Adapun denda yang mereka bayarkan adalah sekitar 165.000 kroner ($ 18.620) atau senilai Rp 263 juta.
Mereka terbukti mengadakan pesta keluarga dan hal ini melanggar regulasi pembatasan sosial di tingkat regional.
Sebagaimana diwartakan surat kabar Norwegia, Romerike Blad, dilansir Associated Press, Jumat (27/11), pihak kepolisian telah menghentikan pesta yang diadakan di timur laut ibu kota Oslo pada awal November.
Sejumlah peserta merupakan warga Denmark yang telah tiba beberapa hari sebelum pesta.
Baca: Jelang Perilisan Film, Visinema Luncurkan Web Series Generasi 90an: Melankolia The Series
Baca: Lagu Lathi Weird Genius Sabet 3 Piala Sekaligus, Berikut Daftar Lengkap Pemenang AMI Awards 2020
Selain denda, mereka juga diharuskan melakukan karantina mandiri selama 14 hari, menurut juru bicara polisi Sikke Folgeroe.
Sementara itu, kabar ihwal virus corona datang dari negeri Sakura, Jepang.
Kaisar Jepang Naruhito dan keluarganya membatalkan acara tradisional pergantian tahun karena kekhawatiran atas kebangkitan kembali infeksi virus corona.
Adapun biasanya mereka memberikan salam Tahun Baru melalui balkon istana.
Otoritas Kekaisaran dalam sebuah pernyataan pada Jumat (27/11/2020), mengatakan bahwa ucapan salam tahunan pada 2 Januari tidak akan diadakan.
Biasanya, acara tradisional tersebut menarik puluhan ribu warga untuk datang ke taman istana.
Sebagaimana diwartakan Associated Press, Jumat (27/11/2020), Kaisar dan keluarga jarang muncul di depan umum sejak pandemi dimulai.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 27 November: Berners Street Hoax Disebarkan di London Demi Sebuah Taruhan
Baca: Habib Rizieq Dirawat di Rumah Sakit, Hasil Screening Awal Tak Tunjukkan Gejala Covid-19
Ditambah dengan pembatalan acara dari otoritas istana, membuat Jepang sangat berhati-hati merespons wabah virus corona.
Para ahli setempat mendesak pemerintah untuk mengurangi acara sosial dan kegiatan bisnis.
Mereka meminta hal tersebut dilakukan sebelum musim liburan tiba di tengah meningkatnya kasus virus corona yang serius.
Kabar terbaru ihwal virus corona juga datang dari Pakistan.
Baca: Bupati Situbondo Dadang Wigiarto Sempat Terima Penghargaan sebelum Meninggal Dunia
Perdana Menteri Pakistan mengeluarkan kebijakan pelonggaran pembatasan bisnis agar perekonomian negara terus berjalan di tengah pandemi.
Kebijakan ini dikeluarkan saat angka infeksi virus corona terus meningkat.
Adapun PM Imran Khan mengatakan pemerintahannya tidak ingin warga mati kelaparan saat berjuang melawan pandemi.
Di depan wartawan pada Rabu (25/11), Imran Khan juga melaporkan angka kematian baru di Pakistan.
Tercatat 59 warga meninggal dan muncul 3000 kasus dalam sehari di Pakistan.
Baca: Tahan Gelombang Baru Corona, Kota Newark New Jersey AS Minta Warga Berada di Rumah Selama 10 Hari
Baca: Mads Mikkelsen Dipastikan Jadi Pengganti Johnny Depp Perankan Grindelwald di Fantastic Beasts 3
Ini terjadi saat Pakistan memasuki gelombang kedua virus corona di mana banyak pasien membanjiri rumah sakit.
Khan mendesak warga untuk disiplin mematuhi aturan jaga jarak dan pemakaian masker.
Lebih jauh lagi, Khan mengatakan tidak ingin menutup pabrik, toko, dan pusat perbelanjaan karena dapat memengaruhi perekonomian negara.
Seperti diketahui, Pakistan telah mencatat total 382.892 kasus dengan 7803 kematian, sejak Februari 2020, sebagaimana diwartakan Associated Press, Kamis (26/11/2020).
Sebelumnya, pemerintah setempat memberlakukan lockdown nasional pada Maret 2020, tetapi melonggarkan pembatasan pada Mei 2020.
Sebelumnya, Pakistan berencana kembali menutup semua institusi pendidikan di tengah melonjaknya kasus infeksi virus corona.
Otoritas setempat mengumumkan bahwa sekolah akan ditutup hingga Desember dan kemungkinan dibuka kembali pada awal Januari 2021.
Sebelumnya negara beribukota Islamabad ini sempat membuka sekolah pada September 2020, mengingat ada penurunan jumlah infeksi.
Namun, semenjak banyaknya pelanggaran aturan pemakaian masker dan pertemuan publik, angka Covid-19 meningkat tajam.
Dalam 24 jam, muncul 2.756 kasus baru di Pakistan.
Baca: PM Palestina di Tepi Barat Umumkan Lockdown Parsial 2 Minggu: Jam Malam Mulai Pukul 7
Baca: Perdana Menteri Spanyol Berencana Distribusikan Vaksin Covid-19 pada Januari 2021
Angka tersebut menambah jumlah total yang mencapai 376.929 dengan 7.696 orang meninggal dunia.
Sebagaimana diwartakan TribunnewsWiki sebelumnya, terjadi lonjakan angka kasus infeksi virus corona di Pakistan pada Minggu (22/11).
Kenaikan ini terjadi di tengah maraknya pelanggaran terhadap aturan pemakaian masker dan larangan mengadakan pertemuan publik.
Tercatat dalam sehari, muncul 2.665 kasus baru dengan 59 orang meninggal dunia.
Sementara total kasus di Pakistan mencapai 374.173 infeksi dengan 7 ribuan orang meninggal dunia.
Satu di antara kejadian tidak mentaati aturan pemakaian masker terjadi di timur kota Lahore, Sabtu (21/11).
Baca: Pembatasan Sosial Baru di Italia: Warga Dilarang Makan di Kafe dan Resto di Wilayah Khusus
Baca: Sejumlah Oposisi dan Aktivis Nilai Pemerintah Jepang Lamban atasi Lonjakan Covid-19
Puluhan ribu jemaat menghadiri pemakaman seorang ulama terkemuka. Sedangkan pada Minggu (22/11), sejumlah aliansi partai-partai oposisi mengadakan unjuk rasa di barat laut Kota Peshawar.
Kegiatan tersebut, sebagaimana diwartakan Associated Press, Minggu (22/11), mengabaikan arahan Pusat Komando Nasional, sebuah badan yang ditugaskan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Banyak dari peserta unjuk rasa dan pelayat tidak mematuhi protokol kesehatan seperti, tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, dan mengadakan pertemuan besar.