Bagi Ketua DPR Nancy Pelosi, Donald Trump Tak Lebih dari Noda dalam Sejarah Amerika

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto file yang diambil pada 12 Januari 2021, memperlihatkan Presiden AS Donald Trump melambaikan tangan saat berjalan ke Marine One di South Lawn Gedung Putih di Washington, DC sebelum keberangkatannya ke Alamo, Texas. Trump disebut-sebut akan memberi grasi kepada 100 kriminal kerah putih, rapper terkenal, dan seorang dokter mata terkenal.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ketua DPR AS Nancy Pelosi angkat bicara di masa-masa terakhir Donald Trump jadi Presiden AS.

Bagi politisi Demokrat tersebut, Donald Trump tak lebih dari noda bagi Amerika Serikat.

"Saya pikir kami lebih besar dari semua ini. Donald Trump adalah noda di negara kita. Saya tidak berpikir kita dapat mempertahankan demokrasi kita, jika dia menjabat dua periode," ungkapnya seperti yang dilansir Kompas.com dari Daily Mail pada Rabu (20/1/2021).

"Untuk apa yang dia lakukan pada konstitusi kita. Dia tidak menghormati itu."

Soal pesan untuk Donald Trump, Nancy Pelosi hanya ingin dia mengakui Joe Biden sebagai presiden.

Memang, Trump telah mengakui pemerintahan baru akan menjabat pada Rabu (20/1/2021), tapi dia belum menyebut nama Joe Biden sebagai presiden baru.

"Baiklah, hal pertama yang ingin saya katakan kepadanya adalah terimalah hasil pemilihan, mengakui Presiden Joe Biden, dan menarik teroris yang Anda tabur," kata Pelosi.

"Jika saya harus meninggalkan pesan untuknya, itu akan sangat singkat. 'Akuilah pemilihan,' tidak lebih."

Catatan Miring Trump di Akhir Masa Jabatan

Foto file diambil pada 12 Januari 2021 ketika Presiden AS Donald Trump naik Air Force One sebelum meninggalkan Harlingen, Texas. Trump disebut akan mengampuni 100 kriminal. (MANDEL NGAN / AFP)

Baca: Pertama Masuk Bursa Capres 1987, Joe Biden Dilantik Jadi Presiden Amerika 34 Tahun Kemudian

Baca: Resmi Dilantik, Joe Biden Jadi Presiden Tertua dalam Sejarah AS, Masalah Kesehatan Jadi Sorotan

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikenal sebagai sosok yang kontroversional.

Bahkan, beberapa catatan negatif tetap ia lakukan jelang lengser dari jabatan.

Satu di antara hal yang disorot baru-baru ini adalah tradisi tur Gedung Putih.

Ibu Negara Melania Trump tak mengirim undangan pada ibu negara berikutnya, Jill Biden, untuk tur gedung putih.

Seorang juru bicara Gedung Putih membenarkan berita ini ketika dikonfirmasi DailyMail, Selasa (19/1/2020).

Padahal, tur Gedung Putih merupakan tradisi AS yang sudah dilakukan sejak 1950-an.

Kala itu Bess Truman menjamu suksesornya, Mamie Eisenhower.

Namun, ini tak sepenuhnya salah Melania.

Sebab, dua ibu negara akan melakukan tur ketika petahana mengundang presiden terpilih di Oval Office.

Baca: Donald Trump Bakal Tetap Jadi Figur Kuat di Republik, Diisukan Bakal Balas Dendam ke 10 Orang Ini

Presiden AS Donald Trump duduk dengan tangan bersilang saat diskusi meja bundar tentang Pembukaan Kembali Sekolah-Sekolah Amerika yang Aman selama pandemi coronavirus, di Ruang Timur Gedung Putih pada 7 Juli 2020, di Washington, DC. (JIM WATSON / AFP)

Sementara hingga kini, Donald Trump belum pernah melayangkan undangan itu pada Joe Biden.

Melania Trump akan menjadi ibu negara modern pertama yang tidak mengundang penggantinya ke Gedung Putih.

Tak Belajar dari Michelle Obama

Tradisi Tur Gedung Putih terus dilakukan meski situasi politik memanas.

Bahkan Laura Bush mengundang Michelle Obama dua kali, sendiri dan bersama putrinya.

Michelle Obama juga mengajak Melania tur tak lama setelah Donald Trump memenangkan kursi kepresidenan.

Keluarga Obama tetap memberikan sambutan hangat kepada Trump setelah dia terpilih.

Baca: Barack Obama Sebut Demokrasi di AS di Ambang Krisis

Baca: Termasuk Soal Orang Muslim, Presiden Baru AS Joe Biden Siap Ubah Kebijakan Aneh di Era Donald Trump

Padahal Trump sempat memberikan komentar miring pada Obama ketika pemilu, termasuk mempertanyakan kelahiran Presiden ke-44 itu.

Barack dan Michelle Obama menjamu Donald dan Melania Trump pada 10 November 2016, hanya dua hari setelah Trump memenangkan Gedung Putih.

Saat para pria mengobrol di West Wing, kedua wanita itu minum teh di kediaman keluarga.

Selain itu, Michelle memberi Melania tur ke tempat tinggal keluarga pertama dan membawanya untuk melihat Truman Balcony.

Dalam foto file yang diambil pada tanggal 20 Januari 2017 Presiden AS Donald Trump (tengah) berbicara dengan mantan Presiden Barack Obama saat mantan Wakil Presiden Joe Biden dan Senator New York Chuck Schumer melihat saat upacara pelantikan di US Capitol di Washington DC. Ketika Donald Trump melihat ke bawah untuk terakhir kalinya dari helikopternya di atas halaman Gedung Putih pada 20 Januari 2021, puing-puing kepresidenannya tidak akan terhindarkan. Pemain sandiwara dengan rambut pirang yang diwarnai, kulit kecokelatan palsu dan bakat untuk berhubungan dengan orang banyak mulai menjabat empat tahun lalu, membuat janji yang mengejutkan dalam pidato pengukuhannya bahwa ia akan mengakhiri "pembantaian Amerika." (Paul J.RICHARDS / AFP)

Tak Dapat Penghormatan Ala Militer

Media Lokal AS melaporkan pada pekan lalu, tak akan ada penghormatan 21 senjata yang akan mewarnai acara perpisahan Donald Trump.

Diberitakan Tribunnews, alasannya Trump dianggap melakukan pelanggaran tradisi.

Pentagon dikabarkan telah menolak permintaan pemerintah untuk menggelar upacara bergaya militer tradisional.

Upacara perpisahan untuk Trump akan digelar pada Rabu pagi (20/1/2021) waktu setempat, sebelum Presiden terpilih Joe Biden mengambil sumpah jabatan sebagai Presiden AS berikutnya.

Hingga berita ini ditulis, belum ada rilis resmi apakah jadinya akan ada upacara 21 senjata untuk Trump atau tidak.

Trump sendiri mengatakan tak akan datang ke acara pelantikan.

Karenanya, Wakil Presiden Mike Pence diharapkan menghadiri acara tersebut untuk mewakili Trump.

Polemik Grasi untuk Diri Sendiri

Baca: Bos Twitter Sedih Blokir Akun Donald Trump: Keputusan Tepat Tapi Sebuah Kegagalan

Baca: Pendemo Wanita Gasak Laptop Nancy Pelosi saat Gedung Capitol Rusuh, akan Dijual ke Mata-mata Rusia

Dalam sebuah wawancara via telepon, Minggu (29/11/2020), yang pertama kalinya Donald Trump lakukan sejak hari pemilihan, Trump memberi tuduhan baru yang menyatakan bahwa FBI dan Departemen Kehakiman AS terlibat dalam kecurangan Pilpres AS yang menguntungkan saingannya, Joe Biden. (ANDREW CABALLERO-REYNOLDS / AFP)

Pada awal Januari 2021, Donald Trump mengklaim punya hak untuk memberikan grasi bagi diri sendiri.

"Seperti yang telah dinyatakan oleh banyak sarjana hukum, saya memiliki hak mutlak mengeluarkan grasi untuk diri saya," kicaunya di Twitter.

"Tapi mengapa saya harus melakukannya kalau saya tidak melakukan kesalahan apa pun," lanjut Trump.

Kala itu, Sekretaris Pers Sarah Sanders tak menjawab pertanyaan wartawan yang meminta penjelasan pandangan tentang presiden dapat memberikan grasi pada dirinya sendiri.

"Beruntungnya, presiden tidak melakukan kesalahan apa pun dan tidak membutuhkan grasi," begitu jawaban Sanders, dikutip Kompas.com.

"Tentu saja, tidak ada yang kebal hukum," ucapnya, setelah terus dicecar pertanyaan oleh jurnalis.

"Ini argumen konstitusional yang benar-benar menarik mengenai 'dapatkah presiden mengampuni dirinya sendiri?'", ucapnya.
"Saya pikir percabangan politik itu akan sulit. Mengampuni orang lain adalah satu hal.

Memaafkan diri sendiri adalah hal lain," imbuhnya.

Tampaknya Donald Trump benar-benar tak ingin menyalahgunakan wewenangnya.

Hingga berita ini ditulis, dia tak mengisyaratkan akan menggunakan hak pengampunannya untuk diri atau keluarganya sendiri.

Baca: Rawan Blunder, Donald Trump Bungkam dan Sembunyi dari Media Sejak Kerusuhan di Gedung Capitol

Baca: Gladi Bersih Pelantikan Joe Biden Kacau: Kebakaran Biasa Dikira Bom, Peserta Gladi Berlari Panik

Kendati demikian, bukan berarti masalah grasi berjalan mulus.

Dikabarkan para pemohon harus membayar sekutu Trump agar mau melobinya.

Tak tanggung-tanggung, jumlahnya disebut mencapai puluhan ribu dolar AS.

Kabar ini diberitakan oleh The New York Times pada Minggu (17/1/2021).

Mantan jaksa federal Brett Tolman termasuk salah satu orang yang mengumpulkan puluhan ribu dollar AS dari pemohon grasi dari presiden.

Di antara pemohon grasi tersebut, ada putra mantan senator dari Arkansas, pendiri marketplace daring khusus obat Silk Road, dan seorang wanita dari Manhattan yang mengaku bersalah atas penipuan.

Pemerintahan Trump mengatakan bahwa Tolman telah membantu individu yang "kurang terhubung" untuk mendapatkan grasi.

Kendati demikian, tidak ada catatan publik yang menunjukkan bahwa Tolman dibayar untuk itu.

Sebenarnya, dalam sistem hukum di AS, pemohon grasi tidak melakukan tindakan ilegal jika membayar pelobi untuk meminta presiden memberikan grasi.

Yang jadi masalah adalah jika ada tawaran uang kepada presiden untuk memberikan grasi, maka itu akan melanggar undang-undang penyuapan.

(TribunnewsWiki.com/Ahmad Nur Rosikin)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer