di hadapan Tuhan YME," tegasnya.
Kemudian dirinya langsung menyorot kudeta.
"Bagi orang luar yang punya ambisi untuk merebut dan membeli partai Demokrat saya katakan dengan tegas dan jelas Partai Demokrat nor for sale. Partai kami bukan untuk diperjual belikan meskipun Partai Demokrat bukan partai yang kaya raya dari segi materi, kami tidak tergiur dengan uang anda berapapun besarnya," ujarnya.
"Saya tidak percaya orang luar yang hendak mendongkel kepemimpinan Partai Demokrat dan kebetulan memiliki jabatan penting di pemerintahan itu sungguh mencintai partai. Yang dia inginan hanya kekuasaan semata. Kekuasaan yang hendak digunakan untuk maju Pilpres 2024," ucapnya.
Ia terang-terangan menyebut nama Kepala Staf Presiden Moeldoko.
"Secara pribadi, saya sangat yakin bahwa yang dilakukan Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden jokowi. Saya juga yakin Jokowi punya integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu," ujarnya.
Kemudian ia menyebut nama-nama yang ia yakini hanya dicatut.
"Partai Demokrat meyakini yang dilakukan Moeldoko itu sangat mengganggu dan merugikan nama baik beliau. Sementara itu, saya juga punya keyakinan bahwa nama Menkopolhukam Mahfud MD, dan Menkumham Yasonna Laoly juga dicatut namanya."
"Demikian juga nama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan KaBIN Jenderal Budi Gunawan yang juga disebut-sebut namanya. Partai Demokrat tetap percaya bahwa para pejabat tersebut memiliki integritas, betul betul tidak tahu menahu dan tidak masuk diakal mengganggu Partai Demokrat," bebernya.