Tingginya angka penularan virus corona tak berbanding lurus dengan kapasitas rumah sakit untuk perawat pasien.
Di DKI Jakarta saja, ketersediaan tempat tidur isolasi untuk pasien Covid-19 yang bersisa hanya 14 persen.
Untuk mengantisipasi penuhnya tempat tidur perawatan isolasi dan ICU, Pemprov DKI Jakarta berencana menambah kapasitas tempat tidur.
Namun di sisi lain, Sekjen Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Ichsan Hanafi mengatakan, meski tempat tidur perawatan ditambah, akan selalu penuh.
Hal itu disebabkan jika masyarakat tidak taat terhadap protokol kesehatan.
"Kami kemarin beberapa RS kami tambah langsung penuh juga, tambah, penuh lagi," kata Ichsan, Senin kemarin.
Dia mengatakan, selama penularan Covid-19 terus meningkat, tempat tidur perawatan pasien Covid-19 akan terus kekurangan walaupun ditambah.
Pasalnya, laju penambahan pasien Covid-19 jauh lebih cepat daripada laju penambahan tempat tidur perawatan.
"Tentu akan terus tetap kurang kalau memang masyarakat dan kita semua tidak disiplin (protokol kesehatan)," kata dia.
Saat ini, kata Ichsan, ARSSI meminta anggotanya untuk menambah kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU.
Pemerintah, lanjut Ichsan, memerintahkan agar rumah sakit rujukan Covid-19 bisa menyediakan 30-40 persen dari kapasitas RS untuk perawatan pasien Covid-19.
Baca: 2 Hari Tak Bisa Dapat Rumah Sakit Rujukan, Pasien Covid-19 di Tangerang Selatan Meninggal Dunia
Baca: Pemerintah Tak Kunjung Bayar Klaim Perawatan Pasien Covid-19, Padahal RS Sudah Penuh
Namun tantangan tidak hanya pada seberapa sanggup rumah sakit, khususnya swasta, menambah kapasitas tempat tidur perawatan pasien Covid-19.
Tantangan lain datang dari sisi keuangan rumah sakit.
Pasalnya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, tak kunjung membayar klaim biaya pengobatan para pasien Covid-19.
Ichsan mengatakan, untuk satu rumah sakit saja pemerintah bisa berutang biaya pengobatan miliaran rupiah.
Padahal saat ini tercatat ada lebih dari 300 rumah sakit swasta yang menerima surat keputusan Kemenkes sebagai rumah sakit rujukan Covid-19.
"Satu rumah sakit saja bisa puluhan miliar. Ya beberapa miliar ya. Nah, ini yang teman (RS swasta) perlu suntikan dana itu," kata Ichsan.
Menurut Ichsan, jika klaim pembayaran untuk perawatan pasien Covid-19 tak kunjung turun, kemungkinan rumah sakit swasta kecil akan bermasalah secara keuangan.
Baca: Diduga Mabuk, Pengendara Motor di Blitar Tabrak Ambulans yang Angkut Jenazah Covid-19
Baca: Warga Depok Diduga Positif Covid-19 Meninggal di Taksi Online, Sempat Ditolak di 10 Rumah Sakit
"Sehingga, RS swasta yang kecil-kecil agak terengah-engah," kata Ichsan.
Di sisi lain, pemerintah meminta agar semua RS swasta bisa berperan aktif dalam menambah tempat tidur perawatan pasien Covid-19.
"Tapi, di satu sisi kami harapkan klaim kami cepat dibayar ya," ucap Ichsan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "RS Penuh, Pemerintah Belum Bayar Uang Perawatan Pasien Covid-19"