Kontroversi Dokter China Sebut 1 Jenis Vaksin Covid-19 dari Negaranya 'Tidak Aman': 73 Efek Samping

Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksin Covid-19. Seorang dokter di China memicu kontroversial setelah menyebut satu Jenis vaksin Covid-19 dari negaranya 'tidak aman' karena memiliki 73 efek samping.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - China memperkenalkan dua jenis vaksin Covid-19; Sinovac dan Sinopharm.

Meski begitu, vaksin-vaksin garapan China itu disebut tak lebih manjur dari vaksin garapan Amerika Serikat-Jerman, Pfizer ataupun dari Inggris, AstraZeneca.

Efektivitas vaksin dari China pun semakin mengundang tanda tanya pasca sebuah pernyataan dokter di negara tersebut.

Seorang dokter dari China telah memicu kontroversi setelah menyebut vaksin Covid-19 buatan China merupakan vaksin yang paling tidak aman di dunia.

Menurut berita Daily Mail, seorang bernama Dr Tao Lina yang merupakan seorang ahli vaksin dari Shanghai, menunjukkan kepada 4,8 juta pengikut media sosialnya pada hari Selasa bahwa suntikan yang dikembangkan oleh produsen obat yang dikelola pemerintah di Beijing, Sinopharm, memiliki 73 efek samping.

Logo perusahaan Sinopharm Group Co Ltd ditampilkan pada konferensi pers tentang hasil tahunan perusahaan di Hong Kong, Cina 29 Maret 2016. (REUTERS)

Namun, setelah pernyataannya disebarkan secara luas di luar China daratan, pekerja medis tersebut membantah telah mengkritik vaksin Sinopharm dan mengecam media asing karena 'memutarbalikkan' dan 'mengeksploitasi' kata-kata yang ditulisnya.

Dr Tao mengklaim postingan kontroversialnya, yang telah dihapus, ditulis dengan nada 'sangat sarkastik'.

Dia bersikeras bahwa vaksin Covid-19 China 'sangat aman' dan meminta maaf kepada rekan senegaranya atas pilihan kata-katanya yang 'kurang hati-hati'.

Baca: MUI Sebut Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac Halal dan Suci, BPOM Belum Terbitkan Izin Pakai Darurat

Pada Malam Tahun Baru, otoritas kesehatan Beijing memberikan persetujuan 'bersyarat' untuk vaksin Sinopharm, yang dilaporkan memiliki tingkat efektivitas sebesar 79,34%.

Seperti diketahui, China menargetkan untuk menyuntik jutaan warganya, sebagian besar pekerja garis depan dan populasi usia kerja, sebelum masuk musim liburan Tahun Baru Imlek pada pertengahan Februari mendatang.

Kericuhan soal vaksin terungkap awal pekan ini ketika Dr Tao menerbitkan sebuah blog berjudul 'Vaksin Covid-19 dari Sinopharm dikhawatirkan menjadi vaksin paling tidak aman di dunia'.

Artikel itu diunggah ke Weibo (setara dengan Twitter) dalam bahasa Mandarin. 

Baca: Kemanjuran Vaksin Sinovac di Turki dan Brazil Berbeda, BPOM: yang Penting Syarat WHO Terpenuhi

Dia menulis bahwa vaksin besutan Sinopharm memiliki 73 efek samping, sehingga menjadikannya vaksin paling tidak aman di dunia.

Beberapa efek samping yang terdaftar adalah nyeri di sekitar area suntikan, sakit kepala, tekanan darah tinggi, kehilangan penglihatan dan rasa, dan inkontinensia urin.

Pakar tersebut menyatakan bahwa tidak ada vaksin di dunia yang 'memiliki lebih banyak efek samping' daripada rejimen Covid-19 dua dosis dari Sinopharm dan menggambarkan potensi dampak merugikan obat tersebut sebagai hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pernyataan Dr Tao dengan cepat diketahui dan diambil oleh berbagai situs berita yang berbasis di luar daratan Cina, termasuk Apple Daily, Voice of America dan Taiwan News.

China.com, situs web yang diawasi oleh Partai Komunis China, juga melaporkan postingan Dr Tao, tetapi artikel tersebut tampaknya tidak dapat diakses pada hari Kamis.

Dalam postingan Weibo pada hari Kamis, Dr Tao membantah tuduhan bahwa dia telah mencemarkan vaksin Covid-19 Sinopharm.

Seorang pekerja medis memberikan vaksin Biotek Sinovac untuk melawan virus corona COVID-19 kepada seorang pria di pusat perawatan kesehatan di Yantai, di provinsi Shandong, China timur pada 5 Januari 2021. (STR / AFP)

Dia berpendapat bahwa blog sebelumnya bertujuan untuk menunjukkan kesalahan dalam manual vaksin Sinopharm.

Dia mengklaim, dirinya telah curiga bahwa banyak efek samping telah terdaftar karena kesalahan. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menulis blog untuk menarik perhatian perusahaan farmasi.

Untuk memastikan keamanan vaksin tersebut kepada para followernya, Dr Tao mengklaim telah menerima dosis pertama dari vaksin Sinopharm dan akan mendapatkan dosis kedua pada hari Sabtu.

"Dengan ini, saya menyampaikan permintaan maaf saya kepada banyak pengguna web dan warga negara di seluruh negeri, dan mengecam tindakan jahat media luar negeri," tulis Dr Tao seperti yang dilansir Daily Mail.

Berita itu datang ketika China National Biotec Group (CNBG) mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah memberikan lebih dari 4 juta dosis vaksin Covid-19 pada 4 Januari melalui program penggunaan darurat China.

Dua vaksin masing-masing dari dua lembaga yang dimiliki oleh CNBG, sebuah unit dari Sinopharm, dimasukkan dalam skema vaksinasi darurat China, yang secara resmi diluncurkan pada Juli menargetkan kelompok orang tertentu yang menghadapi risiko infeksi tinggi.

"Tidak ada reaksi merugikan yang serius yang dilaporkan dalam penggunaan darurat berskala besar dari vaksin Covid-19 Sinopharm," kata CNBG di media sosial China, WeChat.

Baca: WHO Kecewa dengan China yang Halangi Investigasi Awal Mula Virus Corona di Wuhan, Ini Kronologinya

Sementara Inggris dan negara-negara Barat lainnya memprioritaskan vaksinasi bagi para lansia dan pekerja garis depan untuk mencapai kekebalan kawanan, China berlomba untuk memvaksinasi mereka yang berusia antara 18 dan 59 tahun yang bekerja untuk pemerintah dan layanan publik atau berencana untuk bepergian ke luar negeri.

China menempatkan sembilan 'kelompok utama' dalam kampanye penyuntikan.

Mereka termasuk petugas pemeriksaan bea cukai dan karantina untuk makanan beku impor, pekerja transportasi internasional dan domestik, dan pegawai organisasi pemerintah, polisi, pemadam kebakaran, dan masyarakat lokal.

Staf di sektor logistik dan utilitas publik juga disertakan. Begitu juga mereka yang berencana kuliah atau bekerja di luar negeri.

Varian baru Corona hasilkan tes negatif palsu

Inggris disebut menjadi tempat awal dari penyebaran varian baru virus corona B.1.1.7, yang disebut lebih mudah menyebar dari yang sebelumnya dan telah ditemukan di berbagai negara.

Sebelumnya, varian baru virus corona disebut tetap bisa terdeteksi oleh alat tes Covid-19 yang lazim digunakan.

Meski begitu, FDA atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat mengatakan bahwa varian baru virus corona, termasuk yang ditemukan dari Inggris, ternyata bisa menyebabkan hasil negatif palsu dari beberapa alat tes Covid-19 molekuler.

Baca: Bukan Hanya Jack Ma, Ini Deretan Pengusaha yang Pernah Hilang setelah Kritik Pemerintah China

Diberiakan oleg Reuters, FDA telah memberi tahu staf laboratorium dan penyedia layanan kesehatan tentang kemungkinan hasil negatif palsu, dan meminta mereka untuk mempertimbangkan hasil itu serta menggunakan tes berbeda jika masih dicurigai.

Varian baru virus corona yang lebih menular yang melanda Inggris telah dilaporkan di setidaknya lima negara bagian AS, Direktur National Institutes of Health Francis Collins mengatakan pada minggu ini.

Para ilmuwan menyatakan, vaksin yang baru dikembangkan harus sama efektifnya terhadap varian anyara virus corona.

Menurut FDA, alat uji TaqPath buatan Thermo Fisher dan Linea dari Applied DNA Sciences ditemukan memiliki sensitivitas yang berkurang secara signifikan karena mutasi tertentu virus corona, termasuk varian B117 yang ditemukan di Inggris.

Orang-orang menerima makanan dibawa pulang bertema liburan dari Midnight Mission di Skid Row pada hari Natal di tengah pandemi COVID-19 pada 25 Desember 2020 di Los Angeles, California, AS. Obat antibodi baru yang diharapkan dapat memberi kekebalan instan kepada ribuan nyawa sedang diiujicobakan oleh sekelompok ilmuwan di Inggris. (Mario Tama / Getty Images / AFP)

Namun, FDA menjelaskan, pola deteksi kedua alat tes tersebut bisa membantu identifikasi awal varian baru virus corona pada pasien.

Selain itu, FDA menambahkan, kinerja alat uji Accula bikinan Mesa Biotech juga terpengaruh oleh varian baru virus corona.

Hanya, Mesa Biotech mengatakan, alat uji virus corona buatan mereka akan mentolerir variasi genetik yang disajikan oleh strain baru dan seharusnya tidak berdampak pada kinerja alat.

Inggris menyebutkan pada Desember lalu, tes aliran lateral cepat yang dikerahkan dalam program pengujian massal di negara mereka bisa mengidentifikasi varian baru virus corona.

Sudah masuk Indonesia?

Mutasi virus corona yang dinamakan B.1.1.7 diduga sudah masuk ke Indonesia.

Dilaporkan berasal dari Inggris, mutasi corona ini memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi. 

Dugaan ini diperkuat dengan lamanya jeda kemunculan mutasi B.1.1.7 dengan diambilnya kebijakan larangan masuknya WNA oleh pemerintah Indonesia.

Kemunculan mutasi itu sudah diberitakan sejak September tahun lalu, sedangkan pemerintah baru melarang masuknya WNA pada 1 Januari 2021.

Hal ini dikatakan oleh Riza Arief Putranto, peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium Covid-19 Genomics UK.

Jeda waktu selama 3-4 bulan itu memungkinkan sejumlah orang yang bepergian dari Inggris lalu masuk ke Indonesia dan terinfeksi mutasi virus tersebut.

Karena itu, kebijakan pemerintah menutup pintu masuk ke Indonesia bagi seluruh WNA sejak 1 hingga 14 Januari dinilai tak cukup untuk mencegah masuknya mutasi virus corona tersebut.

Baca: Sederet Fakta Tentang Jack Ma, Miliarder yang Dikabarkan Hilang Setelah Kritik Pemerintahan China

”Saat ini penting untuk memikirkan mitigasinya, bukan hanya pencegahannya,” kata Riza.

Adapun untuk menemukan varian baru ini diperlukan surveilans genomik.

Sejauh ini surveilans genomik di Indonesia masih sangat kurang sehingga bisa jadi virus ini sudah ada di Indonesia, tetapi belum terdeteksi.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo mengatakan untuk mendeteksi keberadaan varian baru B.1.1.7 ini harus dilakukan analisis pengurutan total genomnya.

Menurut Herawati, varian baru ini memiliki 17 mutasi dan 6 di antaranya di protein spike (paku).

”Kalau analisis PCR biasa hasilnya bisa tidak konklusif, jadi tidak ada jalan lain selain WGS (whole genome sequencing),” katanya.

Sementara itu untuk menganalisis sekunes genom, membutuhkan biaya tidak murah. Menurut Herawati, untuk 20 spesimen saja butuh biaya sekitar Rp 300 juta atau sekitar Rp 15 juta per spesimen.

Ilustrasi virus corona (Pixabay/Tumisu)

”Sejauh ini Eijkman telah melakukan analisis WGS 40 genom, dan menargetkan melakukan analisis terhadap 1.000 spesimen,” katanya.

Herawati mengatakan Kementerian Kesehatan berencana meningkatkan kapasitas surveilans genomik ini dengan menggandeng sejumlah laboratorium di bawah Litbang Kementerian Kesehatan.

Sementara Eijkman dan sejumlah laboratorium molekuler perguruan tinggi di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi.

Namun, menurut Riza, peningkatan surveilans genomik di Indonesia ini tidak bisa dilakukan dengan cepat.

”Karena itu mitigasi harus jadi yang utama saat ini,” ujarnya.

Varian baru B.1.1.7 ini diketahui memiliki kemampuan lebih menular hingga 70 persen dibandingkan dengan varian awal SARS-CoV-2 yang ditemukan di Wuhan, China.

Sekalipun belum ada bukti bahwa virus ini bisa memicu keparahan dan risiko kematian, tetapi, menurut Riza, yang harus diperhitungkan yaitu kemungkinan lebih cepatnya penularan dan lonjakan kasus Covid-19.

Untuk itu, upaya untuk menekan lonjakan kasus dengan melakukan 3 T (tracing, testing, dan treatment) serta pembatasan pergerakan orang sangat dibutuhkan.

Baca: Menyebar ke Berbagai Negara, Varian Baru Virus Corona Disebut Sanggup Mengelabui Alat Test Covid-19

Riza menambahkan dari sekitar 138 total genom SARS-CoV-2 dari Indonesia yang telah didaftarkan di GISAID, platform gobal berbagi data genom virus, belum ditemukan adanya mutasi B.1.1.7 ini.

”Dari 138 genom itu, sebanyak 92 memiliki varian mutasi D614G,” ujarnya.

Delapan genom yang baru didaftarkan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ke GISAID, menurut Riza, juga masih memiliki varian D614G.

Mutasi D614G telah ditemukan di Indonesia sejak Agustus 2020 dan saat ini telah mendominasi sekitar 67 persen dari genom virus corona baru ini di Indonesia.

Varian D614G sebelumnya juga diketahui lebih menular, tetapi B.1.1.7 jauh lebih menular dan di banyak negara lain telah menggantikan varian-varian sebelumnya.

Menurut laporan Centers for Desease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, selain varian B.1.1.7, saat ini juga muncul varian baru yang terbentuk dari mutasi di Afrika Selatan yang dikenal sebagai B.1.351.

Selain itu juga muncul varian ketiga juga muncul dan telah terdeteksi di Nigeria, tetapi tidak ada bukti bahwa itu lebih parah atau lebih dapat menular.

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Sebagian artikel tayang di Kontan berjudul Dokter Tiongkok sebut vaksin Covid-19 Sinopharm paling tidak aman di dunia



Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer