Varian baru virus corona itu bisa menyebabkan perlindungan melalui vaksin dan antibodi menjadi kurang efektif.
WHO mengatakan varian virus corona yang lebih menular dan terdetekasi pertama kali di Inggris sudah menyebar hingga ke 70 negara pada 25 Januari 2021, dilansir dari The Straits Times yang mengutip AFP.
Dikenal sebagai VOC 202012/01 atau B.1.1.7, varian baru virus corona ini terbukti lebih mudah menular dibandingkan dengan varian corona sebelumnya.
Varian ini, kata WHO, sudah menyebar ke 10 negara lagi selama seminggu terakhir.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pekan lalu juga memperingatkan bahwa studi baru telah mengindikasikan strain itu bisa lebih mematikan.
Akan tetapi, WHO menekankan pada Rabu bahwa hasil tersebut masih awal, dan lebih banyak analisis diperlukan untuk lebih memperkuat temuan tersebut.
Semua virus bermutasi ketika mereka mereplikasi untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka, dan para ilmuwan telah melacak beberapa mutasi Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Baca: Korban Jiwa Covid-19 Inggris Melonjak Pesat, Boris Johnson: Varian Baru Virus Corona Lebih Mematikan
Sebagian besar mutasi tidak terlalu penting, tetapi WHO telah mendesak negara-negara untuk secara aktif bekerja untuk menemukan mutasi yang mungkin secara signifikan mengubah virulensi atau penularan virus.
Kemudian, ada pula kasus varian 501.V2 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada bulan Oktober.
WHO mengatakan pada Rabu bahwa varian itu kini telah menyebar ke 31 negara, delapan lebih banyak dari seminggu yang lalu.
Masih mengutip The Straits Times, seperti varian Inggris, varian Afrika juga memiliki mutasi pada protein lonjakannya - bagian dari virus yang menempel pada sel manusia dan membantunya menyebar - membuatnya berpotensi lebih menular daripada jenis lain.
"Tetapi penelitian juga menunjukkan bahwa varian ini kurang rentan terhadap netralisasi antibodi," kata WHO.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa varian tersebut menimbulkan risiko infeksi ulang yang tinggi, dan juga dapat menghambat keefektifan vaksin Covid-19 yang jumlahnya terus meningkat.
Baca: WHO Kembali Umumkan 7 Gejala Baru Virus Corona: Mulai dari Gampang Marah hingga Depresi
WHO mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan, tetapi menekankan bahwa penelitian observasi di Afrika Selatan tidak menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang.
WHO juga mengakan varian ketiga dari virus tersebut, yang pertama kali ditemukan di Brasil, sekarang ada di delapan negara, naik dari hanya dua minggu lalu.
Varian yang disebut P1 telah menimbulkan kekhawatiran serupa bahwa virus itu bisa lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah.
“Studi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah ada perubahan dalam penularan, tingkat keparahan atau aktivitas penetral antibodi sebagai akibat dari varian baru ini,” kata WHO.
Kepala keadaan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan memperingatkan tahun kedua pandemi virus corona berpotensi lebih buruk, setidaknya dalam beberapa bulan pertama.