Jateng Dianggap Biang Kerok Lonjakan Kasus Covid-19, Ganjar: Itu Datanya Keliru

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat menghadiri Rapat Percepatan Penanganan Covid-19, di gedung A lantai 2 Kantor Gubernur Jateng, Senin (15/6/2020). Ganjar pada Selasa, (1/12/2020), menolak Jateng disebut biang kerok lonjakan kasus Covid-19.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menolak anggapan Jateng menjadi biang kerok lonjakan kasus infeksi corona di tanah air.

Menurut catatan Satgas Covid-19, pada Minggu, (29/11/2020), ada tambahan kasus Covid-19 sebanyak 2.063 kasus di provinsi yang dipimpin oleh Ganjar.

Namun, angka dari Satgas Covid-19 berbeda dengan angka yang dicatat oleh Dinas Kesehatan Jateng.

Ganjar mengatakan ada tambahan sebanyak 844 kasus Covid-19 di Jateng berdasarkan data Dinkes Jateng.

Dia kemudian memprotes dan menanyakan asal angka 2.063 tersebut.

"Saya mau protes dulu, Jateng biang kerok diomong pemicu lonjakan. Padahal saya bisa jelaskan udah tahu 844, kok bisa 2.063 dari mana? Itu diomong pemicu lonjakan," kata Ganjar, Selasa (1/12/2020).

Ganjar mengakui bahwa memang terjadi kenaikan kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jateng.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat ditemui di Kantornya, Selasa (14/7/2020). (KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)

Baca: Penyebab Kasus Covid-19 di Jateng Naik, Ganjar Pranowo: Liburan dan Tidak Disiplin

Namun, kenaikannya tidak sebanyak yang disampaikan pemerintah pusat pada 29 November 2020 lalu.

"Kalau lonjakan dulu dari 300, 500, 800,betul. Indikasinya apa? Ya liburan, pergi ke banyak tempat. Indikasi berikutnya tidak disiplin, maka akan disiplinkan,"ucapnya.

Dengan demikian, setelah dilakukan penelusuran, pihaknya menemukan kekeliruan pada data yang disampaikan pusat yakni adanya data ganda dan data delay.

"Maka semua bicaranya pada angka 2.063, itu datane keliru. Kemudian setelah kita kupas dari satu-satu yang terjadi ternyata memang ada yang data ganda, delay baru masuk. Itulah yang saya konfirmasi di depan," katanya.

Antisipasi lonjakan

Ganjar mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19, pihaknya tengah menyiapkan penambahan ruang isolasi dan ICU.

Hingga kini tingkat keterisian ruang isolasi Jateng telah melebihi 60 persen.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berbicara dengan para pekerja migran migran Indonesia di Banda Ahmad Yani Semarang (Tribun Banyumas)

Baca: Tambahan Kasus Harian Covid-19 di Jateng Jadi yang Tertinggi di Indonesia, Ganjar Beri Tanggapan

"Untuk persentasenya ICU 58,61 persen, isolasi 76,73 persen. Hitungannya kalau sudah lebih 60 persen mesti siap-siap. Untuk ICU masih cukup, untuk isolasi sudah perlu ditambah," ucapnya.

Pihaknya juga akan memaksimalkan fasilitas yang ada, termasuk memanfaatkan hotel sebagai tempat isolasi hingga rumah sakit darurat sebagai skenario terakhir.

"Tambah dulu tempat tidur untuk ICU sama isolasi baik di rumah sakit atau yang mandiri. Untuk yang mandiri karena banyak yang di rumah tidak nyaman sekarang siapkan. Hotel yang siap ya siapkan, nanti kita bayar. Isolasi di sana kan (hotel) nyaman, beda kalau di stadion," ujarnya.

Kendati demikian, Ganjar memastikan kapasitas ruang isolasi masih mencukupi.

"Saya lihat ruangnya masih cukup. Badan Diklat yang ada di provinsi di Semarang hanya terisi 11. Jadi masih punya untuk isolasi," ujarnya.

Baca: Tak Ikuti Edaran Menaker, Ganjar Pranowo Pastikan UMP Jawa Tengah 2021 Tetap Naik

Selain itu, pelayanan rumah sakit yang menangani pasien non-Covid-19 bisa difungsikan untuk penanganan Covid-19.

"Kalau mereka yang sakit non-covid kita minta untuk datang ke rumah sakit non-pemerintah," katanya.

Enam daerah alami peningkatan

Ganjar menyebut sebanyak enam daerah di Jawa Tengah mengalami peningkatan kasus Covid-19.

Daerah dengan jumlah kasus aktif terbanyak saat ini yakni Kota Semarang, Kabupaten Kudus, Kabupaten Kendal, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kebumen, dan Kabupaten Magelang.

Tren kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah daerah itu menyumbang lonjakan kasus Covid-19 di Jateng terus meningkat.

Tercatat hingga Selasa (1/12/2020) jumlah kasus aktif positif virus corona mencapai 8.998 orang.

"(Terbanyak) masih Semarang, tapi sebenarnya kalau saya sekarang tidak ada zona merah, kuning, oranye, hijau. Pokoknya saya minta semua daerah hati-hati kalau ada kasus, jangan seolah-olah bebas, nanti dulu," ujar Ganjar di kantornya, Selasa (1/12/2020).

Sekolah yang jadi klaster Covid-19 diminta ditutup

Ganjar meminta semua sekolah yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 ditutup. Hal itu menyusul adanya puluhan pelajar SMP di Kabupaten Jepara terpapar Covid-19 usai mengikuti sekolah tatap muka.

"Tutup, wes ora usah kesuwen pokoke (tutup, tidak usah lama-lama). Kita kasih kesempatan bukia, tapi kalau begitu, ya tutup lagi begitu saja," ujar Ganjar usai rapat koordinasi percepatan penanganan Covid-19, Selasa (1/12/2020).

Dengan adanya kasus penyebaran di sekolah tersebut, pihaknya akan melakukan evaluasi. Jika nanti ditemukan hal serupa, akan diambil tindakan tegas dengan menutup sekolah agar tidak menggelar sekolah tatap muka. "Kita juga akan mengevaluasi, kalau ada tutup saja. Tidak usah ragu," katanya.

Ganjar menjelaskan rencana pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan Januari 2021 tetap menggunakan aturan dan mekanisme yang ada untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

"Januari nanti bukan berarti merdeka, belajarnya masuk bebas-bebas saja, iya tidak. Kita harus selektif," kata Ganjar.

(Tribunnewswiki/Sara/Tyo/Kompas/Riska Farasonalia)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ganjar Minta Sekolah yang Jadi Klaster Covid-19 Ditutup",  dan "Jateng Disebut Biang Kerok Kenaikan Kasus Covid-19 di Indonesia, Ganjar: Saya Protes"



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer