Jelang Persiapan Natal, 16 Wilayah di Jerman Perintahkan Warganya Jalani Karantina Mandiri

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adapun perintah tersebut dikhususkan bagi mereka yang ingin bertemu baik dengan saudara, keluarga, dan kerabat mereka., FOTO: Bendera Jerman

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Enam belas wilayah di Jerman menginstruksikan warganya untuk menjalani karantina mandiri selama beberapa hari jelang persiapan acara Natal.

Adapun perintah tersebut dikhususkan bagi mereka yang ingin bertemu baik dengan saudara, keluarga, dan kerabat mereka.

Tak hanya itu, sebagaimana diwartakan kantor berita DPA, dilansir Associated Press, Selasa (24/11/2020), keenam-belas negara bagian tersebut juga telah menyetujui rencana kebijakan lockdown parsial.

Kesepakatan tersebut memuat kebijakan lockdown selama beberapa minggu ke depan.

Otoritas daerah di Jerman juga sepakat untuk memajukan waktu istirahat kegiatan belajar-mengajar.

Baca: 7 Film dan Drama Korea Terbaru yang Siap Tayang di Netflix, Lovestruck in the City hingga The Call

Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengenakan masker saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Eropa di markas Dewan Eropa, Brussels, Belgia, Selasa (21 Juli 2020). Merkel dan para pemimpin perempuan lainnya dianggap bekerja lebih baik dalam hal menangani pandemi virus corona di negara mereka. (STEPHANIE LECOCQ / POOL / AFP)

Baca: Keluarkan Dana Rp 19,8 Triliun, Filipina Siap Suntik Vaksin Covid-19 untuk 60 Juta Warganya

Di dalamnya berisi aturan bahwa pemberi kerja harus membiarkan staf mereka bekerja dari rumah.

Pertemuan antar-negara bagian di Jerman akan dilanjutkan pada Rabu (25/11) dengan mengundang Kanselir Angela Merkel.

Sebagai informasi, Jerman mencatat infeksi Covid-19 sebanyak 14.361 kasus dalam satu hari terakhir dengan 249 kematian.

Sementara total kasus di Jerman mencapai 947.000 infeksi dengan 14,460 orang meninggal dunia.

Update Vaksin Covid-19

Sementara itu, kabar ihwal Covid-19 datang dari Inggris

Penyedia vaksin virus corona yang dikembangkan di Universitas Oxford melaporkan uji coba tahap akhir menunjukkan 90% efektif digunakan di masyarakat.

AstraZeneca, produsen vaksin asal Inggris tersebut mengatakan siap berkompetisi dengan vaksin lainnya.

Mereka mengharapkan para otoritas kesehatan bisa mempertimbangkan penggunaan vaksin ini di tengah keraguan masyarakat atas keamanan.

Laporan pada Senin (23/11) menyebutkan uji coba akhir dilakukan di Inggris dan Brazil.

Berbeda dari vaksin buatan Pfizer dan Moderna, kandidat vaksin AstraZeneca tidak harus disimpan pada suhu yang sangat dingin.

Baca: Perdana Menteri Spanyol Berencana Distribusikan Vaksin Covid-19 pada Januari 2021

Ilustrasi vaksin (Tribun Palu)

Baca: Vaksin Covid-19 Buatan Oxford Mungkin Tersedia Akhir Tahun Ini, Namun Tak Ada Kepastian

Menurut mereka, vaksin buatan Oxford ini dapat dengan mudah disebarkan di negara-negara yang bersuhu panas, terutama negara berkembang.

AstraZeneca adalah perusahaan vaksin ketiga yang melaporkan hasil tahap akhir uji voba.

Kabar baik ini muncul di tengah kecemasan publik dunia menunggu kehadiran vaksin yang siap mengakhiri pandemi yang telah merenggut 1,4 juta nyawa manusia.

“Temuan ini menunjukkan bahwa kami memiliki vaksin efektif yang akan menyelamatkan banyak nyawa,” kata Profesor Andrew Pollard dari Universitas Oxford, Ketua Tim Uji Coba vaksin tersebut.

Update Vaksin Pfizer

Sementara itu, kandidat vaksin Covid-19 asal Amerika Serikat, Pfizer mengatakan pihaknya sudah melakukan dialog dengan tim transisi presiden terpilih, Joe Biden.

Adapun pembicaraan dilakukan sebagai langkah untuk menindaklanjuti distribusi vaksin bagi semua pihak.

Diketahui pihak Pfizer menyebut vaksin corona telah 95% efektif untuk digunakan.

Pembuatan vaksin ini melibatkan puluhan ribu relawan dan telah diuji di sejumlah negara di Eropa.

"Tidak ada ruang untuk politik (praktis) dalam proses ini," kata juru bicara Pfizer, Sharon Castillo.

Baca: Ini Perbedaan Fokus Latihan Timnas Indonesia U-19 Selama Masa TC Virtual dan Shin Tae-yong di Korsel

Ilustrasi (Tribun Palu)

Baca: Hasil UEFA Nations League: Italia dan Belgia Resmi Lolos ke Semifinal, Nestapa Inggris dan Belanda

Minggu lalu, Kepala Staf Presiden baru yang ditunjuuk Biden, yakni Ron Klain menyebut bahwa tim transisi berencana akan melakukan komunikasi dengan Pfizer dan pembuat vaksin lainnya.

Ini dilakukan, menurut Klain, Presiden Donald Turmp diklaim terus menunda proses transisi formal ke pemerintahan baru.

Sementara itu, Castillo mengatakan pihaknya juga masih berdialog dengan pemerintahan Trump dan sejumlah pemimpin negara bagian.

Pihaknya juga membuka diskusi dengan anggota parlemen terkemuka baik dari Republik dan Demokrat di Kongres AS.

"Kami sedang berada di tengah transisi dan kami berdiskusi dengan kedua belah pihak," kata Castillo seraya menyebut bahwa Biden adalah bagian dari pihak yang ia ajak bicara.

Baca: Disebut Bakal Rilis Januari 2021, Berikut Bocoran Spesifikasi Galaxy S21, S21+, dan S21 Ultra

Markas perusahaan biofarmasi Pfizer Inc. di New York, Amerika Serikat. (JEENAH MOON / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP)

Baca: Pfizer Klaim Kemanjuran Vaksin Covid-19 Pfizer pada Orang Dewasa di Atas 65 Tahun Capai 94%

Vaksin Pfizer

Profesor di Fakultas Kedokteran University of Anglia, Paul Hunter, menyebut vaksin yang dikembangkan Pfizer memiliki sejumlah efek samping seperti sakit pada bagian lengan dan demam.

Namun, Hunter menyebut efek samping itu biasa terjadi pada proses vaksinasi, diberitakan The Guardian pada Selasa (10/11/2020).

Sementara, dilansir Reuters, perusahaan yang berkolaborasi dengan BioNTech Jerman ini menyebutkan ada sederet efek samping yang dialami para relawannya selepas menerima suntikan.

Hal itu disampaikan perusahaan dalam presentasi di hadapan para investor.

Baca: Lihat, Adakah Benjolan di Belakang Telinga Anda? Jika Ya, Ini Penyebab dan Cara Menghilangkannya

Seorang pria bermasker berjalan melewati markas perusahaan vaksin, Pfizer Inc., di New York, Amerika Serikat, pada Rabu (22 Juli 2020). Pfizer dan perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech, sepakat menyuplai Pemerintah AS dengan 100 juta dosis vaksin Covid-19 dalam kesepakatan senilai $1,95 miliar. (JEENAH MOON / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP)

Baca: Start Up Ayo Naik Kelas Ajak Anak Muda Rintis UMKM dan Jadi Penggerak Ekonomi Bangsa

Menurut mereka, dari laporan yang masuk, sebagian relawan menyebut mengalami sejumlah efek samping mulai dari ringan hingga sedang setelah menerima suntikan, entah berisi vaksin dari Pfizer atau plasebo.

Efek samping itu berupa kelelahan, sakit kepala, panas dingin, dan sakit otot.

Sebagian partisipan yang lain juga mengalami demam, termasuk demam tinggi.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer