Pascatragedi Sriwijaya Air, Bisnis Penerbangan di Indonesia Dicap Paling Mematikan Sedunia

Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Indonesia dinilai sebagai negara yang cukup sering terjadi peristiwa crash atau jatuhnya pesawat terbang.

Alur bisnis penerbangan Indonesia kini kembali menjadi sorotan dunia setelah insiden jatuhnya pesawat terbang di Indonesia.

Pesawat dari maskapai Sriwijaya Air dengan nomor SJ 182 dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak jatuh di perairan sekitar Kepuluan Seribu, Sabtu (9/1/2020) sore hari.

Pesawat rute Jakarta-Pontianak itu hilang kontak di Kepulauan Seribu tidak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Sabtu (9/1/2021) pukul 14.30 WIB.

Peristiwa tersebut menambah catatan memilukan terkait insiden pesawat jatuh di Indonesia, setelah peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air pada 2018 lalu.

Ini menandai kecelakaan besar ketiga yang melibatkan maskapai penerbangan di Indonesia dalam enam tahun terakhir. 

Dilansir dari Reuters, sebelum kecelakaan itu terjadi, ada 697 korban jiwa di Indonesia selama satu dekade terakhir termasuk kecelakaan pesawat militer dan swasta.

Baca: 7 Fakta Menarik Black Box Pesawat, Ternyata Tak Bisa Dihancurkan

Menurut database Jaringan Keselamatan Penerbangan, angka ini menjadikan Indonesia sebagai pasar penerbangan paling mematikan di dunia - di depan Rusia, Iran dan Pakistan.

Reuters memberitakan catatan keselamatan udara Indonesia telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

Salah satunya dengan menerima evaluasi yang baik dari badan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2018. 

Lokasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 muncul di google maps dengan simbol SOS alert. (KompasTekno)

"Kecelakaan hari Sabtu tidak ada hubungannya dengan MAX, tetapi Boeing sebaiknya memandu Indonesia - yang memiliki catatan keselamatan udara buruk - untuk memulihkan kepercayaan pada industri penerbangannya," kata Shukor Yusof, kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia kepada Reuters.

Pihak berwenang menemukan perekam data penerbangan pesawat Sriwijaya dan perekam suara kokpit pada hari Minggu, tetapi para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan faktor-faktor yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat yang berusia hampir 27 tahun itu.

Sementara, Bloomberg melalui artikel berjudul Jet Crash Adds to Long List of Aviation Disasters in Indonesia, membahas soal catatan keamanan penerbangan yang buruk di Indonesia. 

Dilansir dari Bloomberg, pakar asing menilai, ada beberapa penyebab seringnya pesawat di Indonesia jatuh.

Pertama adalah usia pesawat.

Menurut data armada di Planespotters.net, usia rata-rata armada Boeing Sriwijaya adalah sekitar 17 tahun. 

Perhitungan Bloomberg menunjukkan, tidak termasuk Boeing 737-900 yang melakukan penerbangan pertamanya pada tahun 2014, usia armada rata-rata mencapai hampir 19 tahun.

Bandingkan dengan usia rata-rata armada PT Garuda Indonesia yaitu 8,3 tahun.

Baca: Tim SAR Gabungan Telah Temukan Sinyal Keberadaan Black Box Sriwijaya Air SJ 182, Segera Diangkat

“Kami belum tahu apa yang menyebabkan insiden itu,” kata Shukor Yusof, pendiri perusahaan konsultan penerbangan Endau Analytics di Malaysia seperti yang dilansir Bloomberg.

Faktor kedua adalah cuaca.

Halaman
123


Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr

Berita Populer