Terkait hal ini, Pemerintah Guinea langsung melakukan tracing kontak, sebagaimana diberitakan Al Jazeera, Selasa (16/2/2021).
Kendati demikian badan kesehatan setempat menegaskan hanya satu orang yang sudah pasti positif ebola.
Empat korban lainnya merupakan “kasus yang mungkin terjadi.”
Korban pertama yang dikonfirmasi adalah seorang perawat berusia 51 tahun, yang meninggal pada akhir Januari.
Dia berasal dari Nzerekore, dekat kota Gouecke di hutan selatan negara itu.
Dua saudara laki-laki perawat yang menghadiri pemakamannya pada 1 Februari juga meninggal, kata seorang pejabat kesehatan yang tidak mau disebutkan namanya.
Masih belum jelas siapa korban lainnya, atau apakah mereka menghadiri pemakaman perawat itu.
Peluncuran vaksin
Baca: Virus Bunny Ebola Disebut Tak Bisa Serang Manusia Tapi Bisa Melekat Pada Pakaian
Baca: Angka Kemiskinan di Indonesia Meroket di Tengah Pandemi, Kembali Sentuh Angka 10 Persen
PBB di Guinea men-tweet, penerbangan pertama yang membawa para ahli dan peralatan sanitasi tiba di Nzerekore pada hari Senin.
Perdana Menteri Ibrahima Kassory Fofana mengatakan Guinea telah "membentuk struktur untuk menangani jenis epidemi ini".
“Jangan panik, mari hormati instruksi kebersihan. Ebola akan dikalahkan lagi,” tweetnya.
Ebola menyebabkan demam parah dan, dalam kasus terburuk, pendarahan.
Penyakit ini ditularkan melalui kontak dekat dengan cairan tubuh.
Orang yang tinggal bersama atau merawat pasien adalah yang paling berisiko.
Seorang pejabat LSM yang berbicara kepada kantor berita AFP tanpa menyebut nama mengatakan, dia khawatir karena petugas kesehatan belum mengidentifikasi siapa yang menginfeksi perawat tersebut.
Baca: Ketahui Bagaimana Penularan, Gejala dan Pengobatan Ebola, Virus Lama yang Kembali Merebak di Kongo
Namun Alfred George Ki-Zerbo, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di Guinea, mengatakan vaksin Ebola dapat tiba di negara miskin berpenduduk 13 juta itu "dalam 72 jam".
“Prioritas kami adalah menyelesaikan penilaian risiko di lapangan dan menganalisis dimensi lintas batas,” katanya, merujuk pada daerah dekat perbatasan Liberia, tempat virus muncul kembali.
Dia menambahkan ada beberapa kendala dalam mengirimkan vaksin ke Guinea dengan cepat, tetapi pihak berwenang sedang menangani masalah tersebut sehingga suntikan dapat tersedia minggu depan.
Organisasi internasional (termasuk Komite Internasional Palang Merah, Medecins Sans Frontieres, dan badan amal medis ALIMA) mengatakan mereka mengirim tim cepat tanggap ke wilayah itu untuk membantu.