"Basarnas melaksanakan evakuasi korban di dalam bangunan-bangunan yang sedang runtuh," jelas Bagus.
Dirinya menyebut, pihaknya juga telah mengirimkan perlengkapan tambahan untuk ekstrikasi pada bangunan yang runtuh.
"Kita ikutsertakan satu tim dari pusat, tim Urban SAR bersama dengan perlengakapan-perlengakapn tambahan, untuk pelaksanaan ekstrikasi terutama pada bangunan-bangunan yang runtuh."
Sebelumnya, gempa telah mengguncang Majene Sulawesi Barat sebanyak 2 kali.
Gempa pertama kali dirasakan warga pada Kamis (14/1/2021) kemarin, yang membuat mereka segera mengungsi ke hutan.
Baca: Anggota DPR Minta Vaksinasi Mandiri Bebas dari Muatan Bisnis Jika Telah Disahkan
Gempa pertama sekitar pukul 13.35 WITA dengan Magniduto 5,9 tersebut membuat warga panik sembari bergegas menuju dataran tinggi.
Warga semakin panik karena gempa memicu terjadinya longsor.
BMKG Majene mencatat, titik gempa berada di 4 kilometer sebelah barat laut Majene dengan kedalaman 10 kilometer.
Masyarakat diharapkan untuk tetap tenang karena gempa tersebut diprediksi tidak menimbulkan tsunami.
Sementara itu, gempa kedua terjadi pada Jumat (15/1/2021) pukul 02.28 WITA dengan magnitudo 6,2.
Gempa kedua tersebut terjadi di kantor Gubernur Sulawesi Barat di Kabupaten Mamuju yang berpusat di Kabupaten Majene.
Titik gempa berada di 6 kilometer sebelah timur laut Majene dengan kedalaman 10 kilometer.
Gempa dirasakan cukup kuat di Kabupaten Majene sekitar 5 hingga 7 detik.
Gempa susulan terus terjadi dengan skala kecil, tetapi tidak ada potensi adanya tsunami.
Evakuasi korban yang tertimpa bangunan terus dilakukan.
Kepala Kantor SAR atau Kakansar Mamuju Saidar Rahmanjaya dalam telewicara bersama Breaking News Kompas TV menjelaskan, terdapat 2 orang korban masih terjebak di reruntuhan gedung Kantor Gubernur.
Menurut keterangannya secara langsung di Kantor Gubernur Mamuju, bangunan yang tersisa hanya sekitar 10 persen.
"Yang tersisa ini paling sekitar 10 persen. Sebagian besar di atas 80 persen sudah rusak atau remuk," jelas Saidar.