Prancis dan Jerman Bersiap Lockdown, Presiden Macron: Gelombang Kedua Covid-19 Akan Lebih Sulit

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Protokol Kesehatan saat Lockdown - Petugas kesehatan dan pendukungnya menjaga kewaspadaan untuk mengenang petugas layanan kesehatan yang meninggal karena Covid-19 pada 1 September 2020 di Alhambra, California, di mana perhatian juga diarahkan pada dugaan kurangnya alat pelindung diri di tiga rumah sakit Alhambra setempat.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Beberapa negara di eropa mulai memberlakukan lockdown untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.

Pasalnya jumlah kasus etrus bertambah signifikan selama beberapa hari ini.

Diberitkan BBC, hal ini diyakini sebagai gelombang kedua pandemi di Benua Biru.

Prancis, hanya mengizinkan warganya untuk keluar rumah jika ada pekerjaan penting atau keperluan medis.

Kebijakan itu berlaku mulai Jumat (30/10/2020).

Presiden Emmanuel Macron mengatakan negara itu berisiko "kewalahan oleh gelombang kedua yang tidak diragukan lagi akan lebih sulit daripada gelombang pertama".

Jerman juga mulai memberlakukan lockdown.

Meski tak seketat Prancis, restoran, bar, pusat kebugaran dan teater, akan ditutup mulai Senin.

Kabar itu dibagikan langsung oleh Kanselir Angela Merkel.

Infeksi Meningkat di Eropa

ILUSTRASI - Seorang anggota Palang Merah Prancis yang menggunakan masker sedang mengatur mobil yang ada di tempat tes Covid-19 secara drive-through pada 14 Oktober 2020 di Montpellier. Prancis saat ini mengalami lonjakan kasus Covid-19. (ASCAL GUYOT / AFP)

Baca: Deklarasi Koalisi Relawan Vaksin Diharapkan Dapat Bantu Penanggulangan Covid-19

Memang infeksi meningkat tajam di seluruh Eropa.

Inggris misalnya, yang mengumumkan 310 kematian baru dan 24.701 kasus baru pada Rabu (28/10/2020).

Di Inggris, sebuah studi baru menunjukkan hampir 100.000 orang tertular virus setiap hari, menekan pemerintah untuk mengubah kebijakan dari pendekatan regional.

Di Prancis, kematian harian akibat Covid-19 berada pada level tertinggi sejak April.
Pada Rabu, 36.437 kasus baru dan 244 kematian telah dikonfirmasi.

Pejabat kesehatan Jerman mengatakan pada Kamis, 89 orang lainnya telah meninggal dalam 24 jam terakhir, dengan rekor 16.774 infeksi.

"Kami berada dalam gelombang kedua," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
"Menurutku Natal tahun ini akan menjadi Natal yang berbeda."

Apa yang dilakukan Prancis dan Jerman?

FOTO HANYA ILUSTRASI: Kepolisian Italia bentrok dengan massa dari militan partai Forza Nuova selama protes anti-kebijakan lockdown oleh pemerintah yang ingin menahan penyebaran COVID-19, di pusat Piazza del Popolo, di Roma, Italia pada 24 Oktober 2020. (Andreas SOLARO / AFP)

Baca: Ibu di Baubau Gugat Gugus Tugas dan RSUD, Mengaku Dirugikan saat Dinyatakan Positif Covid-19

Macron mengatakan bahwa di bawah aturan baru, orang perlu mengisi formulir untuk bisa meninggalkan rumah mereka, seperti yang diminta dalam penguncian awal pada bulan Maret.

Pertemuan sosial dilarang di Prancis.

Tapi dia menjelaskan bahwa layanan publik dan pabrik akan tetap buka.

Halaman
12


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr

Berita Populer