Mereka menggandeng para warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Jerman untuk melestarikan budaya lokal ini.
Komunitas ini adalah gabungan dari kelompok Pesona Indonesia dan Sendratari Candra Kirana.
Priska Balondo, salah satu tim manajemen Pesona Indonesia and Friends menjelaskan awal mula terbentuknya komunitas ini.
“Saya sendiri datang dari Indonesia ke Jerman untuk belajar, lalu bertemu dengan anak-anak pelajar lain.
Ada juga anak-anak yang orangtuanya orang Indonesia yang lahir dan besar di sini. Terus pada kangen untuk menari tarian Indonesia,” jelas Priska dalam wawancara Wiki Overseas, Senin (8/2/2021).
Baca: Tari Soya Soya
Meskipun sempat vakum, pada 2018 Pesona Indonesia bergabung dengan Sendratari Candra Kirana dan berumah menjadi komunitas Pesona Indonesia and Friends.
“Lalu pada 2018 namanya dikembangkan menjadi Pesona Indonesia and Friends, soalnya juga pengin terbuka bagi semua (orang yang ingin ikut menari),"
"Jadi tidak terlalu ekslusif, jadi siapa saja yang mau ikut dalam komunitas ini, ikut terserah,"
"Walaupun sudah memiliki grup tari pun enggak papa, yang penting kita nari rame-rame,” kata dia.
Banyak masyarakat di Jerman tertarik akan tari-tarian tradisional dari Indonesia ini.
Tak jarang para penonton pentas mereka dibuat kagum dengan tarian dari pulau-pulau yang berbeda Tanah Air.
“Kalau orang yang datang ke pentas kami melihat tarian dari pulau-pulau yang berbeda, mereka heran.
Sebab ‘kok beda banget’ dari pulau satu ke pulau yang lain tariannya berbeda.
Oh ternyata Indonesia sangat berwarna-warni dan bervariasi,” kata salah satu pengelola komunitas Pesona Indonesia and Friends, Etty Theresia.
Priska menjelaskan, ada pula anggota yang merupakan pelajar Indonesia di Jerman.
Bagi para pelajar, ikut dalam komunitas tari ini sebagai salah satu bentuk ‘temu kangen’ serta media belajar.
“Kesempatan untuk bisa meluangkan rasa kengennya, mengobrol dengan orang Indonesia.
Dan bukan hanya komunitas untuk kumpul-kumpul, tapi bisa belajar soal Indonesia dimana anak-anak yang lahir di Indonesia belum begitu tahu. Untuk mengembangkan wawasan juga,” jelas Priska.
Baca: Tarian Jawa
Baca: Dari Seni Jalanan Tarian Khas Jawa Tengah Ini Naik Kelas ke Keraton Surakarta, Begini Sejarahnya
Etty Theresia mengungkapkan ada perbedaan besar dari aktivitas tari setelah adanya pandemi.
Sebelum pandemi, mereka terbiasa untuk berkumpul dan berlatih di salah satu tempat milik rekan kerjasama mereka, seperti Komunitas Jemaat Kristen Indonesia dan juga Konsulat Jenderal RI di Frankfurt.
“Sebagai grup tari sebelum pandemi kami bertemu secara regular minimal seminggu sekali.
Sesuai kesepakatan bersama setiap Jumat sore untuk berlatih bersama,” jelas Etty.
Tak jarang mereka mendapat undangan tampil di berbagai acara.
“Jika ada undangan tampil, maka tim akan berlatih lebih intensif dari biasanya,” kata Etty.
Akan tetapi adanya pandemi ini membuat mereka tak bisa berkumpul secara langsung untuk berlatih.
Namun mereka mengganti sesi latihan secara virtual menggunakan media sosial maupun YouTube.
“Karena pandemi, kami harus melakukan penyesuaian, kami pindah secara virtual melalui Zoom ataupun Skype.
Tak hanya latihan virtual, Pesona Indonesia and Friends juga membagikan tutorial gerakan dasar tari tradisional tertentu di akun YouTube mereka.
Baca: Tari Saman
Anggota tari pun berasal dari kalangan yang bermacam-macam.
Ada anggota yang telah menguasai Teknik tarian tradisional.
Tapi ada pula yang baru dan ingin mencoba belajar.
“Karena anggotanya bermacam-macam, ada yang memang sudah dari lama menguasai berbagai tarian.
Dari mereka kita sama-sama belajar. Seperti Priska ini keahliannya tari Betawi, jadi dia mengajarkan Tari Betawi kepada anggota yang lain.
Lalu misalnya saya bisa menari tarian taradisional Jawa Tengah. Ada teman juga bisa menari tari Piring tari Melayu, dan lain-lain. Kami saling berbagi, tidak ada pengajar dan murid secara formal,” kata Etty.
Baik Etty dan Priska berharap para anggota komunitas tari ini bisa menularkan kemampuan mereka kepada orang lain.
Sehingga banyak orang akan tahu tentang tarian tradisional Indonesia dan juga sebagai upaya melestarikan budaya.
“Bisa menularkan juga kepada teman-teman. Bahwa apa yang kita anggap biasa saat di Tanah Air bisa ketika di luar negeri ini menjadi luar bisa. Ayo digali bareng supaya tidak hilang,” pungkasnya.