Mengenakan jubah wisuda hitam dan topeng Guy Fawkes, para mahasiswa berbaris melewati kampus Chinese University of Hong Kong (CUHK).
Kepada Reuters, Kamis (19/11/2020), mereka mengatakan akan menyelenggarakan wisuda mereka sendiri setelah pihak universitas mengumumkan kegiatan akan diadakan secara online karena risiko virus corona.
"Saya ingin meneruskan semangat ... agar generasi penerus mahasiswa tidak melupakan apa yang terjadi tahun lalu," kata Philip, lulusan ilmu sosial yang menolak menyebutkan nama lengkapnya.
Sebagai informasi, pada November 2019, kampus CUHK dan Hong Kong Polytechnic University (PolyU) menjadi saksi bisu bentrokan antara mahasiswa dan aparat polisi antihuru hara.
Baca: Twitter Luncurkan Fitur Fleets Secara Global, Unggahan yang Bertahan 24 Jam Mirip Instagram Story
Baca: Pasukan Khusus Australia Disebut Terlibat dalam Pembunuhan 39 Warga Afghanistan
Para pengunjuk rasa melawan dengan menembakkan bom molotov, ketapel, busur, dan anak panah.
Sementara polisi merespons mereka dengan tembakan meriam air, gas air mata, dan peluru karet.
Kampus PolyU dikepung polisi selama lebih dari seminggu, dengan banyak mahasiswa memilih melarikan diri melalui selokan ketimbang menyerahkan diri mereka.
Memperingati bentrokan tahun kemarin, pada Kamis (19/11/2020), sejumlah mahasiswa membawa balon hitam dan spanduk bertuliskan "Selamat Wisuda, Perusuh CU".
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 19 November: Legenda Sepak Bola Brasil, Pele, Mencetak Gol Ke-1.000
Baca: Honda CBR1000RR-R Fireblade Hadir di Jawa Tengah, Banderol Tembus Rp 1 M, Ini Fitur Canggihnya
Sembari meneriakkan slogan pro-demokrasi, mereka mengacungkan tiga jari simbol seperti yang ada dalam film "Hunger Games", sebagai tanda penghormatan dan sikap pembangkangan yang diadoposi oleh protes anti-pemerintah di Thailand.
Sejumlah alumni juga terlihat melakukan aksi teatrikan dengan merekonstruksi adegan bentrok dengan polisi, berpose sambil berfoto.
Terdapat mahasiswa yang mengibarkan bendera dan menggunakan payung sebagai perisai.
Seperti diketahui, protes di Hong Kong memuncak pada Juni 2019, setelah dalam beberapa tahun muncul kebencian atas apa yang disebut "campur tangan pemerintah China kepada Hong Kong".
Hong Kong, sebuah negara bekas koloni Inggris diserahkan kembali ke pemerintahan China pada 1997.
Baca: 52.000 Orang Hadir di Stadion Saksikan Final Rugby di Tengah Pandemi Bikin Iri dan Marah Warga Dunia
Pemerintah China menerapkan undang-undang keamanan nasional dan aturan yang berkaitan dengan virus corona, sebagai upaya menahan munculnya kembali demonstrasi.