Bukan karena Serangan Militer, Hubungan China dan Taiwan Semakin Menegangkan Gara-gara Nanas

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Kebijakan impor nanas China membuat hubungannya dengan Taiwan kian memanas

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hubungan China dan Taiwan semakin memanas karena kebijakan terkait buah nanas.

Hal itu terjadi setelah China meningkatkan tekanannya ke Taiwan, di mana hampir tiap hari mengirimkan jet tempur ke wilayah pertahanan udara Taiwan.

Tak hanya itu, baru-baru ini China mulai menekan perdagangan.

China bakal menangguhkan ekspor nanas dari Taiwan terhitung mulai 1 Maret 2021.

Mereka mengklaim menemukan hama dalam nanas Taiwan.

Pengumuman itu disampaikan oleh Administrasi Umum Kepabeanan China dalam sebuah pernyataan pada Jumat (26/2/2021) sebagaimana dilansir Intisari Online dari BNN Bloomberg.

Terpisah, juru bicara Kantor Urusan Taiwan China mengatakan, langkah tersebut bertujuan untuk melindungi keamanan tanaman dan mencegah penyakit tanaman dari luar.

Sebaliknya, Menteri Pertanian Taiwan Chen Chi-chung terkejut dengan kebijakan China.

Baca: Kembali Tegang, Taiwan Kerahkan Rudal Setelah Jet Tempur China Masuk Zona Udara Taiwan

ILUSTRASI - Taiwan dan Amerika Serikat (AS) telah resmi memperlebar lini kerja sama, ditandai dengan peluncuran pusat layanan jet tempur F-16 di Taiwan (peluncuran pusat layanan jet tempur F-16 di Taiwan)

Dia membantah klaim China tentang temuan hama.

Menurutnya, 100 persen nanas yang diekspor telah melewati pemeriksaan yang ketat sejak 2020.

Parahnya, nanas merupakan sumber pendapatan vital bagi petani di Taiwan tengah dan selatan.

Sekitar 11 persen nanas yang dipanen di Taiwan dijual ke luar negeri, hampir seluruhnya ke China.

Memang, kontribusi pertanian kurang dari 2 persen terhadap ekonomi Taiwan.

Kendati demikian, sektor tersebut tetap menempati posisi yang penting dalam politik Taiwan.

Sempat Serang Taiwan

Kapal perang dan jet tempur Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) ambil bagian dalam pameran militer di Laut China Selatan 12 April 2018. (HANDOUT PLA VIA AL JAZEERA)

Taiwan melaporkan beberapa serangan besar oleh pesawat tempur China pada Januari 2021.

Serangan itu terjadi beberapa minggu setelah pelantikan Presiden AS Joe Biden.

Joe Biden sendiri telah menelpon Presiden China Xi Jinping awal pekan ini, jadi yang pertama kali sejak dia menjabat.

Dalam pembicaraan itu, Xi Jinping membela kebijakan negaranya, sebagaimana diberitakan Intisari, Minggu (14/2/2021).

Tapi ia juga mengatakan kepada Presiden, konfrontasi jelas akan menjadi senjata.

Pasalnya, China memang sudah memberi peringatan keras pada Taiwan.

Kemerdekaan Taiwan akan dibayar dengan perang, klaim China.

Sementara AS sendiri sudah sajak lama menunjukkan sinyal keberpihakan pada Taiwan.

Serangan pesawat perang China bertepatan dengan kelompok pertempuran kapal induk AS memasuki Laut China Selatan untuk mempromosikan "kebebasan laut".

Dr. Alessio Patalano, ahli perang Asia Timur, mengatakan kepada Express.co.uk pada Minggu (14/2/2021), bahwa ancaman Presiden Xi harus ditanggapi dengan serius.

Baca: Rencana Perang China Bocor, Ingin Satukan Wilayah Dinasti Qing, Rusia Jadi Target tapi Tak Berkutik

Baca: Setelah Telepon Xi Jinping, Joe Biden Panik, Khawatir Infrastruktur AS Kalah dari China

“Saya yakin Presiden Xi tidak memberikan bukti yang menunjukkan bahwa dia tidak serius dalam proposisinya."

“Saya juga percaya bahwa dengan 2049 sebagai tahun yang signifikan dalam sejarah Republik Rakyat China dan Partai Komunis China."

“Oleh karena itu, kecuali kita melihat narasi yang berbeda muncul selama dekade ini."

"Di mana pengaturan yang berbeda di seluruh Selat dapat diterima oleh Beijing."

"Seseorang harus menganggap serius risiko peningkatan tindakan, baik politik serta militer."

"Itu untuk memastikan bahwa penyatuan kembali dicapai dalam waktu jangka panjang."

China: Mereka yang Main Api Akan Terbakar

FOTO: Ilustrasi Bendera China (Unsplash - Brian Matangelo @bmatangelo)

Diberitakan sebelumnya, China tengah melakukan latihan militer di dekat Selat Taiwan ketika seorang pejabat tinggi Amerika Serikat mengunjungi Taiwan.

Latihan tersebut diadakan menyusul hubungan Beijing dan Washington yang terus memburuk.

Apa lagi melihat upaya AS dalam mendukung Taiwan, seperti diberitakan BBC, Jumat (18/9/2020).

Meski sudah berpemerintahan sendiri, hingga sekarang China masih menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Kunjungan pejabat Departemen Luar Negeri AS, Keith Krach menyusul hubungan dekat antara AS dan Taiwan.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Ren Guoqiang menuduh kedua negara itu tengah meningkatkan kolusi.

Baca: Taiwan Meminta Dukungan Internasional untuk Melawan Ancaman China

Ia juga menuding keduanya bisa menyebabkan gangguan.

Meski demikian Ren tak menyebut secara terang-terangan tentang kunjungan Keith Krach.

Di hadapan wartawan, Ren Guoqiang menuding AS tengah berusaha menggunakan Taiwan untuk mengontrol China.

Ia menyebut AS mengandalkan orang asing (Taiwan) untuk membangun diri sendiri.

"Mereka yang bermain api akan terbakar," katanya.

Latihan Militer Diperlukan untuk Lindungi Kedaulatan China

ILUSTRASI - Parade militer China. (defensnews/AFP)

Baca: Kerap Bersitegang di Laut China Selatan, Kuat Mana Angkatan Laut Tiongkok dan Amerika Serikat?

Ren tidak memberikan rincian tentang latihan militer China.

Namun ia menggambarkan latihan itu sebagai tindakan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan China Daratan.

Wartawan BBC Cindy Sui di Taipei mengatakan bahwa dengan melakukan latihan militer, China memperingatkan Washington agar tidak mengganggu keseimbangan yang telah dipertahankan Amerika Serikat di bawah pemerintahan AS sebelumnya.

Taiwan justru melihat sisi sebaliknya.

Taipei melihat keretakan hubungan AS dan China sebagai celah untuk mendekatkan diri ke Washington.

Mereka akan menggunakan kesempatan itu demi mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Agenda Krach di Taiwan

Wakil Menteri untuk Urusan Ekonomi AS Keith Crack (tengah, di barisan depan dan memakai masker) turun dari pesawat bersama delegasinya di Bandara Sungshan, Taipei, pada 17 September 2020. Kedatangan Crack menandakan keinginan Washington untuk menentang kampanye China terhadap Taiwan. (PEI CHEN / POOL / AFP)

Baca: Memanas, China Kirim Dua Pesawat Tempur ke Wilayah Taiwan Jelang Kunjungan Diplomat AS ke Taipei

Washington mengatakan Krach, yang merupakan wakil menteri urusan ekonomi AS, mengunjungi Taiwan untuk menghadiri upacara peringatan mendiang presiden Lee Teng-hui pada hari Sabtu.

Kemudian pada hari Jumat dia dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen untuk makan malam di kediaman resminya.

Kunjungan itu dilakukan pada saat hubungan AS-China anjlok ke titik terendah dalam beberapa tahun.

Kedua negara telah terlibat dalam perang perdagangan yang sengit sejak 2018, bentrok karena pandemi virus korona, dan saling tuduh spionase dengan meningkatnya penangkapan terhadap tersangka mata-mata China di AS dalam beberapa bulan terakhir.

Hubungan yang memburuk juga mempengaruhi area lain, termasuk tindakan keras AS terhadap perusahaan teknologi China dan pencabutan visa pelajar China.

Baca: Para Aktivis Mengutuk Tindakan Genosida terhadap Minoritas Muslim Uighur di China

Beijing memandang Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, bersumpah untuk suatu hari akan merebutnya, sementara banyak orang Taiwan menginginkan negara yang terpisah.

Seperti kebanyakan negara, AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan.

Di masa lalu AS menjalankan kebijakan "ambiguitas strategis" untuk menyeimbangkan kemunculan China sebagai kekuatan regional dengan kekaguman atas keberhasilan ekonomi dan demokratisasi Taiwan.

Sebagai pemasok senjata Taiwan, AS sejauh ini merupakan teman dan satu-satunya sekutu terpenting negara itu.

Tetapi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS semakin meningkatkan dukungannya untuk mereka.

Baca: Salahkan India Soal Konflik Perbatasan, China Desak Narendra Modi Patuhi Kesepakatan Kedua Negara

Ketika seorang anggota kabinet AS bertemu dengan Presiden Tsai di Taipei bulan lalu, China menanggapi dengan marah.

"Kami mendesak AS… untuk tidak mengirimkan sinyal yang salah kepada elemen 'kemerdekaan Taiwan' untuk menghindari kerusakan parah pada hubungan China-AS," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri pada saat itu.

(TribunnewsWiki.com/Ahmad Nur Rosikin, Intisari Online)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer