Perayaan Tahun Baru Imlek akhirnya kembali diperbolehkan pemerintah pada 1998-1999 ketika Reformasi bergulir.
Presiden Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 mengenai larangan Tionghoa untuk menggelar seluruh kegiatan.
Kondisi ini membuka kembali keran pertunjukan Barongsai di pesta-pesta rakyat baik dalam rangka hiburan ataupun saat perayaan hari raya tertentu.
Baca: Kue Keranjang
Dewan Pakar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Azmi Abubakar menjelaskan, suasana persatuan dan interaksi masyarakat saat menyaksikan Barongsai di pesta-pesta rakyat yang hilang puluhan tahun akhirnya kembali.
"Tahun 1967 sampai akhirnya 2000 Gus Dur mencabut larangan itu. Mereka bisa beraktivitas lagi. Saat itulah mulai cair kembali suasana yang hilang hilang 32 tahun akhirnya kembali," ujar Azmi kepada Kompas.com, Kamis (11/2/2021).
Kehadiran kembali pertunjukan Barongsai sampai saat ini pada akhirnya menghadirkan semangat lama untuk membangun persatuan.
Mengingat, tradisi tersebut sudah sejak lama menjadi simbol persatuan masyarakat di Tanah Air.
"Inilah yang terjadi hari ini menurut saya. Kalau dulu rasa persatuannya kuat itu salah satunya disumbang oleh Imlek juga," ucap Azmi.
"Ketika dia hadir dulu sebelum pelarangan, itu menyatukan berbagai komponen masyarakat. Itu nilai penting bagi keberagaman kita bangsa Indonesia," pungkasnya.
Baca: Yusheng
Dikutip dari Harian Kompas (31/7/1999), Chen Kung Wu, pengamat sejarah China yang tinggal di Jakarta, permainan barongsai sudah dikenal di China daratan pada masa zaman peperangan antara tujuh negara, yang akhirnya dipersatukan oleh Dinasti Chin sekitar tahun 300-200 SM.
Pada waktu itu barongsai hanya dimainkan di lingkungan istana untuk upacara-upacara yang bersifat sakral saja.
Di Jakarta sendiri, permainan barongsai sudah dikenal semenjak zaman Belanda.
Biasanya, permainan tersebut muncul dari perguruan silat (kung fu), sehingga para pemainnya juga mempunyai dasar-dasar kung fu.
Barongsai tampil di muka umum pada perayaan tahun baru Imlek yang menandai dimulainya musim semi, sampai pada perayaan cap go meh atau 15 hari sesudah tahun baru Imlek yang jatuh pada saat bulan purnama, setiap tahun.
Kehadiran barongsai juga ikut dimanfaatkan oleh mereka yang mau memulai usaha, seperti pembukaan toko atau juga pada upacara-upacara tertentu seperti perkawinan atau pembukaan rumah makan.
Hal itu dilakukan sebab barongsai berkaitan dengan kepercayaan yang kira-kira berbunyi, bahwa dalam sehari segalanya dimulai pada pagi hari dan dalam setahun segalanya dimulai pada musim semi.
Bagi mereka yang percaya, awal dari suatu kehidupan yang membawa keberuntungan atau hoki dimulai pada saat tahun baru Imlek atau sin cia (pesta musim semi).
Kepercayaan itu diterjemahkan, karier seseorang harus dimulai sejak sedini mungkin, yakni pada masa muda agar pada hari tuanya tidak telantar.
Kepercayaan akan tarian barongsai yang bisa membawa hoki itu universal, sebab perayaannya tidak hanya di daratan China, melainkan juga oleh hampir semua overseas chinese (hoa kiao) yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Baca: Lampion
Barongsai yang dimainkan oleh dua orang, yaitu kepala dan ekor tersebut, juga melambangkan kesucian, karena dalam mitologi China singa termasuk binatang suci.
Tahun baru Imlek juga dimeriahkan oleh permainan liong (naga), yaitu binatang legenda seperti ular raksasa yang bisa terbang di angkasa.
Menurut kepercayaan, naga adalah lambang keagungan, karena itu jubah raja-raja selalu bergambar naga.
Bahkan sampai-sampai tempat tidur raja juga disebut ranjang naga.
Selain naga, permainan barongsai juga sering dimeriahkan oleh tarian kilin yang juga dimainkan oleh dua orang (kepala dan ekor) seperti barongsai.
Namun, berbeda dengan barongsai yang memang adalah penjelmaan singa, kilin yang kepalanya mirip menjangan, ekor mirip ekor sapi serta kepala bertanduk satu, hanyalah terdapat dalam mitologi China.
Selain perpaduan seni dan olahraga, permainan barongsai juga bisa membina semangat kerja sama dan disiplin.
Baca: Gus Dur Sosok Bapak Tionghoa Indonesia, Ulama dan Presiden yang Bebaskan Perayaan Imlek
Baca: Sambut Imlek di Tahun Kerbau Logam, Simak Peruntungan Berdasarkan Shio dan Sederet Larangannya
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lika-liku Barongsai di Indonesia, Tradisi Tionghoa yang Tetap Eksis Setelah Dilarang Orba" dan di Kontan.co.id dengan judul "Mengenal barongsai, atraksi khas saat Tahun Baru Imlek"