Hal ini terlihat dari adanya pedagang bandeng "musiman".
Pedagang bandeng banyak ditemukan di pasar bunga Rawa Belong, Jakarta Barat.
Dilansir Kompas.com, pasar tersebut seketika berubah menjadi lautan bandeng setiap Imlek.
Menurut Alwi Shahab dalam bukunya 'Saudagar Baghdad dari Betawi', naiknya permintaan bandeng jelang Imlek di wilayah Ibu Kota dipengaruhi oleh kebudayaan penduduk asli Jakarta, Betawi.
Dalam tradisi Betawi lama, bandeng termasuk ikan paling mahal pada waktu itu.
Ikan ini kerap hadir dalam acara-acara penting, termasuk acara lamaran.
Antaran dari calon menantu kepada calon mertua berupa bandeng yang mentah dan segar.
Bahkan, ukuran bandeng yang dibawa, disebut bisa menentukan kelanjutan kisah perjodohan.
Di sisi lain, pada malam Tahun Baru China, tradisi menyantap ikan merupakan hal yang lumrah.
"Ikan" dalam bahasa Mandarin memiliki bunyi yang mirip dengan kata "yu". Ini berarti rezeki.
Ikan juga dianggap melambangkan rezeki yang baik untuk tahun mendatang.
Baca: Mengenal Tradisi Angpau Tahun Baru Imlek, Asal-usul hingga Perluasan Makna di Indonesia
Baca: Kumpulan Ucapan Tahun Baru Imlek 2021, Bisa Kirim WhatsApp, Instagram, FB, dan Twitter
Dilansir catatan Kompas.com, dalam 3 atau 4 hari menjelang Imlek, kawasan Rawa Belong yang biasanya dipenuhi penjual bunga, seketika berubah menjadi lautan bandeng.
Ikan bandeng yang dijual biasanya merupakan ikan hasil budidaya. Ukurannya jauh lebih besar dibanding bandeng laut.
Rojali, salah satu penjual bandeng musiman di Rawa Belong mengaku, harga bandeng jumbo bisa menyentuh Rp 65.000 hingga Rp 75.000 per kilonya.
Sementara, bandeng biasa dijual seharga Rp 25.000 per kilogram.
Bandeng jumbo itu ia dapatkan dari hasil pencariannya di Muara Angke, Jakarta Utara.
"Otomatis 3-4 hari ini, saya dan anak belanja ke Muara Angke untuk mencari ikan bandeng jumbo 1-2 kuintal," ungkap Rojali.
Ia telah menjalankan rutinitasnya sejak 1980 sebagai pedagang bandeng musiman.