Viral Tarkam di Lapangan Banjir Lumpur, Pemain Bhayangkara & Timnas Saddil Ramdani Dihujani Kritik

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saddil Ramdani.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menjaga pola latihan, uji tanding dan asupan makanan yang baik bagi kebugaran tubuh merupakan prasyarat agar seorang atlet selalu bisa bersaing.

Dengan fisik yang bugar, meski tidak selalu menjamin seratus persen kemenangan, setidaknya bisa meningkatkan peluang untuk bermain bagus di kompetisi/turnamen yang diikuti oleh atlet olahraga.

Hal ini juga berlaku untuk atlet lapangan hijau atau pesepak bola.

Pola latihan atau uji tanding yang bagus dan diet atau pola makan yang baik, juga menjadi prasyarat agar tetap bugar di lapangan.

Contohnya superstar bola dunia, Cristiano Ronaldo.

Tak hanya gila melakukan latihan fisik atau olah tubuh di waktu senggang, pola makan Ronaldo jugalah yang membuat dirinya tetap bermain prima di pentas papan atas kulit bulat.

Di usia ke-35, permainan Ronaldo masih sangat baik dan semua itu juga berkat ditunjang dengan pola makan yang sangat ia jaga.

Namun, hal berbeda terjadi dengan perilaku pesepak bola di Indonesia.

Pentingnya menjaga pola makan sepertinya belum menjadi budaya yang lazim di kalangan pesepak bola tanah air, ditambah para pemain di Indonesia masih sering mengambil "jobdesk" lain diluar laga resmi, yakni menjalani sepak bola antar kampung atau tarkam.

Tidak ada yang ilegal secara hukum, jika seorang pesepak bola yang ada di Indonesia untuk ikut turnamen atau laga-laga tarkam asalkan diperbolehkan atau ada kesepakatan dengan klub profesional-nya masing-masing.

Baca: Permain Keturunan Belanda, Marc Klok Resmi Jadi WNI: Cinta Indonesia dan Tak Sabar Main di Timnas

Jangankan disituasi pandemi Covid-19, sebelum Liga 1 dihentikan karena pandemi pun sudah banyak atlet sepak bola baik itu level regional, nasional dan bahkan pemain asing ikut terjun di sepak bola tarkam.

Meski begitu, infrastruktur laga sepak bola tarkam memang tidak bagus dan terkadang lapangan pun ala kadarnya.

Belum lagi terkait penanganan cedera ataupun hak dan kewajiban jika si pemain ini cedera ketika main tarkam.

Lapangan dalam kondisi buruk bisa memperbesar resiko cedera si atlet sepak bola.

Terlebih, bagi mereka yang menjadi bagian Timnas Indonesia, bermain tarkam meskipun banyak pemain tak menolak job ini, namun tetap saja bisa mempebesar resiko cedera ataupun bukan tempat yang tepat untuk menjaga intenstitas permainan.

Ditambah pula, publik semakin paham bahwa pemain dengan level Timnas Indonesia didorong untuk menjaga kebugaran dengan latih tanding yang sesuai, tidak lagi dengan cara-cara tarkam

Publik sepak bola baru-baru ini dibuat heboh dengan kemunculan pemain muda level Timnas Indonesia yang terjun di kancah tarkam.

Pemain Bhayangkara FC, Saddil Ramdani mendapat komentar negatif dari warganet di instagram usai beredar video dirinya bermain tarkam.

Sebelumnya, beredar video di media sosial yang tak jelas sumbernya memperlihatkan Saddil Ramdani terlibat dalam pertandingan antar kampung (tarkam).

Baca: Penyerang Timnas Indonesia, Saddil Ramdani Resmi Dilaporkan Polisi Akibat Dugaan Penganiyaan

Dalam video tersebut, Saddil terlihat berjalan di lapangan yang tergenang air sangat banyak dengan rekan-rekan setimnya.

Hal ini kemudian menimbulkan anggapan dari warganet bahwa Saddil Ramdani rela bermain sepak bola tarkam.

"Pemain tarkam, mental tempe," tulis @oza_oblay.

"Main tarkam bisa buat beli kuota," tulis @slwdnaan.

"Pemain timnas main di tarkam lapangan kolam lele, memalukan," tulis @gila_bola45.

Masih banyak komentar-komentar bernada negatif serupa yang ditemui di kolom komentar Saddil.

Sejak Liga 1 2020 tidak digulirkan karena pandemi Covid-19, Saddil Ramdani yang pernah bermain di Liga Malaysia ini fokus untuk membentuk tubuh.

Bahkan winger 21 tahun itu sempat menurunkan badan untuk meningkatkan massa otot.

"Senin sampai Sabtu latihan di gym terus, sudah tiga minggu, ada program mau menguruskan badan supaya ada peningkatan ototnya," kata Saddil, dilansir dari laman resmi Bhayangkara FC Juli 2020.

"Dari berat 69 ke 65 kg. Sebenarnya sudah ideal, tapi saya mau coba lebih bagus lagi. Saya lakukan ini biar nanti tidak terlalu kaget dan ketika balik ke klub ada perubahan sedikit, lebih padat lagi ototnya," tambahnya.

Sebenarnya semua program yang dilakukan Saddil berkaitan dengan rencana bergulirnya kembali Liga 1 2020, yang seharusnya digelar pada 1 Oktober 2020.

Baca: Pulih Cedera dan Disebut Akan ke FC Utrecht, Bagus Kahfi Tak Ikut TC Timnas Indonesia U-19, Mengapa?

“Itu sebelum dengar liga mau bergulir lagi Saddil sudah lakuin itu (program latihan mandiri), biar nanti ketika kembali ke klub tidak terlalu kaget. Dan pengennya nanti ketika balik ke klub ada perubahan sedikit. Perubahan massa otot lebih ada, lebih padat lagi gitu,” ujarnya.

Namun rencana Saddil buyar lantaran PSSI memastian kompetisi Liga 1 2020 ditunda hingga Februari 2021.

Dalam penampilannya hingga pekan ke-3 Liga 1 2020, Saddil bermain dalam 3 laga bersama Bhayangkara dengan total menit bermain 229 menit.

Namun, Saddil belum mampu mempersembahkan kemenangan bagi The Guardian karena seluruh laga berakhir dengan skor imbang.

Selain persoalan tarkam, Saddil Ramdani juga beberapa kali mendapat sorotan karena kasus penganiayaan beberapa waktu lalu.

Hujatan netizen terhadap pola makan pesepak bola Indonesia

Tak hanya gila melakukan latihan fisik di waktu senggang, pola makan Ronaldo jugalah yang membuat dirinya tetap bermain prima di pentas papan atas kulit bulat.

Di usia ke-35, permainan Ronaldo masih sangat baik dan semua itu juga berkat ditunjang dengan pola makan yang sangat ia jaga.

Namun, hal berbeda terjadi dengan perilaku pesepak bola di Indonesia.

Pentingnya menjaga pola makan sepertinya belum menjadi budaya yang lazim di kalangan pesepak bola tanah air.

Baca: Viral Dihujat Netizen Terkait Menu Makanan Buruk untuk Atlet, Bek Persebaya Hansamu Yama Buka Suara

Beberapa hari lalu, netizen ramai-ramai menghujat beberapa pesepak bola Indonesia yang mengunggah menu makanan tak baik bagi atlet.

Makanan seperti nasi bersambal, bersantan atau dengan lemak tinggi masih menjadi menu favorit para pesepak bola Indonesia.

Tak ayal, hal ini pun pernah dikeluhkan oleh pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong yang mengatakan stamina pemain Indonesia sangat buruk, karena tak disilpin menjaga pola makan ala atlet.

Salah satu pemain bola yang mendapat kecaman dari netizen adalah Hansamu Yama Pranata.

Pemain Persebaya Surabaya, Hansamu Yama Pranata dikritik netizen karena menu makanan sembarangan. (Dokumen Persebaya)

Mantan kapten Timnas Indonesia ini pun dengan sengaja mengunggah sebuah menu makanan yang sangat tidak layak untuk atlet, meski bagi kebanyakan masyarakat sudah merupakan menu sehari-hari.

Dalam keterangan di Insta Story-nya, Hansamu Yama menuliskan favorit disertai tanda pagar yang penting halal dan gitu aja kok repot.

Apa yang dilakukan Hansamu Yama mengundang komentar pedas dari warganet.

Namun, bukannya instropeksi, eks pemain Barito Putera itu justru membela diri atas kritik masyarakat.

"Yakin itu yang makan saya? Ada foto saya di situ lagi makan?"

"Dan misalnya saya pun yang makan, terus kenapa? Toh tidak setiap hari?" ucap pemain Persebaya tersebut.

Menurut Hansamu Yama, seorang atlet itu juga manusia.

Lagi pula makanan yang ia makan itu disaat kompetisi Liga 1 2020 tengah dihentikan akibat pandemi Covid-19.

Persebaya Surabaya juga belum tahu kapan akan memulai aktivitas kembali.

Baca: Selesai Digodok Dua Bulan di Kroasia, Kini 33 Pemain Timnas Indonesia U-19 Jalani TC Virtual

Kemungkinan besar akhir Agustus ini tim berjulukan Bajul Ijo itu kembali berkumpul.

"Sekarang kebetulan sedang libur kompetisi. Jadi wajar dong."

"Atlet profesional kan manusia juga, butuh makan bebas tapi ada batasan."

"Tidak setiap hari dan itu wajar. Sebagai atlet saya juga pasti menjaga asupan gizi buat tubuh saya," ucap pemilik nomor punggung 23 tersebut, dikutip dari Bolasport.com.

Unggahan dari pemain sepak bola di Indonesia (Hansamu Yama dan Gian Zola) yang mendapat kritik dari netizen. (Instagram Hansamu Yama dan Gian Zola)

Hansamu Yama melanjutkan tidak seharusnya masyarakat Indonesia memberikan kesimpulan tentang kejadian tersebut.

Apalagi masyarakat luas tidak tahu menu makanan apa yang dikonsumsi Hansamu Yama.

"Masyarakat juga tidak setiap hari melihat apa saja yang saya konsumsi, jadi tidak bisa disimpulkan hanya dengan satu makanan saja."

"Jadi makanan favorit itu bukan suatu makanan yang harus dikonsumsi setiap hari meski sebenarnya kita menyukai makanan itu," tutup Hansamu Yama.

Hansamu Yama sejauh ini belum dipanggil ke timnas Indonesia era Shin Tae-yong.

Dengan kejadian menu makanan tersebut, banyak pihak menyimpulkan tidak dipanggilnya Hansamu lagi ke timnas karena persoalan disiplin menu makanan ini.

Shin Tae-yong sendiri merupakan pelatih yang tegas.

Mantan pelatih Timnas Korea Selatan itu dengan keras melarang pemain-pemain Indonesia memakan makanan gorengan, berminyak, dan pedas.

Hal ini demi menjaga stamina dan kebugaran para pemain, mengingat pola makan sembarangan berpengaruh besar terhadap kebugaran dan tentu ikut berpengaruh pada performa di lapangan.

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Sebagian artikel tayang di Bolaspot.com berjudul Saddil Ramdani Balas Satu-satu Komentar Negatif Publik Usai Disebut sebagai Pemain Tarkam



Penulis: Haris Chaebar
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer