Dilaporkan tak ada korban jiwa dalam insiden itu.
Pejabat keamanan setempat mengatakan serangan itu menargetkan Kedutaan besar AS.
Dua pejabat keamanan Irak mengatakan satu roket jatuh di dalam perimeter kompleks Kedutaan Besar AS.
Yang lainnya jatuh di lingkungan perumahan Harthiya, di luar Zona Hijau.
Para pejabat berbicara tanpa menyebut nama sesuai dengan peraturan.
Baca: Israel Berupaya Gusur Pemukiman Palestina di Lembah Yordan, Hamas Sebut Tindakan Pembersihan Etnis
Roket diluncurkan dari daerah Salam di Baghdad, kata pernyataan dari militer.
Dikatakan tidak ada korban dan penyelidikan sedang berlangsung.
Ada kerusakan properti ringan, termasuk kendaraan rusak.
Zona Hijau sendiri merupakan wilayah yang menampung kedutaan asing dan merupakan pusat pemerintahan Irak.
Tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Itu adalah serangan ketiga yang menargetkan kehadiran Amerika di Irak dalam seminggu.
Seorang kontraktor koalisi pimpinan AS tewas dan warga sipil lainnya terluka dalam serangan roket di luar bandara internasional Irbil Selasa lalu.
Baca: Roket Gaza dan Serangan Udara Israel, Tandai Kesepakatan Israel dengan UAE serta Bahrain
Sebuah kelompok militan Syiah yang tidak banyak dikenal yang menyebut dirinya Penjaga Brigade Darah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pada hari Sabtu, roket melukai personel yang bekerja untuk perusahaan pertahanan AS di pangkalan udara Balad di provinsi Salahaddin.
Kedutaan Besar AS sering menjadi sasaran serangan roket selama pemerintahan Trump.
Laju serangan mereda dalam beberapa minggu sebelum Biden menjabat dan baru-baru ini dilanjutkan.
Diberitakan sebelumnya, tiga drone militer milik rezim Israel jatuh selama tiga hari berturut-turut dalam seminggu.
Hal ini menjadi rekor baru bagi pasukan perlawanan Palestina dan Lebanon, yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Pejuang perlawanan Palestina menembak jatuh quadcopter Israel pada hari Minggu (31/1/2021) di atas Beit Hanoun Crossing, di perbatasan utara Gaza dengan wilayah pendudukan.
Drone itu ditembak jatuh saat mengambil gambar daerah tersebut, menurut kantor berita berbahasa Arab Palestine Today.
Pada hari Senin (1/2/2021), gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon menjatuhkan sebuah kendaraan udara tak berawak Israel saat menyeberang ke Lebanon, dekat desa perbatasan Blida.
Keesokan harinya, pejuang Palestina menembak jatuh pesawat tak berawak Israel lainnya di timur kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan.
Remehkan Palestina dan Lebanon
Baca: Israel Berupaya Gusur Pemukiman Palestina di Lembah Yordan, Hamas Sebut Tindakan Pembersihan Etnis
Baca: Israel Bakal Kirim 5000 Dosis Vaksin Covid-19 untuk Vaksinasi Petugas Medis Palestina
Militer Israel awalnya menawarkan narasinya sendiri termasuk mengecilkan kekuatan pasukan perlawanan, meskipun mengakui insiden tersebut.
Pada hari Minggu, seorang juru bicara militer Israel mengatakan sebuah unit militer yang beroperasi di dekat Gaza kehilangan salah satu drone yang sedang dalam misi.
Mengenai insiden Senin di Lebanon, militer Israel mengatakan pesawat tak berawak itu jatuh di wilayah Lebanon selama operasi.
Pesawat tak berawak itu "jatuh dalam aktivitas militer," kata seorang juru bicara militer Israel seperti dikutip.
"Tidak ada kekhawatiran tentang informasi sensitif yang bocor," klaim juru bicara tersebut, tetapi tidak menjelaskan secara spesifik apakah drone itu jatuh atau jatuh.
Pada insiden terakhir, militer Israel mengatakan salah satu drone telah "jatuh" di Gaza selama aktivitas operasional pada hari Selasa, tetapi sekali lagi mengklaim bahwa "tidak ada bahaya kebocoran informasi."
Baca: Iran Remehkan Ancaman Israel, Sebut Tel Aviv Hanya Bisa Bicara, Tak Pernah Berani Menyerang
Baca: Setelah Serangan Udara, Tank Israel Gempur Palestina, Tembak Area Pemukiman Penduduk Sipil di Gaza
Wartawan dan komentator politik Richard Silverstein mengatakan kepada Press TV bahwa drone adalah "alat intelijen penting" bagi Israel untuk memata-matai negara lain.
"Saya pikir Israel benar-benar mengabaikan kedaulatan teritorial di Lebanon, di Gaza dan di tempat lain seperti Suriah dan Irak," kata Silverstein.
Unjuk kekuatan pasukan perlawanan, bagaimanapun, tidak berakhir pada hari Selasa. Angkatan bersenjata Lebanon menembakkan rudal ke pesawat tak berawak Israel yang jauh lebih besar dan lebih canggih pada hari Rabu, karena pesawat tersebut melanggar wilayah udara Lebanon.
Militer Israel mengklaim dalam sebuah pernyataan bahwa pesawat tak berawak itu tidak rusak dalam serangan itu dan melanjutkan misinya. "Rudal antipesawat baru saja ditembakkan ke arah kendaraan udara yang dipiloti dari jarak jauh IDF selama aktivitas rutin di wilayah Lebanon," katanya.