Dalam bentrok tersebut, seorang pendukung Trump dilaporkan tertembak pada Rabu (6/1/2021) sore waktu setempat.
Selain adanya korban tewas, banyak orang terluka termasuk dari sisi pihak berwenang, di mana massa pro-Trump berusaha menerobos masuk Gedung Capitol.
Garda Nasional diaktifkan untuk memadamkan kerusuhan, dengan polisi mengaku menemukan peledak di dekat gedung Kongres AS.
Baca: Pendukung Trump Tewas Tertembak di Gedung Capitol, Joe Biden: Ini Bukan Protes, Ini Pemberontakan
Polisi menyatakan mereka memberlakukan jam malam pukul 18.00 di seluruh DC, dengan kerusuhan merembet ke seantero AS.
Trump kemudian meminta para pendukungnya untuk membubarkan diri setelah demo berakhir ricuh.
Pdahal dalam serangkaian pidato sebelumnya, Trump meminta pendukung MAGA (Make America Great Again) untuk berdemo.
Presiden 74 tahun itu juga mengatakan akan mendukung mereka yang berdemo.
Baca: Demo Pendukung Trump Rusuh, Kuasai Gedung Capitol: Wanita Pro-Trump Ditembak Mati
Setelah terjadi kericuhan, presiden kembali menyiram bensin dengan menyatakan kerusuhan tentu terjadi karena Pilpres AS dicurangi.
"Inilah yang terjadi jika kemenangan suci ini direnggut dari patriot yang sudah diperlakukan buruk sejak lama," kata dia.
"Pulanglah dengan damai dan penuh cinta. Ingatlah hari ini. Selamanya!" lanjut presiden dari Partai Republik tersebut dikutip Daily Mail.
Kericuhan tersebut membuat para pemimpin dunia dan diplomat top mengeluarkan kecaman keras terhadap para perusuh.
Beberapa mendesak Presiden Donald Trump bisa segera menghentikan kekerasan.
Para pemimpin dunia di seluruh dunia bereaksi dengan keprihatinan melalui unggahan online, menggambarkan adegan kacau sebagai "mengejutkan" dan "memalukan."
Beberapa pemimpin tampaknya menganggap Presiden AS secara pribadi bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut dan mendesak agar kekerasan segera dihentikan.
"Apa yang sekarang kita lihat dari Washington adalah serangan yang sama sekali tidak dapat diterima terhadap demokrasi di Amerika Serikat. Presiden Trump bertanggung jawab untuk menghentikan ini. Gambar yang menakutkan, dan luar biasa bahwa ini adalah Amerika Serikat," tulis Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg.
"Adegan yang mengejutkan dan sangat menyedihkan di Washington DC, kita harus menyebut ini apa adanya: serangan yang disengaja terhadap Demokrasi oleh seorang Presiden yang sedang duduk dan pendukungnya, mencoba untuk membatalkan pemilihan yang bebas dan adil! Dunia sedang menonton! Kami berharap untuk pemulihan ketenangan, "kata Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte berbicara langsung kepada Trump.
"Gambar-gambar mengerikan dari Washington D.C. Donald Trump yang terhormat, akuilah Joe Biden sebagai presiden berikutnya hari ini."
“Invasi Gedung Capitol AS ini pertama kalinya terjadi sejak bangunan itu dibanjiri serangan Inggris selama Perang 1812,” menurut Samuel Holliday, direktur beasiswa dan operasi dari US Capitol Historical Society.
Perwakilan Tinggi Uni Eropa Josep Borrell menggambarkannya sebagai "serangan yang tak pernah terlihat sebelumnya terhadap demokrasi AS, institusi dan supremasi hukumnya," dan menambahkan: "Ini bukan Amerika."
Banyak dari mereka, termasuk diplomat dan pemimpin top di Islandia, Prancis, Austria, Kolombia, dan Skotlandia, menyatakan ketidakpercayaan dan berusaha mengingatkan AS akan perannya sebagai model demokrasi di dunia.
Baca: Donald Trump Telepon Sekretaris Negara Bagian Georgia, Minta 11 Ribu Suara Tambahan
Baca: Daftar 32 Kata dan Frasa yang Paling Sering Dipakai Presiden AS Donald Trump dalam 5 Tahun Terakhir
"Amerika Serikat mewakili demokrasi di seluruh dunia," tulis Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di Twitter.
"Kongres AS adalah kuil demokrasi. Menyaksikan adegan malam ini di #WashingtonDC sungguh mengejutkan," kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendesak warga AS untuk menghormati hasil pemilihan November.
Seruan yang digaungkan oleh Presiden Parlemen Eropa David Sassoli, yang menambahkan, "Kami yakin AS akan memastikan bahwa aturan demokrasi dilindungi."
Beberapa pemerintah asing, termasuk Turki, juga memperingatkan warganya untuk mewaspadai potensi kekerasan lebih lanjut.
"Kami percaya bahwa AS akan mengatasi krisis politik domestik ini dengan matang. Kami merekomendasikan agar warga kami di AS menjauh dari tempat keramaian dan tempat pertunjukan diadakan," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Para Pemimpin Dunia Mengutuk Demo di Gedung Capitol AS"