Fenomena Tanah Bergerak Resahkan Warga Sukabumi, Ahli Mulai Lakukan Kajian Awal

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pegawai BPBD mengecek lokasi bencana tanah bergerak di Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (26/1/2021

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mulai melakukan kajian terkait bencana tanah bergerak di Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabum, Kamis (28/1/2021).

Pengambilan data serta pemeriksaan turut melibatkan Dinas Perindustrian dan Energi Sumber Daya Mineral (PESDM) Kabupaten Sukabumi.

Kajian ini didasari adanya laporan Pemerintah Desa Cijangkar, yang ingin mengetahui kondisi tanah.

Untuk menjaga kekhawatiran masyarakat Dusun Ciherang, karena semakin hari semakin ada retakan," terang Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kabupaten Sukabumi Nanang Sudrajat kepada Kompas.com, Kamis (28/1/2021).

"Hari ini kami melaksanakan pengkajian manual, sambil menunggu penyelidikan secara detail dari Badan Geologi," ujarnya.

Kendati demikian, untuk mengambil langkah lebih lanjut tetap harus menunggu penyelidikan penyelidikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)-Badan Geologi.

"Mudah-mudahan saja tim PVMBG bisa secepatnya ke Ciherang," ungkap Nanang.

Kondisi

Seorang warga menunujukan retakan sudut bangunan akibat bencana tanah bergerak i Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (3/1/2021) (KOMPAS.com/BUDIYANTO)

Baca: Intensitas Erupsi Merapi Tinggi, PT Angkasa Pura I Siapkan Antisipasi Bencana Alam di 2 Bandara

Baca: Sering Terjadi Bencana Alam Gempa Bumi, Berikut Cara Antisipasi Gempa Menurut BMKG

Warga setempatmulai resah dengan fenomena tanah bergerak sejak Minggu (13/12/2020).

Namun kondisi kian parah belakangan ini.

Beberapa waktu terakhir, warga menjumpai adanya retakan pada bangunan da tanah, baik di area perumahan maupun persawahan.

Menurut data Pemerintah Desa (Pemdes) Cijangkar setidaknya terdapat 16 unit rumah yang terdampak oleh kejadian ini.

Rumah tersebut dihuni 18 KK dengan total 40 jiwa.

Tanah bergerak juga mengancam 101 unit rumah yang ditempati 116 kepala keluarga dengan jumlah kesuluruhan 366 jiwa.

Ada 6 rumah yang dibongkar akibat bencana ini. Sementara itu, sebanyak 114 jiwa dari 37 kepala keluarga mengungsi.

Baca: BNPB: Sudah Ada 185 Bencana di Tanah Air pada 1-21 Januari 2021, Mayoritas Banjir

Baca: Jakarta Dilanda Cuaca Ekstrem hingga 2 Februari, Waspada Potensi Banjir Bandang 2 Hari

Pegawai BPBD mengecek lokasi bencana tanah bergerak di Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (26/1/2021 (KOMPAS.com/BUDIYANTO)

Penyebab

Kepala Seksi ESDM pada Dinas Perindustrian dan ESDM Kabupaten Sukabumi Mukhsin Badrusalam menyebut ada beberapa faktor yang bisa jadi penyebab tanah bergerak.

Beberapa di antaranya, curah hujan, tofografi, geologi, dan tutupan lahan.

"Sekarang hanya mengambil data lapangan, melihat langsung rekahan-rekahan," jelas Mukhsin setelah pengecekan lapangan.

Mukhsin menjelaskan apabila dilihat secara topografi, fenomena ini terjadi di lereng.

Dari kacamata geologi, batu breksi dari formasi jampang telah mengalami pelapukan yang sangat kuat.

Air masuk ke tanah melalui rekahan. Kemudian, air bertemu dengan batuan yang kuat.

Keberadaan batu kuat ini sebagai medan gelincir yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah.

"Kami hanya sebatas kajian awal.Selanjutnya untuk kajian secara detail oleh Badan Geologi," ucap Mukhsin.

Tanah Bergerak di Purworejo

Petugas BPBD Kabupaten Purworejo menunjukkan rekahan tanah akibat fenomena tanah bergerak di Desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Senin (16/1/2021). (Dok BPBD Kabupaten Purworejo)

Peristiwa serupa juga terjadi di Purworejo, Jawa Tengah.

Setidaknya tiga rumah ambruk akibat bencana tanah bergerak di Desa Tegalsari, Kecamatan Bruno Purworejo.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo, Sutrisno menjelaskan, awal mula tanah bergerak diketahui pada Kamis (14/1/2021) sekitar pukul 02.00 WIB.

Kejadian ini dipicu tingginya intensitas hujan.

Baca: Viral Masjid di Kalimantan Terendam Banjir, Anehnya Airnya Sangat Bening

"Sekarang sudah 3 rumah yang roboh. Total ada 14 KK yang mengungsi," jelas Sutrisno, melalui pesan singkat Whatsapp pada Kompas.com, Senin (18/1/2021).

Dari jumlah keluarga tersebut ada 31 jiwa yang tersebar di 8 pos pengungsian.

Kini masih tampak beberapa rekahan tanah di lokasi.

Rata-rata, rekahan tersebut memiliki lebar 1-5 sentimeter, sepanjang sekita 50 meter.

Beberapa rumah tampak mengalami kerusakan berupa lantai dan dinding retak, bahkan ada yang ambril.

Sutrisno menjelaskan bencana ini jadi yang pertama di Tegalsari.

Kendati demikian, bencana serupa merupakan fenomena yang kerap terjadi di desa lainnya di Kecamatan Bruno, seperti Desa Puspo, Brunosari, Kaliwungu, Sumoleter dan lainnya.

"Akan tetapi desa lainnya tidak sampai merobohkan rumah, seperti di Tegalsari. Pak Bupati, dan pejabat Pemkab Purworejo sudah ke lokasi di Tegalsari dan Kaliwungu menyalurkan bantuan kepada warga," jelas Sutrisno.

(TribunnewsWiki.com/Nur, Kompas.com/Budiyanto)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer