Negara-negara di Timur Tengah Mulai Boikot Produk Prancis, MUI Minta Masyarakat Tak Terprovokasi

Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto menunjukkan rak supermarket yang kosong dari produk Prancis di Kota Kuwait pada 23 Oktober 2020, sebagai protes terhadap kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW yang diterbitkan di media Prancis.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Negara-negara di Timur Tengah mulai mencanangkan isu boikot produk asal Prancis.

Aksi tersebut dipicu setelah Presiden Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan tentang Islam yang berkaitan dengan kartun Nabi Muhammad SAW.

Kalimat yang dikeluarkan oleh Presiden Prancis itu pun sontak dinilai menghina umat Islam.

Sebagai bentuk protes, beberapa rak supermaret di Yordania, Qatara, dan Kuwait mulai menyingkirkan produk-produk asal Prancis.

Barang yang dilucuti yakni meliputi produk perawatan rambut dan kecantikan.

Di Kuwait, serikat pengecer besar telah memerintahkan adanya pemboikotan barang-barang asal Perancis.

Serikat Masyarakat Koperasi Konsumen non-pemerintah mengatakan telah mengeluarkan arahan sebagai tanggapan atas "penghinaan berulang" terhadap Nabi Muhammad SAW.

Sejalan dengan itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat Indonesia tak mudah terprovokasi isu boikot produk Prancis.

Baca: Wali Kota Christian Estrosi Sebut Pelaku Teror di Nice Prancis Berkaitan dengan Islamo-Fasisme

Baca: Laporan Polisi Terkait 3 Korban Tewas dalam Serangan Teror di Basilika Notre-Dame, Nice, Prancis

MUI meminta masyarakat menyampaikan aspirasi mereka secara damai dan sopan.

"Kepada masyarakat umat Islam dan bangsa Indonesia yang ingin menyampaikan aspirasi penolakan silakan, tapi dengan tertib, tidak boleh merusak dan harus mengikuti aturan main," kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi dalam pernyataannya, Kamis (29/10/2020).

Muhyiddin menambahkan, MUI kecewa dengan pernyataan Macron tersebut dan tidak sepantasnya kepala negara berkomentar yang berpotensi memecah belah.

"Kita mengecam pernyataan Emmanuel Macron yang mendiskreditkan Islam," ujar Muhyiddin.

Muhyiddin berujar Macron tidak hidup secara sendiri, melainkan berdampingan dengan umat Islam.

Maka seharusnya bisa lebih bijak dalam bertutur kata dan tidak mengeluarkan statement yang cenderung menghina Islam.

"Harusnya Presiden Macron sadar bahwa dia hidup bersama-sama dengan umat Islam. Ini membuat kondisinya tambah kacau dan panas," pungkasnya.

Tanggapan Prancis atas boikot produk mereka

Kementerian luar negeri Perancis mengakui tindakan tersebut merupakan seruan tak berdasar dari minoritas radikal.

"Seruan untuk boikot ini tidak berdasar dan harus segera dihentikan, serta semua serangan terhadap negara kita, yang didorong oleh minoritas radikal," tulisnya.

YORDANIA - Seorang pembelanja berjalan melewati produk Prancis yang disegel di balik penutup plastik di rak di supermarket di ibu kota Yordania, Amman, selama boikot produk Prancis pada 26 Oktober 2020. Seruan untuk memboikot barang-barang Prancis berkembang di dunia Arab dan sekitarnya, setelah Presiden Emmanuel Macron mengkritik kaum Islamis dan bersumpah untuk tidak "melepaskan kartun" yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Komentar Macron muncul sebagai tanggapan atas pemenggalan kepala seorang guru, Samuel Paty, di luar sekolahnya di pinggiran kota di luar Paris awal bulan ini, setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW selama kelas yang dia pimpin tentang kebebasan berbicara. (Khalil MAZRAAWI / AFP)

Secara online, seruan untuk boikot serupa di negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, telah beredar.

Tagar yang menyerukan boikot jaringan supermarket Perancis, Carrefour, adalah topik paling trending kedua di Arab Saudi, ekonomi terbesar di dunia Arab.

Halaman
12


Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer