Viral 5 Guru Pertaruhkan Nyawa Terjang Arus Sungai Demi Antar Tugas Siswa, Tak Ada Akses Internet

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tampak Pelaksana Tugas Kepala Sekolah Dasar Negeri Lumbung, Fransiskus Xaverius Geroda (tengah) dibantu oleh dua orang warga saat hendak menyeberangi Kali Maidang, Desa Maidang, Kecamatan Kambata Mapambuhang, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (28/1/2021) siang.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kisah 5 orang guru di NTT pertaruhkan nyawa seberangi arus deras sungai demi pengabdian.

Viral di media sosial sebuah video berdurasi 3 menit 30 detik memperlihatkan sejumlah guru menyeberangi sungai dibantu oleh beberapa warga.

Dalam video tersebut, tampak beberapa guru bergantian menyeberangi sungai selebar 50 meter.

Mereka dibantu oleh sejumlah warga.

Tampak mereka begitu kesulitan, bahkan hampir terseret derasnya arus sungai.

Berdasarkan penelusuran, guru-guru tersebut berasal dari Sekolah Dasar Negeri Lumbung, Desa Maidang, Kecamatan Kambata Mapambuhang, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ternyata, mereka hendak menyeberangi Sungai Maidang, Kambata Mapambuhang.

Pelaksana Tugas Kepala Sekolah Dasar Negeri Lumbung, Fransiskus Xaverius Geroda membenarkan dalam video tersebut merupakan dirinya dan beberapa guru dari sekolah tersebut.

"Kalau di video itu persis terjadi dua minggu lalu, pada tanggal 28 Januari (2021). Yang ambil videonya itu kebetulan teman guru yang duluan ke sebelah kali," kata Fransiskus kepada Kompas.com, melalui sambungan telepon, Senin (15/2/2021) malam.

Saat itu, Fransiskus bersama empat orang guru sedang mengantar tugas siswa, sekitar pukul 12:30 WITA.

Hal itu dilakukan karena hingga saat ini sekolah tersebut masih menerapkan belajar dari rumah.

Lima orang guru tersebut terdiri dari tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan.

"Kertas (yang berisikan tugas siswa) tidak basah karena ada kantongnya. Semuanya kami simpan dalam kantong plastik dan diisi dalam tas," ungkap Fransiskus.

Para guru harus berjalan kaki dengan kondisi jalanan yang terjal demi mengantar tugas ke rumah siswa.

Mereka harus berjalan kaki hingga kurang lebih 4 kilometer untuk bisa sampai di rumah siswa tertentu.

Adapun jumlah siswa di sekolah tersebut adalah 73 orang.

"Jalan kaki, tidak ada akses jalan rayanya. Yang paling jauh sekitar 4 kilometer. Jadwalnya setiap pekan, kasih tugas baru, ambil tugas lama," ujar Fransiskus.

Selama musim hujan, para guru juga harus melawan derasnya arus sungai setiap kali mengantarkan tugas.

Sebab, hingga kini belum ada jembatan penghubung untuk melewati sungai tersebut.

Baca: Rachel Vennya Umumkan Perceraiannya dengan Niko: Cinta untuk Anak-anak Enggak Akan Berkurang

Baca: Viral Video Bayangan Diduga Pocong Dikejar Anjing, Terekam CCTV Warga Sulawesi Selatan

Tak ada jaringan

Fransiskus menjelaskan, sistem belajar online tidak bisa diterapkan SDN Lumbung.

Hal itu karena tidak ada jaringan internet dan listrik di tempat itu.  

Desa Maidang juga merupakan wilayah yang terisolasi dengan jarak sekitar 49 kilometer dari Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur.

Meski banyak kesulitan yang dihadapi, Fransiskus tetap bangga bisa mengabdi untuk pendidikan. 

"Kalau sudah sampai di rumahnya anak-anak, bertemu orangtua murid.

Kemudian anak-anak lagi, itu ada kebanggaan tersendiri," ungkap Fransiskus.

Saat ini, tenaga pengajar di SDN Lumbung berjumlah sembilan orang.

Dari jumlah tersebut, ada tiga orang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), tiga orang berstatus pegawai tidak tetap (PTT), dan dua orang berstatus honor sekolah.

Sementara satu orang lainnya berstatus calon pegawai negeri sipil (CPNS) karena belum mengikuti prajabatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Kontributor Sumba, Ignasius Sara)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah 5 Guru Pertaruhkan Nyawa Seberangi Sungai Deras Selebar 50 Meter demi Pengabdian"



Penulis: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer