Apa itu yang disebut wajib kifayah?
Wajib (fardu) kifayah merupakan kewajiban bagi muslim, tapi apa bila sudah dilakukan oleh muslim lain kewajibannya menjadi gugur.
Menurut Ma'ruf Amin, kewajiban vaksinasi bisa gugur apabila sudah tercapai 70 persen penduduk Indonesia yang divaksin atau mencapai kekebalan komunal (herd immunity).
Penjelasan ini dipaparkan Wapres dalam acara Muhasabah dan Istighatsah untuk negeri yang disiarkan di kanal YouTube NU Channel pada Kamis (28/1/2021) malam lalu.
"Vaksinasi itu juga untuk imunisasi, mencegah. Supaya kita imun. Vaksinasi (hukumnya) wajib kifayah," kata Ma'ruf, dikutip Tribunnews.
Angka 70 persen penduduk, berarti vaksinasi mencapai sekitar 182 juta penduduk Indonesia.
Menurut Ma'ruf Amin, merupakan patokan bagi Indonesia untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap Covid-19.
"Kita masih punya kewajiban. Kalau terjadi apa-apa dosa kita dan ini. Kalau memakai masker itu wajibnya sini, masing-masing menjaga diri. Kalau vaksinasi itu kifai sampai dengan tervaksinasi sebanyak 182 juta orang," pungkasnya.
Vaksin yang Sudah Dapat Izin WHO
Berikut daftar vaksin Covid-19 yang segera mendapat izin darurat WHO.
Persetujuan peraturan tenatng vaksin ini menjadi kunci untuk memastikan keefektifan dan keamanan vaksin.
Inilah vaksin yang apat pesetujuan darurat WHO:
WHO tengah mempertimbangkan kemungkinan persetujuan cepat untuk dua vaksin China.
Yakni Sinopharm dan Sinovac.
Keduanya telah mengajukan ke WHO, dan tengah dilakukan peninjauan, dengan keputusan paling cepat pada Maret.
SinoVac belum merilis hasil uji coba fase III secara global.
Namun vaksinnya sudah disetujui untuk penggunaan darurat di negara-negara termasuk Brasil, Indonesia dan Turki.
Baca: Fraksi PDIP Ribka Digeser dari Komisi IX ke Komisi VII DPR setelah Tolak Vaksin Sinovac
Baca: Vaksin Sinovac Boleh Digunakan Meski Uji Fase III Belum Selesai, Ini Penjelasan BPOM
Sementara untuk Sinopharm sedang mengajukan permohonan untuk dua vaksin Covid-19.
Akan tapi kemungkinan persetujuan pada Maret hanya menyangkut yang dikembangkan oleh afiliasinya yang berbasis di Beijing, Institut Produk Biologi Beijing (BIBP), yang telah banyak digunakan untuk inokulasi di China.
Johnson & Johnson belum mempublikasikan hasil uji klinis fase III dari vaksinnya.
Namun UE telah menyampaikan pihaknya mengharapkan perusahaan untuk mengajukan persetujuan paling cepat Februari.
Sebagai informasi, vaksin Johnson & Jonhson, yang mempunyai perjanjian tidak mengikat untuk memasok Covax dengan 500 juta dosis selama jangka waktu yang tidak ditentukan, diharapkan mendapatkan persetujuan WHO paling cepat pada Mei atau Juni.
3. Vaksin Pfizer-BioNTech
WHO telah mengesahkan vaksin yang dikembangkan Pfizer BioNTech pada akhir Desember lalu.
Covax awalnya tidak memasukkan suntikan Pfizer-BioNTech dalam daftar pilihannya untuk pembelian vaksin di awal.
Pfizer dan BioNTech memakai teknologi terbaru berbasis versi sintetis molekul virus SARS-Cov-2 yang disebut messenger RNA atau disingkat mRNA. Sejauh ini belum ada vaksin berbasis teknologi ini yang diberi izin resmi.
Vaksin Pfizer-BioNTech mempunyai tingkat efikasi 95 persen setelah mendapat dua suntikan.
Vaksin Pfizer-BioNTech harus disimpan dalam pendingin dengan suhu minus 70 derajat Celsius.
4. Vaksin Moderna
Untuk vaksin Moderna, kalender persetujuan sementara menunjukkan persetujuan WHO bagi vaksin yang didasarkan pada teknologi mRNA, diberikan pada akhir Februari.
Vaksin Moderna harus disimpan pada suhu minus 20 derajat Celsius.
Produsen obat AS Moderna Inc menyatakan vaksinnya 94,5 persen efektif, menurut data awal dari studi perusahaan yang masih berlangsung.
Uji coba vaksin ini melibatkan 30.000 orang di AS.
Setengah dari mereka diberi dua dosis vaksin dengan jarak empat pekan. Sisanya mendapat suntikan placebo.
Baca: Jokowi Kembali Disuntik Vaksin Covid-19 CoronaVac Hari Ini, Disiarkan Langsung
Baca: Lewat Covax, Indonesia Bisa Peroleh Vaksin Covid-19 Gratis hingga Sebanyak 20% Jumlah Penduduk
Sama seperti Pfizer, vaksin Moderna juga mengandalkan messenger RNA, atau mRNA, molekul genetik yang dibaca oleh mesin sel untuk membangun protein di dalam sel.
Pada vaksin Moderna, mRNA berisi instruksi untuk membangun protein spike virus corona, bagian yang membantu virus memasuki sel manusia.
Vaksin menginduksi sel manusia untuk membuat protein spike, dan sistem kekebalan kemudian membuat antibodi untuk menempel pada protein spike.
Antibodi yang distimulasi vaksin tersebut, bertugas untuk mencegah virus asli menginfeksi sel sehat pada tubuh di masa mendatang.
5. Vaksin AstraZeneca-Oxford
Dokumen Covax memaparkan, vaksin Covid-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan diproduksi Serum Institute of India dapat disahkan WHO pada Januari atau Februari.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford memiliki tingkat efikasi 70 oersen.
"Vaksin Covid-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan diproduksi Serum Institute of India (SII) dapat disahkan WHO pada Januari atau Februari," menurut dokumen Covax seperti dilansir Reuters, Jumat (22/1/2021).
Diberitakan sebelumnya, vaksin AstraZeneca-Oxford dibuat didasarkan pada adenovirus simpanse, yang dimodifikasi untuk menghasilkan protein di dalam sel manusia yang juga diproduksi oleh Covid-19.
Baca: Jubir Kemenkes Beri Alasan Pemerintah Tak Beri Kuota Vaksin untuk Penyintas Covid-19
Baca: Mendagri Tito Karnavian: Vaksin Bukan Obat untuk Menyembuhkan Orang dari Covid-19
Artinya, vaksin vektor virus dibuat dari versi yang dilemahkan dari virus flu biasa yang menyebabkan infeksi pada simpanse.
Virus flu simpanse telah diubah secara genetik untuk memasukkan urutan genetik dari apa yang disebut protein spike yang digunakan virus corona untuk masuk ke sel manusia.
Dilansir Reuters (31/12/2020), vaksin virus corona AstraZeneca-Oxford disebut manjur dalam mencegah infeksi Covid-19 bergejala dengan tingkat efektivitas sebesar 70,4 persen.
Angka ini diperoleh dari 5.807 orang yang mendapat vaksin dua dosis setelah 30 hari, dibandingkan dengan 101 dari 5.829 orang yang mendapat plasebo.
6. Vaksin yang diproduksi SK Bioscience, Korea Selatan
Vaksin yang diproduksi di Korea Selatan di SK Bioscience, berdasarkan kalender sementara yang diterbitkan WHO, dapat disetujui Badan PBB pada paruh kedua Februari.
Sebelumnya telah diberitakan jika Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) berencana menyetujui sejumlah vaksin.
Vaksin-vaksin ini akan diberikan ke negara miskin dalam hitungan minggu hingga bulan depan.
Langkah WHO ini bertujuan supaya negara-negara miskin segera mendapatkan vaksin virus corona, seperti dilansir dari CNA, Kamis (21/1/2021).
Hal ini mengingat banyak negara miskin dengan pendapatan kecil kesulitan dalam memberikan vaksin Covid-19.
Kondisi tersebut disebabkan oleh keterbatasan teknologi sampai sumber daya dari negara miskin tersebut.
Seperti diketahui, Covax - skema global pendistribusian vaksin yang dipimpin WHO - berkeinginan mengirimkan setidaknya 2 miliar dosis vaksin Covid-19 di seluruh dunia tahun ini.
Yakni dengan setidaknya sebanyak 1,3 miliar dikirimkan ke negara-negara miskin.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 6 Vaksin yang Akan Disetujui WHO, dari AstraZeneca hingga Sinovac