Sejumlah Oposisi dan Aktivis Nilai Pemerintah Jepang Lamban atasi Lonjakan Covid-19

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adapun penghitungan harian kasus Covid-19 mencapai rekor dalam empat hari berturut-turut, yakni sebanyak 2.508 warga terinfensi., FOTO: Ilustrasi sebuah wilayah di Jepang

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ketakutan tumbuhnya gelombang baru Covid-19 menghadirkan kritik untuk pemerintah Jepang baru baru ini.

Kritik juga kecaman datang dari anggota dewan oposisi pemerintah dan sejumlah aktivis.

Mereka menyebut pemerintah Jepang lamban dalam mengatasi dampak corona.

Khususnya, mereka mengkritik pemerintah terlalu lambat dalam menghentikan kampanye wisata ke Jepang, yang justru malah mendorong pembukaan perjalanan dan mengeluarkan kampanye diskon akomodasi, sementara kasus corona terus tumbuh dalam empat hari terakhir.

Adapun penghitungan harian kasus Covid-19 mencapai rekor dalam empat hari berturut-turut, yakni sebanyak 2.508 warga terinfensi.

Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Senin 23 November 2020: Mamuju & Pontianak Waspada Hujan Petir Siang-Malam Hari

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga (kiri atas), Presiden AS Donald Trump (kanan atas), Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (tengah), Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (baris ke-3, kiri), Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (baris ke-3, kanan), dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel (bawah), terlihat di layar sebelum dimulainya KTT G20 virtual yang diselenggarakan oleh Arab Saudi dan diadakan melalui konferensi video di tengah Covid-19 (novel coronavirus) pandemi, di Brussel, pada 21 November 2020. - Arab Saudi menjadi tuan rumah KTT G20 pada 21 dan 22 November, yang pertama untuk negara Arab, dengan forum virtual didominasi oleh upaya untuk mengatasi pandemi virus corona dan resesi global terburuk di dekade. (YVES HERMAN / POOL / AFP)

Baca: Ketegangan dengan China Memanas, Australia Merapat ke Jepang

Laporan Departemen Kesehatan itu juga menyebut angka kematian akibat Covid-19 mendekati 150.000 kasus dengan kematian mencapai 1.942 jiwa, menurut data John Hopkins.

Sebagaimana diwartakan Associated Press, Minggu (22/11), PM Jepang Yoshihide Suga mengumumkan kebijakan tersebut pada Sabtu (21/11), di mana banyak wisatawan diperkirakan telah membuat reservasi perjalanan untuk akhir pekan Thanksgiving di Jepang.

Bandara dan restoran terpantau penuh sesak.

Sejumlah anggota oposisi dan aktivis publik mengatakan pemerintah Jepang seharusnya berani membayar untuk membatalkan reservasi wisatawan.

Oposisi juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan tes massal kepada warga, jika ingin menjaga perekonomian tetap berjalan di tengah pandemi.

Baca: Jumlah Angka Infeksi Covid-19 di Amerika Serikat Tembus 12 Juta Kasus, Vaksin Siap Disebarkan

PM Jepang Yoshihide Suga (TOSHIFUMI KITAMURA / AFP)

Baca: Hari Ini dalam Sejarah 22 November 1900: Mobil Mercedes yang Pertama Diuji Coba Perdana

Sebagai informasi, di tengah meningkatnya kasus corona, Jepang membuat video tutorial tentang cara makan dan minum yang benar di restoran sesuai protokol kesehatan.

Update Covid-19 di China

Otoritas China melakukan tes Covid-19 massal di sejumlah wilayah serta menutup sekolah setelah ditemukan tiga kasus baru virus corona dalam 24 jam terakhir.

Adapun petugas melaporkan kasus infeksi berada di dua Provonsi Mongolia Dalam (sebuah wilayah otonomi khusus Republik Rakyat Tiongkok) dan satu lagi di wilayah Shanghai.

Sebuah kota di Mongolia Dalam, yakni Manzhouli akan mulai melakukan tes massal untuk warganya pada Minggu (22/11), sehari setelah kasus ditemukan.

Kota tersebut juga akan menutup sementara bangunan sekolah dan sejumlah tempat umum.

Otoritas wilayah yang masih berada dalam China tersebut juga mengumumkan kepada warganya agar tidak mengadakan aktivitas pada malam hari.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah 22 November 1900: Mobil Mercedes yang Pertama Diuji Coba Perdana

Presiden Cina Xi Jinping berpidato di pertemuan virtual Majelis Kesehatan Dunia pada hari Senin. Foto: AFP (AFP)

Baca: Bocah 8 Tahun di Nunukan Kalimantan Utara Kebiasaan Mencuri, Tercatat Puluhan Kali dalam 2 Tahun

Sementara itu di Shanghai, satu kasus Covid-19 ditemukan setelah pemerintah daerah melakukan tes massal terhadap 15.416 orang belakangan ini.

Meski Shanghai tidak menutup sekolah, tetapi otoritas setempat membatasi sejumlah fasilitas umum, seperti rumah sakit.

Lebih jauh lagi, Shanghai juga melakukan tes massal untuk warganya yang berada di Distrik Pudong New Area.

Sebagai informasi, China baru saja melakukan tes massal terhadap tiga juta penduduk di utara kota Tianjin.

Kebijakan ini dilakukan setelah muncul lima kasus baru dalam pekan ini.

Baca: Bagus Kahfi Sudah Minta Izin Barito Putera, Peluang Gabung FC Utrecht Semakin Dekati Kenyataan

Foto yang diambil pada 12 Oktober 2020 ini menunjukkan ribuan warga yang mengantre untuk dites virus corona COVID-19, sebagai bagian dari program pengujian massal menyusul wabah virus corona baru di Qingdao, di Provinsi Shandong timur China. Hanya dalam waktu dua hari, 12-13 Oktober 2020, sebanyak 4,2 juta penduduk kota ini berhasil melakukan swab test. (STR / AFP / China OUT)

Baca: Serangan Roket dari Jalur Gaza Palestina Jatuh di Wilayah Israel, Diduga dari Kelompok Hamas

Melansir data Coronavirus Resource Center dari John Hopkins University & Medicine, total kasus di China mencapai 92.037 dengan 4.742 kematian. Sementara pasien sembuh mencapai 86.769 jiwa.

Update Kasus Covid-19 di AS

Sementara itu, musuh ekonomi China yakni Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengalami lonjakan kasus virus corona yang tercatat tembus 12 juta kasus.

Update data dari John Hopkins University, Minggu (22/11/2020) ini secara spesifik menghitung ada 12.089.440 kasus infeksi dengan 255.899 orang meninggal dunia di AS.

Sementara total 4.529.700 orang telah dinyatakan pulih dari penyakit tersebut.

Menurut data tersebut, Texas menjadi negara bagian dengan laporan kasus tertinggi.

Total 1,078,875 kasus Covid-19 di Texas, disusul California dengan 1,057,245, kemudian Florida dengan 905,205 kasus.

Sedangkan angka global Covid-19 mencapai 58.144.199 kasus dengan 1.380.474 orang meninggal dunia, menurut laman Coronavirus Resource Center dari John Hopkins University & Medicine.

Baca: Hasil Survei: Sebagian Besar Warga Amerika Senang Donald Trump Kalah daripada Joe Biden Menang

Ilustrasi vaksin virus corona (Fresh Daily)

Baca: Diganggu Debt Collector Sangar? Jangan Panik, Langsung Laporkan ke 5 Tempat Ini

Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar mengatakan bahwa negeri Paman Sam akan menyebarkan 40 juta dosis vaksin Covid-19 pada akhir bulan depan.

"Pada akhir Desember, kami berharap memiliki sekitar 40 juta dosis dari dua vaksin (Pfizer dan Moderna) tersedia untuk distribusi sembari menunggu otorisasi FDA, cukup untuk memvaksinasi sekitar 20 juta orang Amerika yang paling rentan," kata Azar kepada wartawan, dilansir Reuters, Kamis (19/11).

Update Vaksinasi Pfizer

Vaksin Covid-19 asal Amerika Serikat, Pfizer mengatakan pihaknya sudah melakukan dialog dengan tim transisi presiden terpilih, Joe Biden.

Adapun pembicaraan dilakukan sebagai langkah untuk menindaklanjuti agenda distribusi vaksin bagi semua pihak yang memerlukan.

Diketahui pihak Pfizer menyebut vaksin corona telah 95% efektif untuk digunakan.

Pembuatan vaksin ini melibatkan puluhan ribu relawan dan telah diuji di sejumlah negara di Eropa.

"Tidak ada ruang untuk politik (praktis) dalam proses ini," kata juru bicara Pfizer, Sharon Castillo.

Baca: Ini Perbedaan Fokus Latihan Timnas Indonesia U-19 Selama Masa TC Virtual dan Shin Tae-yong di Korsel

Ilustrasi (Tribun Palu)

Baca: Hasil UEFA Nations League: Italia dan Belgia Resmi Lolos ke Semifinal, Nestapa Inggris dan Belanda

Minggu lalu, Kepala Staf Presiden baru yang ditunjuuk Biden, yakni Ron Klain menyebut bahwa tim transisi berencana akan melakukan komunikasi dengan Pfizer dan pembuat vaksin lainnya.

Ini dilakukan, menurut Klain, Presiden Donald Turmp diklaim terus menunda proses transisi formal ke pemerintahan baru.

Sementara itu, Castillo mengatakan pihaknya juga masih berdialog dengan pemerintahan Trump dan sejumlah pemimpin negara bagian.

Pihaknya juga membuka diskusi dengan anggota parlemen terkemuka baik dari Republik dan Demokrat di Kongres AS.

"Kami sedang berada di tengah transisi dan kami berdiskusi dengan kedua belah pihak," kata Castillo seraya menyebut bahwa Biden adalah bagian dari pihak yang ia ajak bicara.

Baca: Disebut Bakal Rilis Januari 2021, Berikut Bocoran Spesifikasi Galaxy S21, S21+, dan S21 Ultra

Markas perusahaan biofarmasi Pfizer Inc. di New York, Amerika Serikat. (JEENAH MOON / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP)

Baca: Pfizer Klaim Kemanjuran Vaksin Covid-19 Pfizer pada Orang Dewasa di Atas 65 Tahun Capai 94%

Vaksin Pfizer

Profesor di Fakultas Kedokteran University of Anglia, Paul Hunter, menyebut vaksin yang dikembangkan Pfizer memiliki sejumlah efek samping seperti sakit pada bagian lengan dan demam.

Namun, Hunter menyebut efek samping itu biasa terjadi pada proses vaksinasi, diberitakan The Guardian pada Selasa (10/11/2020).

Sementara, dilansir Reuters, perusahaan yang berkolaborasi dengan BioNTech Jerman ini menyebutkan ada sederet efek samping yang dialami para relawannya selepas menerima suntikan.

Hal itu disampaikan perusahaan dalam presentasi di hadapan para investor.

Baca: Lihat, Adakah Benjolan di Belakang Telinga Anda? Jika Ya, Ini Penyebab dan Cara Menghilangkannya

Seorang pria bermasker berjalan melewati markas perusahaan vaksin, Pfizer Inc., di New York, Amerika Serikat, pada Rabu (22 Juli 2020). Pfizer dan perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech, sepakat menyuplai Pemerintah AS dengan 100 juta dosis vaksin Covid-19 dalam kesepakatan senilai $1,95 miliar. (JEENAH MOON / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP)

Baca: Start Up Ayo Naik Kelas Ajak Anak Muda Rintis UMKM dan Jadi Penggerak Ekonomi Bangsa

Menurut mereka, dari laporan yang masuk, sebagian relawan menyebut mengalami sejumlah efek samping mulai dari ringan hingga sedang setelah menerima suntikan, entah berisi vaksin dari Pfizer atau plasebo.

Efek samping itu berupa kelelahan, sakit kepala, panas dingin, dan sakit otot.

Sebagian partisipan yang lain juga mengalami demam, termasuk demam tinggi.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer