Sindikat Vaksin Covid-19 Palsu Terbongkar di China, Isi Vaksin Cuma Air Mineral, Keuntungan Rp 39 M

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO HANYA ILUSTRASI - Tenaga kesehatan menunjukkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech saat pelaksanaan vaksin untuk tenaga medis di RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, Kamis (14/1/20210). Vaksinasi tahap awal akan menargetkan 1,48 juta tenaga kesehatan yang dijadwalkan berlangsung dari Januari hingga Februari 2021.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemerintah China berhasil membongkar sindikat vaksin Covid-19 palsu.

Sindikat itu ditangkap atas kejahatan memproduksi dan mendistribusikan vaksin virus Corona palsu, disertai eksploitasi harga dan inokulasi ilegal, seperti dikabarkan Intisari dari media lokal Xinhua News Agency, Senin (15/2/2021).

Total sudah ada 70 tersangka yang diamankan hingga Rabu, minggu lalu.

70 tersangka itu berasal dari 21 kasus terkait vaksin virus corona.

Salah satu grup penyelundup membuat keuntungan sebesar 18 juta yuan atau hampir 39 miliar Rupiah dengan mengemas larutan garam atau air mineral dalam 58 ribu dosis vaksin palsu.

Pemimpinnya ditangkap pada hari raya Natal tahun lalu dan hanya memiliki nama belakang Kong.

Pada kasus yang lain, vaksin palsu dijual dengan harga tinggi, termasuk dalam skema inokulasi darurat di rumah sakit, atau diselundupkan ke luar negeri.

Hal ini sejalan dengan temuan yang ada di Filipina yang tunjukkan ada selundupan vaksin masuk dari China, diberikan kepada para pengawal Presiden Duterte.

Kejaksaan Agung China mendesak badan-badan regional agen regional untuk bekerjasama dengan polisi dalam aksi menghentikan aktivitas seperti ini.

China telah memberikan 40.52 juta dosis vaksin kepada kelompok-kelompok utama masyarakat Selasa kemarin.

Baca: Sanksi Berat Menanti Warga yang Tolak Vaksinasi, Layanan Administrasi hingga Bansos Bisa Dihentikan

Baca: Pemilik Apotek Sebut Helena Lim adalah Partner Usaha, Polisi Selidiki Kasus Penyalahgunaan Vaksin

FOTO HANYA ILUSTRASI - Pejabat kesehatan Norwegia tidak mengungkapkan keprihatinan tetapi menyesuaikan pedoman mereka untuk vaksin tersebut. (AFP VIA GETTY IMAGES)

Sementara itu diberitakan dari CNN Philippines, pada 22 Januari lalu distributor lokal untuk vaksin perusahaan China Sinopharm, MKG Universal Trading Corporation, akan melaksanakan investigasinya mengenai tuduhan masuknya vaksin Sinopharm ke Filipina tanpa persetujuan pembuat aturan.

Presiden MKG Mark Kristoffer Tolentino mengatakan mereka belum mendistribusikan vaksin apapun sejak Sinopharm belum menerima Otorisasi Penggunaan Darurat atau sinyal positif agar segera dipakai dari Administrasi Obat dan Makanan (FDA).

"Kami secara kategori menolak semua tuduhan karena dari awal berdasarkan catatan kami, kami belum pernah mengimpor atau mendistribusikan ke Filipina," ujar Tolentino kepada Senat dalam sidang dengar.

"Itulah sebabnya kami dalam proses melaksanakan investigasi kami sendiri."

Tak kurang dari Presiden Rodrigo Duterte sendiri yang mengungkapkan beberapa anggota tim keamanannya telah disuntik vaksin Covid-19 dari Sinopharm.

Baca: Presiden Jokowi Teken Perpres Penolak Vaksinasi Bisa Didenda hingga Bansos Dihentikan

FOTO HANYA ILUSTRASI - Seorang perawat memegang dosis vaksin Oxford-AstraZeneca COVID-19 di komunitas Nossa Senhora Livramento di tepi Rio Negro dekat Manaus, negara bagian Amazonas, Brasil pada 9 Februari 2021. (MICHAEL DANTAS / AFP)

Terkuaknya hal itu meningkatkan kekhawatiran mengenai kemungkinan pasar gelap vaksin di Filipina.

Tiga agensi pemerintah Filipina, FDA, Biro Bea Cukai dan Biro Investigasi Nasional telah merilis beberapa kemungkinan mengenai isu ini.

FDA telah berulang kali peringatkan jika menggunakan vaksin belum terdaftar itu sangat berisiko, dan menjualnya berarti ilegal.

Berita Lain: Dunia Tak Akan Bisa Atasi Covid-19 hingga 6 Tahun Kedepan, Vaksinasi Harus Merata

Pakar penyakit menular, Dr Sanjaya Senanayake, mengatakan pandemi Covid-19 masih akan terus berlanjut setidaknya hingga 6 tahun ke depan.

Halaman
12


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi

Berita Populer