Ia mengaku kerap mendapat pukulan dari majikan perempuan.
Ditemui di rumah anak tirinya di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, dirinya mengaku mendapat pukulan setiap hari.
“Dulu saya sering dapat perlakukan kasar. Dulu sering dipukul, tiap hari dipukul. Dipukul pakai sandal, kadang pakai sepatu. Dipukul seadanya sudah (pakai alat yang ada waktu itu). Bagian kepala yang sering dipukul,” kata Pariyem, Rabu (17/2/2021).
Ditanya kenapa harus melompat dari lantai dua rumahnya, Pariyem mengaku terpaksa karena kelaparan.
Ketika melompat dan mengais makanan di tong sampah, warga kemudian mengikuti dan mengetahui kondisi Pariyem selama di rumah majikannya.
“Saya terpaksa (melompat ke luar), takut enggak dikasih makan keesokan harinya. Sengaja tidak lewat pintu, karena pintu dikunci. Ada anaknya yang jaga. Saya tak berani keluar. Saya keluar karena lapar. Kalau tidak minta, saya tidak dikasih makan. Sering tidak dikasih makan. Saya memang tidak mau minta makan sudah,” kata Pariyem.
Selama bekerja sekitar delapan tahun, Pariyem mengaku tidak menerima gaji.
Baca: Gaji Tak Dibayar, ART Lompat dari Lantai 2 Rumah Majikan, Makan Sisa Sampah karena Kelaparan
Baca: Anak Bunuh Ibu Kandung dan Menguburkan dalam Keadaan Terbalik, Mengaku Berharap Muncul Harta Karun
Dia juga tidak tahu berapa gaji yang mestinya diterima tiap bulan.
“Kemarin dikasih (gaji), sekitar Rp 12 jutaan. Saya baru tahu, bilangnya digaji Rp 300.000 per bulan. Baru tahu (digaji Rp 300.000/bulan). Memang enggak ada perjanjian dulu (waktu awal kerja),” imbuh Pariyem.
Sedangkan Candra, anak tiri Pariyem, mengaku sudah lama mencari keberadaan ibu tirinya itu.
Seusai dipergoki warga mengais makanan di tong sampah setelah melompat dari rumah lantai dua, Candra membawa Pariyem ke rumahnya.
“Kata ibu, majikan nyonya itu yang jahat. Kerja di sana sekitar delapan tahunan. Enggak ada kontak sama sekali. Memang enggak pernah ketemu. Selama ini saya tidak tahu kalau di sana,” ujar Candra.
Warga sekitar yang menemukan Pariyem kemudian membawanya ke Polres Probolinggo Kota.
Laporan yang diberikan oleh Pariyen, dilakukan karena desakan warga yang mengetahui nasib sang ART.
Di sisi lain, U, majikan pria Pariyem, membantah Pariyem tidak pernah diberi makan.
Menurutnya, Pariyem tidak sampai kelaparan. Selalu ada makanan di rumahnya yang bisa dikonsumsi Pariyem.
“Itu tidak benar. Semua kebutuhan dia, kami penuhi, termasuk makannya, sehari tiga kali. Kalau ada makanan, kue misalnya, kami kasih. Gaji bukannya tidak diberikan. Tapi, kami kasihkan tabungan,"
"Kemarin uang gajinya kami tarik di tabungan dan diberikan sepenuhnya. Dan yang bersangkutan sudah buat surat pernyataan dan tidak akan menuntut, sudah klir semua,” terang U.