Sekretaris Negara untuk Urusan Suaka, Sammy Mahdi menyebut mereka sebagai '"ancaman serius bagi ketertiban umum" di Belgia.
Sebagaimana diwartakan BBC, Jumat (13/11), yang mengamati laman Facebook mereka, kelima orang itu merupakan simpatisan politisi sayap kanan Denmark, Rasmus Paludan.
Diketahui, Paludan pernah diusir dari Prancis pada Rabu (11/11), setelah mengisyaratkan niatnya untuk membakar Alquran di Paris.
Paludan pernah mendekam di jeruji besi pada awal 2020 akibat pelanggaran rasisme, khususnya postingan video anti-Islam yang ia unggah di media sosial partai garis-kerasnya.
Baca: Presiden Polandia Sebut LGBT Lebih Merusak Daripada Komunisme
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 13 November: Presiden Venezuela Carlos Delgado Chalbaud Dibunuh di Caracas
Baru-baru ini, lima orang simpatisan Paludan diamankan polisi Belgia atas rencana tersebut, menurut sebuah sumber kepada kantor berita AFP.
Mahdi menyambut baik penangkapan dan pengusiran mereka.
"Mereka diperintahkan untuk segera meninggalkan negara itu, dan mereka melakukannya," kata Mahdi.
"Izin tinggalnya ditolak karena orang-orang ini merupakan ancaman serius bagi ketertiban umum di Belgia."
Mr Mahdi menambahkan: "Dalam masyarakat kami, yang sudah sangat terpolarisasi, kami tidak membutuhkan orang yang datang untuk menyebarkan kebencian."
Retorika anti-Islam di Denmark bukanlah hal baru, mengingat banyak politisi sayap kanan di sana yang vokal menyerukan kebencian.
Diwartakan sebelumnya, sebuah partai politik di Denmark menyebut akan menerbitkan karikatur Nabi Muhammad sebagai bentuk solidaritas atas Samuel Patty, guru yang meninggal di Prancis.
Adalah Partai Nye Borgerlige, sebuah Partai Sayap Kanan Denmark yang mengungkapkan keinginannya untuk menerbitkan karikatur Nabi Muhammad SAW.
Paty meninggal dengan cara yang mengenaskan tak lama setelah mengadakan diskusi dan memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan bagi umat Islam, karikatur atau gambar Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu yang dilarang.
Tetapi hal itu tak lantas menyurutkan niat Nye Borgerlige untuk menerbitkan karikatur Nabi Muhammad SAW.
Baca: Covid-19 di Italia: Bertambah 2000 Kasus dalam Sehari, Angka Kematian Tertinggi Kedua di Eropa
Baca: Pejabat Tinggi Turki Kutuk Media Prancis Charlie Hebdo yang Hina Presiden Erdogan
Apalagi, karikatur yang digunakan Paty adalah yang diterbitkan oleh surat kabar Denmark, Jyllen Posten pada 2005 lalu.
“Bekerja sama dengan Charlie Hebdo, kami akan menerbitkan ulang gambar Muhammad yang digunakan Samuel Paty saat dia mengajar di surat kabar Denmark,” tutur Pemimpin Nye Borgelige, Pernille Vermund dikutip dari The Copenhagen Post.
“Kami harus menunjukkan telah siap untuk mempertahankan diri sendiri, terhadap nilai yang kami pecaya, yang akan kami sampaikan ke anak-anak kami, dan yang dibangun masyarakat kami. Tak ada ruang untuk kompromi,” tambahnya.
Pernyataan Vermund tersebut merupakan bagian dari kampanye Nyi Borgerlige,
“Dukung Samuel Paty, berjuang untuk kebebasan,” yang akan segera diluncurkan.
Vermund juga mengaku tak takut dengan konsekuensi yang akan dihadapinya karena mencetak karikatur Nabi Muhamad.
Baca: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Lebanon Perpanjang Kebijakan Jam Malam
Belgia Ambil Tindakan Tegas Pecat Guru yang Pertontonkan Kartun Nabi Muhammad SAW
Pemerintah Belgia lakukan tindakan tegas pada guru yang pertontonkan kartun Nabi Muhammad SAW yang dimuat majalah Charlie Hebdo.
Belgia putuskan pecat guru yang lakukan tindakan tak patut itu.
Melansir dari dailymail.co.uk , guru yang bekerja di satu distrik Belgia ditegur dan mendapat sanksi tegas berupa pemberhentian atau dipecat.
Seperti yang diwartakan, sebuah distrik Brussel menangguhkan seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad pada murid di sekolah itu yang berusia antara 10 sampai 11 tahun.
Menurut juru bicaranya, Jumat (30/1/2020), Guru Belgia, yang bekerja di distrik Molenbeek di Brussels, menampilkan karikatur tak pantas yang sama digunakan oleh guru Prancis Samuel Paty yang tewas dibunuh.
Bahkan, pejabat setempat sudah mengatakan jika karikatur Charlie Hebdo merupakan gambar tak sopan dan tidak senonoh.
Baca: Menyusul Perkataan Presiden terkait Kartun Nabi Muhammad, Prancis Minta Boikot Produknya Dihentikan
Baca: 40 Pasangan Selebriti Dunia dengan Beda Usia Mencolok: Presiden Prancis Emmanuel Macron Masuk List
"Keputusan kami secara unik didasarkan pada fakta bahwa ini adalah gambar yang tidak senonoh. Jika bukan karena Nabi, kami akan melakukan hal yang sama,"ujar juru bicara Wali Kota Molenbeek.
Gambar yang dimaksud yakni alat kelamin subjek terlihat saat dia berjongkok, telanjang.
Juru bicara tersebut melanjutkan, ada beberapa orang tua murid yang tak mengeluh.
"Dua atau tiga orang tua mengeluh," kata juru bicara itu.
Juru bicara wali kota ini menjelaskan, tindakan skorsing ini bukan hukuman.
Namun lebih ke menjaga ketertiban sedangkan prosedur disiplin dijalankan, usai guru dapat menghadapi tindakan administratif.
Tindakan ini mencerminkan meski sama-sama negara Eropa, namun Pemerintah Belgia lebih bijaksana ketimbang Prancis.
Jika dibandingkan, Pemerintah Belgia jauh lebih santun ketimbang sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghadapi kasus kartun Nabi Muhammad SAW.
Seperti yang sudah diketahui, Presiden Emmanuel Macron di Prancis membenarkan tindakan guru yang menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW.
Bahkan presiden yang menikahi gurunya sendiri ini ikut mengutuk pembunuhnya juga menghubungkan keadian tersebut dengan sentimen agama tertentu.
Sejumlah toko uga sudah mengatakan, tindakan penghinaan terhadap Nabi (apa pun agamanya), dapat memancing amarah para pengikut Nabi tersebut.
Sebagai informasi, Paty si Guru bahasa Prancis ini mati dibunuh usai dia dikecam karena telah menunjukkan kartun tersebut ke kelas tentang kebebasan berekspresi.
Kepalanya dipenggal pada 16 Oktober di Conflans-Sainte-Honorine, di luar Paris, seorang Chechnya.
Bahkan umat Muslim menganggap gambar nabi apa pun sebagai sebuah hujatan dan karikatur sebagai pelanggaran pada iman mereka.
Hukum Prancis sangat sekuler dan kepercayaan agama tidak menerima perlindungan khusus.
Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan berapi-api membela kematian pria 47 tahun itu.
Dia membelanya atas kebebasan berekspresi.
Hal ini termasuk hak kartunis untuk mencemooh tokoh agama.
Negara tetangga Belgia, seperti Prancis pada beberapa taun terakhir telah menerima sejumlah serangan dan Molenbeek, yang memiliki populasi Muslim yang besar.
Erdogan Minta Macron Periksa Kesehatan Mental, Prancis: Komentar Presiden Turki Tak Bisa Diterima
Pihak Prancis tak terima dengan pernyataan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk melakukan cek kesehatan mental.
Ketegangan ini merupakan buntut panjang dari usaha Macron untuk memerangi 'Islam radikal' di negaranya, seperti diberitakan BBC, Minggu (25/10/2020).
Hal itu bermula dari tewasnya seorang guru yang dibunuh karena mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.
Memang, penggambaran Nabi Muhammad merupakan pelanggaran serius.
Pasalnya Islam melarang untuk menggambarkan Nabi Muhammad dan Alloh.
Kendati demikian, Presiden Emmanuel Macron tegas pada pendiriannya.
Prancis "tidak akan melepaskan kartun kami", katanya awal pekan ini.
Hal itu tak lepas dari posisi Prancis sebagai neara sekuler, yang sekaligus sebagai pusat identitas nasional Prancis.
Menurut mereka, membatasi kebebasan berekspresi untuk melindungi perasaan satu komunitas tertentu, kata negara, merusak persatuan negara.