Trump, sebagaimana dilaporkan para pembantunya, menyatakan penolakannya hengkang dari Gedung Putih, hal yang sudah menjadi tradisi, ketika penggantinya yang sah, Joe Biden, dilantik sebagai Presiden AS, di Hari Inaugurasi, Januari tahun depan.
Sejak kalah dalam pemilihan November, orang dalam mengklaim bahwa perilaku Presiden menjadi semakin tidak menentu dengan hari-hari terakhirnya di kantor sekarang ditandai dengan "amukan amarah" yang besar, dikutip Mirror, Kamis (17/12/2020).
Kabarnya Trump secara pribadi menerima bahwa dia kalah dari saingannya Joe Biden tetapi sejak itu melakukan perubahan dramatis yang dipicu oleh penasihat seperti mantan walikota New York Rudy Giuliani.
Menurut CNN, Trump telah memberi tahu beberapa penasihat bahwa dia akan menolak meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari hanya untuk diperingatkan bahwa dia harus melakukannya.
Kemungkinan itu mengkhawatirkan beberapa pembantu, tetapi sedikit yang percaya dia benar-benar akan menindaklanjutinya.
"Dia mengamuk," kata seorang penasihat kepada CNN.
Baca: Kebohongan Teraneh Trump Terungkap: Ngaku Orang Pertama di Lokasi Bantu Korban Serangan 11 September
"Dia akan pergi. Dia baru saja menyerang."
Puluhan gugatan yang diajukan Presiden untuk membatalkan hasil pemilu yang semuanya gagal total.
Dia terus menggunakan Twitter untuk meluncurkan klaim tak berdasar bahwa pemilu itu dicurangi dan dicuri darinya.
Baca: Joe Biden: Rencana Trump Distribusi Vaksin Corona Kurang Detail
Tetapi semua negara bagian telah menyatakan bahwa mereka tidak memiliki bukti untuk mendukung tuduhannya.
Alih-alih masih menjalankan negara dan menangani krisis Covid yang memburuk di Amerika yang telah menewaskan lebih dari 309.000 orang, ia dilaporkan menghabiskan hari-harinya untuk memikirkan pemilu yang kalah.
Sebagian besar waktunya dicurahkan untuk merencanakan cara-cara untuk menentang hasil dan merancang balas dendam kepada Partai Republik yang dia yakini telah membuatnya marah.
Juga kepada pembawa acara dan eksekutif Fox News, anggota kongres, dan anggota kabinet.
"Dia diberi begitu banyak informasi yang salah sehingga saya pikir dia benar-benar mengira benda ini dicuri darinya," tambah penasihat itu.
Diberitakan sebelumnya, Presiden AS terpilih, Joe Biden, mengatakan penting bagi Presiden Donald Trump untuk menghadiri pelantikannya.
Biden menyebut bahwa hal itu sebagai bentuk kematangan politik sekaligus komitmen bangsa agar transisi kekuasaan berjalan secara damai antar-rival politik.
Sebelumnya beredar kabar dari para asisten Trump, bahwa Donald enggan menghadiri pelantikan Biden pada 20 Januari.
Di lain hal, Donald Trump terus mengklaim kemenangan dirinya dan menyebarkan berita tidak berdasar untuk menjelaskan alasan kekalahannya.