Seperti diketahui, dalam sehari terakhir, Jepang melaporkan ada lebih dari 2.600 kasus corona yang masuk dalam sehari.
Angka kematian juga menembus rekor untuk perhitungan harian yakni, 440 orang, lapor Departemen Kesehatan setempat.
Sementara di ibu kota Tokyo, sempat muncul lebih dari 500 kasus infeksi harian baru-baru ini.
Otoritas setempat memperingatkan warganya akan bahaya gelombang ketiga corona.
Baca: Sinopsis Terminator 2: Judgment Day: Arnold Schwarzenegger jadi Mesin Pembunuh, Hari Ini di GTV
Meski Jepang tidak pernah melakukan lockdown, semua restoran dan bar secara rutin ditutup lebih awal, dilansir Associated Press, Sabtu (28/11).
Sementara itu, Kaisar Jepang Naruhito dan keluarganya membatalkan acara tradisional pergantian tahun karena kekhawatiran atas kebangkitan kembali infeksi virus corona.
Adapun biasanya mereka memberikan salam Tahun Baru melalui balkon istana.
Otoritas Kekaisaran dalam sebuah pernyataan pada Jumat (27/11/2020), mengatakan bahwa ucapan salam tahunan pada 2 Januari tidak akan diadakan.
Biasanya, acara tradisional tersebut menarik puluhan ribu warga untuk datang ke taman istana.
Sebagaimana diwartakan Associated Press, Jumat (27/11/2020), Kaisar dan keluarga jarang muncul di depan umum sejak pandemi dimulai.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 27 November: Berners Street Hoax Disebarkan di London Demi Sebuah Taruhan
Baca: Habib Rizieq Dirawat di Rumah Sakit, Hasil Screening Awal Tak Tunjukkan Gejala Covid-19
Ditambah dengan pembatalan acara dari otoritas istana, membuat Jepang sangat berhati-hati merespons wabah virus corona.
Para ahli setempat mendesak pemerintah untuk mengurangi acara sosial dan kegiatan bisnis.
Mereka meminta hal tersebut dilakukan sebelum musim liburan tiba di tengah meningkatnya kasus virus corona yang serius.
Sementara itu, ketakutan tumbuhnya gelombang baru Covid-19 sempat menghadirkan kritik untuk pemerintah Jepang.
Kritik juga kecaman datang dari anggota dewan oposisi pemerintah dan sejumlah aktivis.
Mereka menyebut pemerintah Jepang lamban dalam mengatasi dampak corona.
Khususnya, mereka mengkritik pemerintah terlalu lambat dalam menghentikan kampanye wisata ke Jepang, yang justru malah mendorong pembukaan perjalanan dan mengeluarkan kampanye diskon akomodasi, sementara kasus corona terus tumbuh dalam empat hari terakhir.
Adapun penghitungan harian kasus Covid-19 mencapai rekor dalam empat hari berturut-turut, yakni sebanyak 2.508 warga terinfensi.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Senin 23 November 2020: Mamuju & Pontianak Waspada Hujan Petir Siang-Malam Hari
Baca: Ketegangan dengan China Memanas, Australia Merapat ke Jepang
Laporan Departemen Kesehatan itu juga menyebut angka kematian akibat Covid-19 mendekati 150.000 kasus dengan kematian mencapai 1.942 jiwa, menurut data John Hopkins.
Sebagaimana diwartakan Associated Press, Minggu (22/11), PM Jepang Yoshihide Suga mengumumkan kebijakan tersebut pada Sabtu (21/11), di mana banyak wisatawan diperkirakan telah membuat reservasi perjalanan untuk akhir pekan Thanksgiving di Jepang.
Bandara dan restoran terpantau penuh sesak.
Sejumlah anggota oposisi dan aktivis publik mengatakan pemerintah Jepang seharusnya berani membayar untuk membatalkan reservasi wisatawan.
Oposisi juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan tes massal kepada warga, jika ingin menjaga perekonomian tetap berjalan di tengah pandemi.
Baca: Jumlah Angka Infeksi Covid-19 di Amerika Serikat Tembus 12 Juta Kasus, Vaksin Siap Disebarkan
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 22 November 1900: Mobil Mercedes yang Pertama Diuji Coba Perdana
Sebagai informasi, di tengah meningkatnya kasus corona, Jepang membuat video tutorial tentang cara makan dan minum yang benar di restoran sesuai protokol kesehatan.