Sahur diketahui baik dilakukan untuk menyiapkan asupan gizi yang nantinya diolah menjadi energi untuk tubuh.
Tak hanya itu, sahur yang tepat bisa membuat tubuh menjadi kuat dalam menjalani puasa.
Pasalnya saat kita berpuasa, asupan energi akan bergantung betul pada asupan gizi yang kita dapat saat sahur.
Terlebih, untuk umat muslim di Indonesia waktu berpuasa sekitar 13 jam dalam satu hari.
Waktu yang cukup panjang untuk tubuh kita itu mencukupi energi selama tak melakukan aktivitas makan maupun minum.
Melansir TribunSolo.com, Ahli Gizi dari UNS, Dr Amelya Augusthina Ayusari MGizi SpGK memaparkan pentingnya sahur saat kita berpuasa.
"Sahur merupakan sarana untuk kita menyiapkan energi," papar Dr Amelya pada Minggu (26/4/2020).
"Atau mencukupi energi pada saat kita puasa selama 13 jam," tambahnya.
Amelya menerangkan, 4 jam pertama saat kita berpuasa, energi yang dipakai adalah energi saat kita melakukan sahur.
Lebih dari 4 jam pertama itu, kita hanya mengandalkan energi cadangan dalam tubuh.
"Karena dari 4 jam kita berpuasa, itu energi dari kita sahur," ungkapnya.
"Sedangkan lebih dari 4 jam, energi yang dipakai adalah energi cadangan di dalam tubuh kita, baik yang ada di hati maupun di otot," terangnya.
Jika seseorang malah berpuasa, maka energi yang digunakan datang dari energi cadangan.
Baca: Ramadan Sebentar Lagi, Simak 4 Tips Bagaimana Cara Kenalkan Puasa kepada Anak Sejak Dini
Baca: Apakah Tidur saat Puasa Ramadan adalah Ibadah dan Dapat Pahala? Ini Penjelasan dan Anjurannya
Hal itu jika dibiasakan terus menerus, bukan tak mungkin sel dalam tubuh kita akan terganggu secara perlahan.
"Maka jika kita tidak sahur, otomatis saat kita berpuasa selama sekitar 13 jam tersebut langsung menggunakan energi cadangan,"
Padahal menurut Amelya, energi cadangan dalam tubuh ada batasnya.
"Energi cadangan ini ada ambang batasnya. Jika keadaan ini dibiasakan, maka akan membuat sel kita mengalami kelaparan," pungkasnya.
Muncul banyak pertanyaan, apakah penderita diabetes boleh berpuasa saat Ramadhan?
Sebab, diketahui kegiatan berpuasa akan berdampak langsung pada kadar gula dalam darah.
Amelya kemudian menerangkan, para penderita diabetes bisa ikut berpuasa namun tetap harus memperhatikan beberapa hal.
Saran dari dr. Amelya, penderita diabetes perlu memperhatikan hal-hal tertentu, sebelum tetap memutuskan berpuasa.
Salah satunya ada melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
"Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan," ujarnya.
"Salah satunya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter," tutur dia.
Konsultasi tersebut dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan kesehatan selama berpuasa.
Gejala yang umum dirasakan penderita diabetes adalah Dehidrasi (kekurangan cairan), Hipoglikemia (gula darah rendah) dan Ketoasidosis (tingginya asam darah).
Baca: Jelang Ramadan, Simak 5 Tips Berikut Agar Badan Tidak Lemas Saat Berpuasa Seharian
Baca: Tak Sembarang Orang Boleh Ganti Puasa Ramadhan dengan Fidyah, Berikut Ini Ketentuan dan Tata Caranya
"Apakah saat berpuasa berpotensi mengalami Dehidrasi, Hipoglikemia, Ketoasidosis," terangnya.
Selain melakukan konsultasi, penderita diabetes yang tetap berpuasa juga diwajibkan untuk selalu mengontrol kadar gula darah.
"Selain itu bagi penderita diabetes yang ingun berpuasa harus rajin mengontrol kadar gula darahnya," paparnya.
Jika sudah mengikuti saran tersebut namun mengalami gejala umum penderita diabetes, maka dr. Amelya menganjurkan untuk melakukan berbuka puasa lebih cepat.
"Dalam Islam ada kemudahan berpuasa jika menderita sakit, oleh karena itu jika saat berpuasa mengalami gejala Dehidrasi, Hipoglikemia maupun Ketoasidosis dianjurkan untuk membatalkan puasanya," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Tips Ahli Gizi UNS Solo Agar Kuat Puasa Jelang Ramadhan, Perhatikan Makanan Sahur di Hari Pertama