Terbaru, China dikepung armada Amerika dan Prancis.
Akibat kondisi ini, Presiden Xi Jinping mendadak minta bantuan Vietnam.
Bahkan Xi langsung menghubungi Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong melalui telepon, pada Senin (8/2/2021).
Keduanya merupakan orang utama Partai Komunis di masing-masing negara.
Diberitakan TribunMedan, saat armada perang Amerika yang tediri dari dua kapal induk Theodore Roosevelt Carrier Strike Group dan Nimitz Carrier Strike Group berlatih di Laut China Selatan.
Sedangkan armada lain, kapal serbu amfibi USS America bersama armada Jepang berlatih di Laut Filipina.
Armada Perancis kapal nuklir FS Emeraude dan frigat FS Vendemiaire nimbrung ke Laut China Selatan.
Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, mencuit di akun Twitter dan menyatakan terkesan dengan patroli kapal selam SNA Emeraude yang dilakukan di Laut China Selatan.
"Patroli luar biasa ini baru saja menyelesaikan lintasannya di Laut China Selatan. Bukti nyata dari kemampuan Angkatan Laut Perancis untuk ditempatkan di tempat yang jauh (dari Perancis) dan dalam jangka waktu yang lama bersama dengan mitra strategis kami, Australia, Amerika, dan Jepang," cuitnya disertai gambar dua kapal tersebut.
Baca: China Heran, Jokowi Himpun Dana untuk Pembangunan Besar-besaran, tapi Berani Kecualikan Tiongkok
Sebelumnya armada Perancis ini berlatih dengan tiga Kapal Perang TNI Angkatan Laut (KRI) di Selat Sunda, Senin (08/02/2021).
Kapal tersebut yakni KRI Barakuda-633, KRI Tenggiri-865, KRI Cakalang-852 serta 2 Kapal Perang Perancis FS Vendemiaire (Frigate) dan FS Emeraude (Submarine).
Dalam latihan Passex tersebut dilaksanakan serial latihan Flashex (Flash Exercise), Flaghoist, Photoex (Photo Exercise) Mantak diakhiri dengan salam perpisahan (farewell pass) yang selanjutnya Kapal Perang Perancis melanjutkan pelayaran.
Baca: Gagal Bongkar Asal-usul Corona, WHO Disebut Sekongkol dengan China, Sembunyikan Fakta Covid-19
Media pemerintah China, Global Times melansir Presiden China Xi Jinping mengatakan, hubungan China dan Vietnam berada di titik awal sejarah baru.
China bersedia bekerja dengan Vietnam untuk mendorong perkembangan hubungan bilateral yang stabil dan langgeng.
"China siap untuk bergabung dengan Vietnam untuk memperkuat komunikasi strategis, meningkatkan rasa saling percaya di bidang politik,," kata Xi Jinping yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Partai Komunis China.
"Dan, mempertahankan peran bimbingan politik juga komunikasi yang erat antara kepemimpinan kedua pihak," ujar Xi Jinping.
Senada Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam jumpa pers reguler Selasa, mengatakan China akan bekerja dengan negara-negara lain di kawasan Laut China Selatan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas.
"Amerika Serikat sering mengirimkan kapal dan pesawat ke Laut China Selatan untuk memamerkan kekuatannya, yang tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional," kata Wang Wenbin.
"China akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional, dan bekerja sama dengan negara-negara di kawasan untuk secara tegas menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan."
Hubungan China dan Vietnam sejatinya tidak terlalu harmonis. Ini menyusul sengketa kedua negara atas Kepualauan Paracel yang berada di Laut China Selatan. China menyebutnya dengan nama Kepulauan Xisha.
Situasi sempat memanas lantaran China tahun lalu beberapa kali menggelar latihan militer di dekat Kepulauan Paracel. Pada Agustus 2020, Vietnam menyatakan, kehadiran pembom China di Kepulauan Paracel "membahayakan perdamaian".
Lalu pada Oktober tahun lalu, Vietnam mengatakan, latihan militer yang China lakukan saat itu di Laut China Selatan, termasuk dekat Kepulauan Paracel bisa mempersulit upaya untuk memulai kembali pembicaraan tentang etika perilaku (COC).
"Dimulainya kembali perundingan COC setelah jeda cukup lama karena pandemi menjadi prioritas negara-negara ASEAN dan China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam Le Thi Thu Hang, Oktober lalu, seperti dikutip Reuters.
Vietnam, menurut Hang, menjadikan perundingan tersebut sebagai prioritas dan "berharap menyelesaikan COC dengan cara yang efektif dan komprehensif", sejalan dengan hukum internasional.
Namun, Hang menambahkan, Vietnam menuntut China menghormati kedaulatannya dan tidak mengulangi latihan semacam itu di Kepulauan Paracel.
Baca: China Rugi Besar Gara-gara Militer Myanmar Kudeta Pemerintahan Aung San Suu Kyi
Militer China peringatkan kapal perang Amerika Serikat (AS) yang berlayar di dekat Kepulauan Paracel, Laut China Selatan.
Kabar itu disampaikan langsung oleh militer.
"Pada 5 Februari, kapal perusak berpeluru kendali AS USS John S. McCain masuk tanpa izin ke perairan yang berdekatan dengan Kepulauan Xisha China tanpa izin Pemerintah China," kata Kolonel Senior Tian Junli, juru bicara Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, dikutip Kontan.
"Sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan dengan sengaja mengganggu suasana damai yang nyaman, persahabatan, dan kerjasama di Laut Cina Selatan," tegas dia.
Kepulauan Paracel sendiri masih menjadi sengketa.
China mengklaim pulau yang mereka sebut sebagai Xisha itu miliknya.
Vietnam juga mengklaim Kepulauan Paracel merupakan wilayah mereka.
Kendati demikian, Tian menegaskan Beijing memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas pulau-pulau di Laut China Selatan dan perairan yang berdekatan.
"Dan, pasukan Komando Teater Selatan PLA akan selalu waspada, dengan tegas menjalankan tugas dan misi mereka untuk menjaga kedaulatan China dan keamanan serta melindungi perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan," imbuhnya.
Sementara pihak militer AS mengatakan mereka tengah menegakkan hukum internasional.
Baca: China Rugi Besar Gara-gara Militer Myanmar Kudeta Pemerintahan Aung San Suu Kyi
Baca: Logam Tanah Jarang, 17 Unsur Langka Dunia Ini Dikuasai China, Digunakan dalam iPhone hingga Jet
"Operasi kebebasan navigasi ini menjunjung tinggi hak, kebebasan, dan penggunaan yang sah atas laut yang diakui dalam hukum internasional," kata Armada Ketujuh Angkatan Laut AS di laman resminya, Jumat (5/2).
"Dengan menantang pembatasan yang melanggar hukum pada jalur tidak berdosa yang diberlakukan oleh China, Taiwan, dan Vietnam, juga dengan menantang klaim China atas garis pangkal lurus menutupi Kepulauan Paracel," imbuh mereka.
Tahun lalu, Vietnam melakukan protes keras terhadap China, menyusul hadirnya pesawat pembom H-6J di wilayah Laut China Selatan.
Protes disampaikan langsung oleh pihak Kementerian Luar Negeri Vietnam, Kamis (20/8/2020), seperti diberitakan Tribunnews.
Vietnam mengatakan kehadiran H-6J di wilayah Kepulauan Paracel bisa membahayakan perdamaian di wilayah tersebut.
Apa lagi jika mengingat kawasan Laut China Selatan memang masih disengketakan.
"Fakta bahwa pihak terkait mengirim senjata dan pembom ke Laut Timur tidak hanya melanggar kedaulatan Vietnam, tetapi juga membahayakan situasi di daerah itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam Le Thi Thu Hang seperti dikutip Reuters.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Vietnam itu menjawab pertanyaan wartawan soal keberadaan setidaknya satu pembom China di Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh China sebagai yurisdiksi mereka, di Laut China Selatan yang dikenal sebagai Laut Timur di Vietnam.
Kirim Pembom ke Pulau Woody
Baca: Kapal Induk AS Ronald Reagan Dikirim ke Laut China Selatan, Gelar Operasi Pertahanan Udara Maritim
Sebelumnya, sebuah foto menunjukkan China telah mengerahkan pesawat pembom H-6J ke Pulau Woody atau Yongxing untuk pertama kalinya.
Pulau itu terletak di Utara Laut China Selatan.
Pulau Woody terletak sekitar 200 mil di Selatan Pulau Hainan.
Woody adalah pulau terbesar di Kepulauan Paracel yang disengketakan di Laut China Selatan.
Diberitakan sebelumnya, AS juga menempatkan pesawat pembom di Samudra Hindia.
Jika informasi ini benar, pengerahan bomber akan menjadi kekuatan tambahan bagi China di Laut China Selatan.
Tak bisa ditampik, kehadiran pembom bisa menjadi tantangan bagi musuh Tiongkok.
"Dapat menghadirkan tantangan baru bagi lawan potensial di wilayah tersebut, seperti Amerika Serikat," tulis The War Zone, media online asal AS, dalam laporannya, Rabu (12/8/2020), seperti dikutip Kontan.
Baca: China Disebut Pakai Ekonomi Politik yang Ketinggalan Jaman, Xi Jinping Geram: Marxisme Landasan Kita
The War Zone menyebut penempatan H-6J di Pulau Woody pertama kali disuarakan oleh Chinese Military Aviation.
Tapi mereka mengatakan itu terjadi pada Agustus 2020.
Sebelumnya, pada Mei 2018, H-6K milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan apa yang tampak seperti pendaratan touch-and-go landing di Pulau Woody.
Misi itu menunjukkan, pangkalan tersebut mampu menangani pesawat yang lebih besar, meskipun tidak ada bukti pesawat pembom kembar tersebut benar-benar mendarat pada waktu itu.
Akhir Juli lalu, Kementerian Pertahanan China menyatakan, pesawat-pesawat tempur baru Angkatan Laut PLA, termasuk pembom H-6G dan H-6J, baru-baru ini melakukan latihan intensif 24 jam di Laut China Selatan.
Menurut Global Times, ini adalah pertama kalinya militer China secara resmi menampilkan pembom H-6J.
Baca: Satu dari 9 Pakaian Adat di Uang Rp 75.000 Dituding Sebagai Busana Asal China, Berikut Faktanya
Juru bicara Kementerian Pertahanan Ren Guoqiang mengatakan, pesawat-pesawat tempur di bawah Komando Teater Selatan Angkatan Laut PLA berhasil menyelesaikan latihan, termasuk lepas landas dan mendarat di siang hari juga malam hari serta serangan jarak jauh dan terhadap target permukaan.
Menurut Ren, latihan di Laut China Selatan tersebut merupakan pelatihan rutin dalam jadwal tahunan PLA. Dan, berkontribusi pada teknik pilot dan kemampuan taktis serta tempur pasukan di segala cuaca.
Pesawat pembom H-6J bisa membawa tujuh rudal jelajah supersonik anti-kapal YJ-12, dengan enam di bawah sayap dan satu di kompartemen senjata. Kapasitas senjata H-6J dua kali lipat dari H-6G.
Daya jelajah H-6J juga 50% lebih jauh dibanding H-6G, hingga 3.500 kilometer.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Kian Panas, China Kerahkan Pembom H-6J ke Pulau Woody di Laut China Selatan dan tribun-medan.com dengan judul Dikepung Armada Amerika Perancis di Laut China Selatan, China Mendadak Minta Kawan pada Vietnam