Kandidat Partai Demokrat, Joe Biden dan Istrinya, Jill Biden memberikan sambutan di depan pendukung untuk yang pertama kalinya.
"Selamat malam. Kesabaran kita patut dihargai," katanya.
"Kita bersyukur bisa berada di posisi ini", tambahnya.
Biden menyebut dan berharap angkanya masih unggul pada pagi hari.
Baca: Update Pilpres AS 2020: Data Exit Polls Tunjukan 87% Etnis Kulit Hitam AS Pilih Joe Biden
Baca: Masa Depannya Belum Jelas di Barcelona, Kini Lionel Messi Bersiap Dapat Tawaran dari Manchester City
"Tapi kami senang ada di posisi sekarang ini. Saya beritahu kalian malam ini, kami yakin berada di jalan yang tepat untuk memenangkan pemilu ini", kata Biden.
Dia menambahkan: "Ini belum berakhir, sampai setiap suara dihitung"
Suara krusial penentu kemenangan bagi Joe Biden telah di depan mata.
Pasalnya, angka sementara saat ini bagi Biden telah tembus 209.
Sementara petahana Donald Trump baru meraih 118 suara.
Kandidat terpilih harus mencapai perolehan angka melalui Electoral College setidaknya 270 angka untuk memenangkan pemilihan.
Baca: Kenaikan Upah Disetujui karena Negosiasi, Begini Tanggapan Sultan HB X soal Buruh yang Protes
Baca: 26 Pemain Lolos Seleksi Garuda Select III, Segera Diumumkan Daftar Skuat untuk Berlatih di Inggris
Meski Trump tertinggal, tetapi angka dapat berubah dengan cepat dalam menit-menit terakhir.
Sebagaimana diwartakan BBC, Rabu (4/11/2020), berikut adalah proyeksi kemenangan kedua kandidat di setiap negara bagian.
Joe Biden diproyeksikan akan memenangkan 14 negara bagian plus Washington DC.
Negara bagian tersebut adalah Vermont, Delaware, Maryland, Massachusetts, New Jersey, New York, Connecticut, Colorado, New Mexico, New Hampshire, Illinois, California, Oregon, negara bagian Washington, dan Washington DC.
Sementara Donald Trump diproyeksikan akan memenangkan 17 negara bagian.
Baca: Banderol Harga Rp 20 Jutaan, Ini 8 Rekomendasi Mobil Bekas Murah
Baca: Komentari Tuduhan Donald Trump, Anggota DPR AS Alexandria Ocasio-Cortez Buka Suara
Yaitu, Indiana, Kentucky, Oklahoma, Tennessee, Virginia Barat, Arkansas, Dakota Selatan, Dakota Utara, Alabama, Carolina Selatan, Louisiana, Nebraska dan Nebraska 3rd District, Utah, Missouri, Kansas, Wyoming, dan Mississippi.
Masih ada kemungkinan perubahan dalam menit-menit terakhir di negara-negara bagian lainnya.
Data exit polls Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2020 telah diproses oleh panitia.
Hasil perhitungan di seluruh negara bagian di AS ini menjadi penentu siapa yang bakal duduk di kursi Presiden Amerika Serikat.
Gambaran sekilas dari data exit polls menunjukkan ada kenaikan dan penurunan demografis pemilih.
Total pemilih dari etnis kulih putih turun enam poin dibandingkan persentase pada 2016.
Namun, etnis kulit putih masih menjadi etnis terbesar dari kelompok pemilih.
Baca: Update Pilpres AS 2020: Joe Biden Unggul Sementara atas Donald Trump
Baca: Masa Depannya Belum Jelas di Barcelona, Kini Lionel Messi Bersiap Dapat Tawaran dari Manchester City
Sementara itu, proporsi pendukung Joe Biden meningkat lima poin dibandingkan Hillary Clinton di Pilpres sebelumnya.
Namun, Trump masih menjadi menjadi ikon dalam kelompok ini.
Melansir BBC, Rabu (4/11), mayoritas pendukung Biden berada di kalangan usia di bawah 30-an dan paruh baya, menurut Edison Research/NEP via Reuters, hingga pukul 10.30 WIB Rabu (4/11).
Total 61% pemilih usia 18-29 menjatuhkan pilihan ke Joe Biden
Sementara itu, 50% pemilih dengan usia 65 tahun ke atas menjatuhkan pilihan ke Donald Trump.
Baca: Kenaikan Upah Disetujui karena Negosiasi, Begini Tanggapan Sultan HB X soal Buruh yang Protes
Baca: Mengancam dengan Pistol Rakitan saat Tagih Utang Rp 30 Juta, Ibu di Palembang Tewas Tertembak
Mayoritas pemilih dari ras kulit hitam menjatuhkan pilihan pada Joe Biden. Angkanya cukup mencolok, yakni 87%.
Sementara 63% pemilih dari etnis Asian masih menjatuhkan pilihannya pada Joe Biden.
Donald Trump masih unggul di pemilih etnis kulit putih yang mencapai 56%.
Lebih dari sepertiga pemilih mengatakan ekonomi merupakan faktor terpenting dalam memutuskan siapa yang akan dipilih sebagai presiden.
Hanya 2 dari 10 pemilih memakai faktor 'ketidasetaraan rasial. Sementara hanya 17 persen memakai faktor pandemi Covid-19.
Baca: Trump Diambang Kekalahan, Bisakah Donald Trump Tolak Terima Kekalahan dalam Pilpres AS 2020
Baca: Otoritas Austria Tetapkan 14 Tersangka Ditahan atas Kasus Insiden Teror di Wina
Sementara angka di garis partisan disebutkan bahwa mayoritas pemilih Trump memilih karena faktor ekonomi.
Sementara pemilih Biden lebih pada faktor ketidaksetaraan rasial dan Covid-19.
Pilpres AS 2020 ini dilakukan di tengah pandemi Covid-19, di mana negara Paman Sam memiliki jumlah pemilih tertinggi dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya dalam kurun waktu satu abad terakhir.
Pemilu dilakukan setelah AS mengalami minggu terburuk atas masuknya 1000 kasus harian Covid-19.
Regulasi pemrosesan surat suara memiliki aturan dan jadwal yang berbeda di setiap negara bagian.
Jadi dimungkinkan ada beberapa negara bagian yang tidak selesai pada malam terakhir penutupan.