Junta Militer Coba Tarik Dana Rp 14,3 Triliun Milik Bank Sentral Myanmar, Joe Biden Ambil Tindakan

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Pimpinan Junta Militer Myanmar --- Dalam foto file ini diambil pada 19 Juli 2020 Kepala Angkatan Darat Myanmar Min Aung Hlaing memberi hormat saat peringatan 73 tahun upacara Hari Martir di Yangon. Tambang, bank, minyak bumi, pertanian, pariwisata: Junta yang berkuasa di Myanmar memiliki kepentingan dalam sebagian besar ekonomi negara, memberikannya kekayaan kolosal - dan dijaga ketat - yang telah ditargetkan oleh Amerika Serikat dengan sanksi.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Junta militer Myanmar berusaha untuk memindahkan uang senilai 1 miliar USD yang disimpan di Federal Reserve Bank of New York (FRBNY) di Amerika Serikat.

Angka tersebut setara dengan Rp 14,3 triliun, dengan kurs Rp 14.339.

Hal itu dilakukan hanya beberapa hari setelah merebut kekuasaan pemerintahan sipil, 1 Februari 2021 silam.

Menanggapi aksi itu, pejabat AS langsung membekukan dana milik pemerintah Myanmar tersebut, kata tiga orang yang mengetahui masalah tersebut pada Reuters, sebagaimana diberitakan Al Jazeera, Kamis (4/3/2021).

Transaksi pada 4 Februari atas nama Bank Sentral Myanmar pertama kali diblokir oleh pengamanan Fed.

Pejabat pemerintah AS kemudian berhenti dalam menyetujui transfer, sampai perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden AS Joe Biden memberi mereka kewenangan hukum untuk memblokirnya tanpa batas waktu, kata seorang sumber pada Reuters.

Baca: KRONOLOGI LENGKAP Demo Myanmar sejak Kudeta Militer 1 Februari hingga Penembakan Brutal 38 Orang

Baca: Militer Myanmar Kian Brutal, Satu Hari 38 Pendemo Tewas: Pakai Peluru Tajam dan Ditembak Jarak Dekat

Para pengunjuk rasa bereaksi, dengan salah satunya melepaskan alat pemadam kebakaran, ketika gas air mata ditembakkan oleh polisi selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 2 Maret 2021. (STR / AFP)

Seorang juru bicara Fed New York menolak berkomentar tentang hal ini.

Departemen Keuangan AS juga menolak berkomentar.

Upaya tersebut dilakukan setelah militer Myanmar melantik gubernur bank sentral baru dan menahan pejabat reformis selama kudeta.

Biden mengatakan pada 10 Februari, AS tengah mengambil tindakan agar para jenderal Myanmar tak bisa mengakses dana 1 miliar USD milik pemerintah Myanmar itu.

Dua sumber mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa perintah eksekutif itu dirancang untuk memberi The Fed New York otoritas hukum untuk menahan cadangan Myanmar senilai $ 1 miliar tanpa batas waktu.

Baca: Demonstran Wanita Muslim Myanmar Ikut Terbunuh Setelah Ditembak Mati saat Ikut Demo Antimiliter

Baca: 18 Pengunjuk Rasa Myanmar Tewas selama Demo Antikudeta, Dunia Kutuk Tindakan Keras Junta Militer

Para pengunjuk rasa memegang perisai buatan sendiri saat mereka berlari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 3 Maret 2021. (STR / AFP)

Selanjutnya, cadangan Myanmar akan dikelola oleh bagian dari Fed New York yang dikenal sebagai Bank Sentral dan Layanan Akun Internasional (CBIAS), di mana banyak bank sentral menyimpan cadangan dolar mereka.

Panduan kepatuhan CBIAS, yang dipublikasikan pada tahun 2016, mengatakan pedoman Fed New York mencakup ketentuan untuk menanggapi perkembangan di negara-negara pemegang rekening.

"Jika diperlukan," katanya, departemen hukum bank "akan berkomunikasi dengan Departemen Luar Negeri AS untuk mengklarifikasi peristiwa terkini dan setiap perubahan yang dapat memengaruhi bank sentral dan kontrol terkait atas akun FRBNY".

Departemen Luar Negeri menolak mengomentari kabar ini ini.

Para jenderal Myanmar tampaknya secara tegas mengendalikan Bank Sentral Myanmar pada saat percobaan penarikan itu.

Baca: Mereka Bukan Tentara atau Polisi, Mereka Teroris: Seorang Wanita Pendemo Myanmar Ditembak Mati

Baca: Anarki di Jalanan Myanmar saat Massa Pendukung Junta Militer Menyerang Demonstran Antikudeta

Ribuan orang menghadiri pemakaman Nyi Nyi Aung Htet Naing, yang meninggal akibat luka tembak saat menghadiri demonstrasi menentang kudeta militer, dibawa saat pemakamannya di Yangon pada 2 Maret 2021. (STR / AFP)

Ketika militer mengambil alih kekuasaan di Myanmar pada 1 Februari, militer melantik gubernur bank sentral baru dan menahan pejabat ekonomi penting, termasuk Bo Bo Nge, wakil gubernur reformis dan sekutu Suu Kyi, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Hingga berita ini ditulis, dia masih ditahan.

Myanmar sendiri telah menghadapi berbagai sanksi internasional.

AS, Kanada, Uni Eropa, dan Inggris telah mengeluarkan sanksi baru setelah kudeta dan tindakan keras militer terhadap para demonstran.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada Kamis bahwa sedikitnya 54 orang telah tewas sejak kudeta.

Lebih dari 1.700 orang telah ditangkap, termasuk 29 wartawan.

(TribunnewsWiki.com/Nur)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer