Kali ini, yang menjadi target adalah Bandara Internasional Abha dan Pangkalan Udara Raja Khalid di wilayah barat daya Asir.
Juru Bicara Houthi, Brigadir Jenderal Yahya Saree, mengatakan dalam akun twitternya, serangan itu dilakukan dengan tiga drone tempur jenis Sammad-3 (Invincible-3) dan Qasef-2K (Striker-2K) yang diproduksi di dalam negeri.
Yahya Saree mengklaim serangan itu merupakan hak sah Yaman, sebagaimana diberitakan Press TV.
Pasalnya, Arab Saudi sendiri juga mendalangi perang yang menghancurkan orang Yaman.
Serangan drone itu terjadi hanya berselang beberapa jam setelah serangan rudal ke kota pelabuhan Jizan, sebelah barat daya Saudi.
Baca: CIA Yakin Putra Mahkota Arab Saudi Dalangi Pembunuhan, Joe Biden Sebut Anak Raja Salman Memalukan
Baca: Rencana Ambisius Putra Mahkota Arab Saudi, Ingin Jadikan Riyadh Salah Satu Kota Terkaya Sedunia
Namun beruntung, koalisi yang dipimpin Saudi mengatakan telah mencegat dan menghancurkan rudal itu.
Sehari sebelumnya, mereka mengkonfirmasi serangan ke sebuah fasilitas minyak milik Saudi Aramco, sebagaimana diberitakan Al Jazeera.
Yahya Saree langsung memposting gambar satelit Pabrik Aramco, tempat produk minyak disimpan dalam tangki.
Pemberontak mengklaim mereka menghantam fasilitas yang sama November lalu, serangan yang kemudian diakui koalisi pimpinan Saudi telah memicu kebakaran di pabrik.
Baca: Joe Biden Balas Dendam, Perintahkan Militer AS Gempur Milisi Pro-Iran di Suriah
Baca: Junta Militer Coba Tarik Dana Rp 14,3 Triliun Milik Bank Sentral Myanmar, Joe Biden Ambil Tindakan
Saudi Aramco tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Pemberontak yang berpihak pada Iran itu telah menyerang fasilitas Aramco di masa lalu, menggarisbawahi kerentanan infrastruktur minyak Arab Saudi yang mahal.
"Rudal tersebut telah menargetkan Saudi Aramco di Jeddah saat fajar dengan rudal jelajah Quds-2, dan serangan itu akurat berkat Tuhan. Penargetan ini dilakukan dalam kerangka respons alami dan sah untuk kelanjutan pengepungan dan agresi brutal terhadap orang-orang terkasih kita," tulis Yahya Saree dalam akun Twitter miliknya.
Baca: Raja Salman Tak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel, Kecuali Ada Kejelasan Status Palestina
Baca: Pangeran Salman bin Saud Dituduh Kirim Pasukan Macan untuk Bunuh Intelijen Arab Saudi
Pabrik itu berfungsi sebagai fasilitas penyimpanan sementara untuk bensin, solar dan petrokimia lainnya sebelum didistribusikan, terletak tepat di sebelah tenggara Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah.
Penerbangan yang datang ke bandara dialihkan atau terbang berputar-putar pada Kamis pagi tanpa penjelasan, menurut data pelacakan dari situs web FlightRadar24.com.
Memang mereka berpihak pada Iran, yang telah memerangi koalisi militer pimpinan Saudi-Emirat selama enam tahun.
Baru-baru ini mereka meningkatkan serangan lintas batas di kota-kota Saudi, yang sebagian besar menargetkan Arab Saudi bagian selatan.
Koalisi mengatakan telah mencegat sebagian besar serangan.
Baca: Tentara AS Kalang Kabut ketika Dihujani Rudal Iran, Alami Trauma Otak hingga Harus ke Psikiater
Baca: Sudah Kalah dalam Pilpres AS, Donald Trump Masih Sempat-sempatnya Ingin Luncurkan Rudal ke Iran
Pada hari Kamis, koalisi mengatakan telah menghancurkan rudal balistik yang ditembakkan ke arah Jazan di selatan kerajaan oleh pasukan Houthi, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Saudi.
"Pasukan koalisi gabungan mampu, Kamis pagi, untuk mencegat dan menghancurkan alat peledak tak berawak yang diluncurkan oleh milisi Houthi yang didukung Iran," kata juru bicara koalisi, Kolonel Turki Al-Maliki, menambahkan bahwa senjata itu "sengaja diluncurkan ke sasaran objek sipil dan warga sipil itu sendiri. "
Koalisi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional yang dipimpin oleh Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Konflik secara luas dilihat di wilayah tersebut sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.
Kendati demikian, Houthi menyangkal menjadi boneka Teheran dan mengatakan mereka memerangi sistem yang korup.