Hubungan tak lazim namun saling menguntungkan sudah dijalaninya dalam 2 tahun terakhir.
Ia mengaku menjalin hubungan dengan tiga sugar daddy.
Sugar baby adalah istilah untuk perempuan, umumnya perempuan muda, yang berada dalam hubungan saling menguntungkan untuk tujuan mencapai keamanan ekonomi.
Sedangkan sugar daddy adalah pasangan dari sugar baby.
Sugar baby yang menjalin hubungan semacam itu bisa meraih uang, hadiah, dan manfaat keuangan dan materil lainnya dalam hubungan tersebut.
Baca: Wanita Ini Pilih Cerai Demi Jadi Sugar Baby, Punya 9 Sugar Daddy Sekaligus, Ini Curhatannya
Sedangkan sugar daddy kebanyakan akan mendapatkan keuntungan berupa hubungan biologis yang tidak mengikat.
Eksekutif pemasaran tadi, sebut saja Jenni, karena meminta namanya dirahasiakan, bukanlah cewek yang sedang kondisi kesulitan ekonomi.
Profesi Jenni sehari-hari adalah eksekutif pemasaran di sebuah perusahaan lumayan dikenal di Singapura, menurut The Strait Times yang dikutip eva.vn, Rabu (11/11/2020).
Baca: Wanita yang Diduga Simpanan Eks Kardinal Ditangkap karena Terima Rp 8,7 Miliar dari Kardinal Becciu
Jenni (28) lahir di Malaysia tetapi saat ini tinggal dan bekerja di Singapura, bisa memperoleh hingga SGD 14.000 atau sekitar Rp 147 juta (kurs Rp 10.500/dolar Singapura) saat ini ketika ia menjadi sugar baby para pengusaha yang masih lajang.
Jenni berkata 2 tahun yang lalu, dia melihat seorang temannya secara teratur melakukan liburan mewah di Eropa dan bertanya-tanya bagaimana dia bisa melakukannya.
Saat itu, temannya memperkenalkan Jenni pada sebuah aplikasi bernama Sugarbook yang didirikan oleh Malaysia pada tahun 2017.
Sugarbook adalah aplikasi yang membantu sugar daddy dan sugar baby untuk bertemu satu sama lain.
Saat ini berbasis di Kuala Lumpur, dengan 85.000-90.000 anggota di Singapura dan sekitar 1 juta anggota di seluruh dunia.
Jenni mengatakan, pada awalnya ketika dia menjelajahi aplikasi, dia sangat khawatir dan mempertanyakan apakah itu bisnis yang curang atau apakah dia harus pergi tidur dengan sugar daddy untuk mendapatkan uang.
Namun, setelah beberapa saat, kekhawatiran ini hilang sama sekali.
Jenni mengatakan, layanan ini sering disalahartikan sebagai prostitusi, padahal sebenarnya tidak.
Gadis 28 tahun itu selalu menetapkan syarat dan aturannya sendiri saat memasuki hubungan sugar daddy-sugar baby.
Baca: Aktris Arthdal Chronicles Karata Erika Akui Jadi Simpanan Aktor Jepang Higashide Masahiro
Dia tidak pernah berkencan dengan pria menikah atau pria berusia di atas 45 tahun.
Jenni juga tidak pernah menerima ajakan tidur dengan orang yang pertama kali dia temui.
"Saya tidak berharap banyak pada aplikasi kencan tradisional. Saya tidak tahu ke mana arah hubungan ini setelah beberapa kali kencan. Jika sudah berakhir, itu hanya buang-buang waktu. Berkencan dengan sugar daddy. Lainnya, setidaknya saya bisa mendapatkan kompensasi atas waktu saya, ”lanjut Jenni.
Jenni berkata dia biasanya mendapat sekitar SGD 500 (Rp 5,25 juta) untuk setiap kencan dengan sugar daddy.
Saat ini, dia memiliki 3 orang sugar daddy.
Salah satunya adalah seorang pengusaha Singapura berusia 30-an.
Keduanya telah "berpacaran" selama 5 bulan dan Jenni menerima tunjangan bulanan antara SGD 8.000 dan 10.000 (Rp 84 juta-Rp 105 juta).
Gaji bulanan dari pekerjaan utama bersama dengan subsidi dari 3 sugar daddy membantu Jenni menerima sekitar 14.000 SGD (Rp 147 juta) per bulan.
Jenni mengatakan akan menghemat 1/3 dari uang ini, sisanya akan digunakan untuk kecantikan, liburan di Amerika dan Eropa, serta mengirimkannya kembali ke keluarganya di Malaysia.
Jenni mengatakan menjadi sugar baby pasti akan menimbulkan banyak kontroversi.
Bahkan beberapa orang menganggapnya sebagai pekerja seks komersil (PSK).
Tapi dia tidak merasa dia salah atau bersalah menjadi sugar daddy.
"Sugar baby bukanlah PSK. Saya pikir PSK dibayar untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan. Mereka tidak bisa menolak atau mengatakan tidak. Sementara jika saya tidak nyaman, saya bisa sepenuhnya mengatakan tidak," kata Jenni berbagi.
Jenni menambahkan bahwa dia tidak berinvestasi terlalu banyak secara emosional pada sugar daddynya tetapi juga tidak menyangkal bahwa salah satu dari mereka bisa menjadi suaminya kelak.
"Tidak ada yang tahu. Saya bisa menemukannya. Bagaimana dengan pria ideal saya ".
Jenni secara teratur mengirim uang ke rumah untuk keluarganya tetapi mengaku masih menjaga dirinya sebagai sugar baby karena takut dengan pemikiran tradisional orang tuanya.
"Saya tidak perlu memberi tahu mereka, tetapi jika mereka mengetahuinya, saya akan memberitahu mereka lebih dulu," kata Jenni.
Bentuk pacaran antara sugar daddy dan sugar baby sudah ada sejak lama, tapi baru beberapa tahun sejak itu berkembang.
Hubungan ini dipahami sebagai seorang gadis muda yang membutuhkan uang dengan orang tua, pria kaya yang membutuhkan kasih sayang atau seks, di mana seks adalah syarat yang diperlukan tetapi bukan syarat yang diharuskan.
Keduanya berkencan dan memenuhi kebutuhan satu sama lain, saling menguntungkan.
Bergantung pada konsepsi budaya dan hukum masing-masing negara, bentuk ini dianggap prostitusi atau tidak.
Namun di banyak tempat, wujud sugar daddy-sugar baby telah disulap atau disamarkan sebagai makelar prostitusi sehingga menimbulkan masalah yang tak terduga.
(tribunnewswiki.com/hr)