Sianida

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Racun sianida mencegah sel tubuh menggunakan oksigen untuk menghasilkan molekul energi


Daftar Isi


Informasi Awal

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Istilah sianida mengacu pada bahan kimia yang mengandung ikatan karbon-nitrogen (CN).

Banyak zat mengandung sianida, tapi tidak semuanya racun mematikan.

Natrium sianida (NaCN), potasium sianida (KCN), hidrogen sianida (HCN), dan sianogen klorida (CNCl) memang mematikan, namun ribuan senyawa yang disebut nitril mengandung gugus sianida namun tidak beracun.

Sebenarnya, kita bisa menemukan sianida dalam nitril yang digunakan sebagai obat-obatan, seperti citalopram (celexa) dan simetidin (tagamet).

Nitril tidak berbahaya karena mereka tidak mudah melepaskan ion CN, yang merupakan gugus yang bertindak sebagai racun metabolik.

Baca: Hari Ini 5 Tahun Lalu, Awal Kisah Kasus Kopi Sianida Jessica Wongso, Bermula dari Sakit Hati

  • SejarahMeski racun sianida adalah zat kimia pembunuh, pada kenyataanya zat ini awalnya digunakan dalam dunia pertambangan, sebagai pengikat logam mulia emas.


Menggunakan teknik amalgamasi dengan sianida, kadar emas yang dapat diperoleh bisa mencapai 89-95%, jauh lebih baik dari metode lainnya yang hanya mencapai 40-50%.

Namun setelah perang pecah, penggunaan sianida dialihkan kepada fungsinya sebagai zat kimia yang berbahaya dan mulai digunakan untuk genosida dan racun bunuh diri.

Penggunaan lainnya dari racun ini adalah untuk membunuh tikus, curut, dan tikus tanah untuk melindungi panen tanaman pangan.

Baca: 18 Penambang Batu Bara di China Tewas Keracunan Gas Karbon Monoksida

  • Cara KerjaSingkatnya, racun ini mencegah sel tubuh menggunakan oksigen untuk menghasilkan molekul energi.


Di dalam racun ini ada suatu senyawa kimia yang disebut ion aianida, CN-, senyawa ini bisa mengikat atom besi dalam sitokrom C oksidase yang ada di dalam sel mitokondria. 

Racun ini bertindak sebagai inhibitor enzim ireversibel atau mencegah sitokrom C oksidase yang ada di dalam sel mitokondria melakukan tugasnya, mengangkut oksigen menjadi pembawa energi.

Ilustrasi seseorang mengalami sesak napas dan nyeri pada paru-paru. Efek dari sianida sangat mirip dengan efek dari kekurangan napas (alodokter.com)

Tanpa kemampuan menggunakan oksigen, sel mitokondria tidak dapat menghasilkan pembawa energi.

Padahal jaringan seperti sel otot jantung dan sel saraf, membutuhkan pembawa energi ini.

Jika tidak, maka seluruh energinya akan habis. 

Bila sejumlah besar sel kritis mati, manusia akan mati.

Sederhananya, racun ini membuat tubuh Anda tidak bisa menggunakan oksigen yang sangat Anda butuhkan.

Baca: Awas Keracunan, 5 Makanan Ini Tak Boleh Anda Konsumsi dengan Telur Ayam

  • Sumber RacunSelama ini, mungkin masyarakat mulai mengenal yang namanya racun sianida dari kasus ‘kopi sianida’, di mana korban keracunan akibat bubuk racun ini yang sudah dicampur ke dalam kopinya.


Padahal, tanpa disadari, sebenarnya kita mungkin menghirup racun ini dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam skala yang sangat kecil sehingga efeknya tidak mematikan.

Berikut ini beberapa benda sehari-hari yang mungkin membuat Anda terpapar racun sianida:

  • Asap yang berasal dari kebakaran atau terbakarnya alat-alat sepert karet, plastik, dan sutera membentuk asap yang mengandung sianida.
  • Sianida yang digunakan untuk fotografi, penelitian kimia, plastik sintetis, proses pengolahan logam, dan industri electroplatting.
    Tanaman yang mengandung sianida seperti tanaman aprikot dan tanaman singkong. Untungnya, keracunan sianida hanya terjadi kalau Anda terpapar secara parah oleh tanaman-tanaman tersebut.
  • Laetrile, komponen yang mengandung amygladin (bahan kimia yang dapat ditemukan di buah mentah, kacang-kacangan, dan tumbuhan) sudah sering digunakan untuk pengobatan kanker. Salah satu efek samping dari penggunaan laetrile ini adalah racun sianida. Sampai saat ini FDA (US Food and Drug Administration) tidak menyetujui penggunaan laetrile sebagai pengobatan kanker. Akan tetapi, di negara lain, di Meksiko misalnya, laetrile ini sudah digunakan sebagai pengobatan kanker dengan nama obat “laetrile/amygdalin”.
  • Jenis-jenis kimia, setelah masuk ke tubuh Anda dan dicerna oleh tubuh Anda, dapat dikonversi oleh tubuh Anda menjadi sianida. Kebanyakan, bahan kimia ini sudah dilarang untuk beredar di pasaran. Akan tetapi beberapa bahan kimia seperti penghapus kuteks dan cairan pengolahan plastik mungkin saja masih mengandung sianida ini.
  • Asap rokok adalah sumber sianida paling umum. Sianida secara natural terdapat pada tembakau. Darah para perokok bisa jadi mengandung sianida 2.5 kali lebih banyak daripada orang yang tidak merokok. Meskipun memang jumlah sianida dari tembakau ini tidak sampai meracuni Anda, tetapi untuk jangka panjang, penting bukan untuk menghindari rokok?

  • Tanda-tanda dan gejala keracunanSebenarnya, keracunan sianida agak sulit untuk dideteksi.


Efek dari sianida sangat mirip dengan efek dari kekurangan napas, karena memang sianida bekerja dengan cara memberhentikan sel pada tubuh dari menggunakan oksigen yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Berikut tanda-tanda seseorang keracunan sianida:

  • Lemas, bingung, tingkah laku aneh, kantuk berlebihan, koma, sesak napas, sakit kepala, pening, dan serangan bisa terjadi bersamaan bila keracunan sianida dalam jumlah tinggi.
  • Biasanya, kalau seseorang keracunan sianida secara tiba-tiba dan langsung akut (seperti pada kasus kopi sianida), efeknya dramatis. Korban akan langsung terkena serangan cepat, menyerang jantung dan menyebabkan korban pingsan. Bisa juga racun sianida ini menyerang otak dan mengakibatkan koma.
  • Keracunan sianida akibat efek jangka panjang atau akibat faktor lingkungan biasanya tidak mendapat serangan yang langsung akut.
  • Kulit orang yang keracunan sianida biasanya berubah warna menjadi merah muda atau merah ceri yang aneh akibat oksigen yang tidak bisa sampai ke sel dan tetap tinggal di darah. Orang tersebut juga akan bernapas dengan sangat cepat dan bisa jadi memiliki detak jantung yang sangat cepat atau malah sangat lambat. Terkadang, napas orang yang keracunan sianida berbau seperti almond pahit.

  • PengobatanKarena sianida adalah toksin yang sebenarnya ada di lingkungan, tubuh dapat mendetoksifikasi sejumlah kecil sianida.


Misalnya, saat Anda memakan biji apel atau merokok, yang sebenarnya mengandung sianida, Anda tak langsung mengalami kematian, bukan?

Bila sianida digunakan sebagai racun atau senjata kimia, pengobatan sangat tergantung pada dosisnya.

Dosis tinggi dari sianida yang dihirup terlalu cepat mematikan, bantuan pertolongan pertama untuk korban yang menghirup sianida adalah berusaha supaya korban mendapatkan udara segar.

Jika korban menghirup sianida dalam dosis yang lebih rendah biasanya akan diatasi dengan pemberian obat penawar racun yang bisa mendetoksifikasi sianida, seperti vitamin B12 alami dan hydroxocobalamin yang akan bereaksi dengan sianida untuk membentuk sianokobalamin, dan bisa dikeluarkan melalui urin.

Tergantung pada kondisinya, kesembuhan sangat mungkin terjadi. Namun begitu, kelumpuhan, kerusakan hati, kerusakan ginjal, dan hipotiroid tidak menutup kemungkinan akan terjadi pula.

  • KematianPaparan sianida dalam jangka pendek dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan selaput lendir.


Jika konsentrasinya lebih dari 5 mg/m3, kabut sianida alkali dapat menyebabkan luka dan pendarahan pada hidung.

Jika terserap dalam jumlah yang cukup, dapat terjadi efek sistemik, sebagaimana halnya pada paparan tertelan jangka pendek.

Terpapar senyawa sianida dalam konsentrasi rendah dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan selera makan, sakit kepala, kelemahan, mual, pusing dan gejala iritasi pada saluran pernafasan bagian atas.

Menelan sianida dalam dosis yang sangat besar dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, sering kali disertai kejang dan kematian, umumnya dalam jangka waktu 1-15 menit.

Dosis sianida yang lebih rendah dapat mengakibatkan korosi pada selaput lendir lambung, bau amandel yang tidak enak pada napas, rasa terbakar, rasa tercekik pada tenggorokan, munculnya noda bintik pada wajah, pengeluaran air liur, mual dengan atau tanpa disertai muntah, kegelisahan, rasa bingung, pusing, perasaan gamang, rasa lemah, sakit kepala, denyut nadi cepat, palpitasi, dan kekakuan pada rahang bagian bawah.

Laju dan kedalaman pernapasan umumnya meningkat pada awalnya, dan kemudian menjadi lambat dan terengah-engah.

Diare dan inkontinensia urine (buang air kecil di celana) juga bisa terjadi.

Selain itu, kejang-kejang bisa diikuti dengan kelumpuhan. Bola mata mungkin jadi menonjol keluar sedangkan manik mata tidak bereaksi.

Dari sini, kerusakan pada saraf optik dan retina hingga kebutaan bisa terjadi.

Mulut mungkin keluar busa (kadang busanya disertai darah), yaitu tanda dari terjadinya edema paru.

Ilustrasi jenazah di rumah sakit (Pixabay)

Kematian bisa terjadi dalam jangka waktu empat jam dan mungkin disebabkan oleh terhentinya fungsi sistem pernapasan atau anoreksia pada jaringan.

Gejala lain dapat meliputi nyeri dada, bicara meraca, dan tahapan stimulasi pada susunan saraf pusat yang bersifat sementara yang disertai sakit kepala.

Sementara itu, menelan senyawa ini dalam konsentrasi amat rendah dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan selera makan, sakit kepala, kelemahan, mual, dan pusing.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)



Informasi


Racun Sianida


Dampak Penyebab sel kekurangan oksigen


Gejala Tanda awal termasuk diantaranya rasa cemas, sakit kepala, pusing, mata tidak fokus, dan pupil mata melebar.


Saat sel tubuh kekurangan oksigen tingkat kesadaran semakin turun, kejang, dan koma dapat terjadi.


Sumber :


1. hellosehat.com


Penulis: Putradi Pamungkas

Berita Populer