"Anak muda kita jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi membuat kita sudah viral tanpa harus bertatap langsung?" ujar Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Presiden kelima Indonesia ini mempertanyakan sumbangsih generasi milenial ke Bangsa Indonesia selain hanya melakukan demo saja.
Satu di antaranya demonstrasi menolak Omnibus Law Undang-undang (UU) Cipta Kerja dalam beberapa hari terakhir.
"Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," ujar Megawati.
Megawati juga menyarankan ika tak cocok dengan bisa datang ke DPR.
Baca: Copet Nyamar Jadi Mahasiswa saat Demo Tolak Omnibus Law, Ngaku Dapat Almamater
Baca: Aksi Demo Tolak UU Cipta Kerja Kembali Digelar pada 2 November 2020, Bakal Dihadiri Ribuan Buruh
"Saya bilang pada mereka yang mau demo-demo. Ngapain sih kamu demo-demo. Kalau enggak cocok pergi ke DPR. Di sana ada yang namanya rapat dengar pendapat itu terbuka bagi aspirasi kalian," sambung Megawati.
Adanya pengrusakan fasilitas publik saat demonstrasi juga turut disayangkan.
Tak ada satu alasan, lanjut Mega, untuk membenarkan demontrasi boleh dilakukan dengan aksi vandalisme seperti pengrusakan fasilitas publik.
Dia juga meminta pada para demonstran untuk mengikuti aturan agar tidak merusak fasilitas publik yang ada.
"Ada aturannya bahwa boleh untuk merusak? Endak ada. Saya yakin. Kalau ada orang bilang ada mana sini. Kasih tahu saya," tukas Megawati.
Megawati Soekarnoputri merupakan anak kedua dari Presiden Soekarno.
Ibu Megawati Soekarnoputri adalah Fatmawati yang lahir di Bengkulu.
Saat itu Soekarno diasingkan ke Bengkulu pada masa pemerintahan Belanda.
Di Bengkulu inilah, Soekarno bertemu dengan Fatmawati.
Pada saat Soekarno diasingkan ke Pulau Bangka, Fatmawati melahirkan bayi pada tanggal 23 Januari 1947, di Kampung Ledok Ratmakan, tepi barat Kali Code, yang diberi nama Megawati Soekarnoputri.
Megawati Soekarnoputri tercatat mengenyam pendidikan yang dimulai di Sekolah Dasar (SD) Perguruan Cikini Jakarta tahun 1954 sampai 1959.
Kemudian, Megawati Soekarnoputri melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Perguruan Cikini Jakarta pada tahun 1960 sampai 1962.
Selanjutnya, Megawati Soekarnoputri masuk di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Perguruan Cikini Jakarta pada tahun 1963 hingga tahun 1965.
Setelah lulus SLTA, Megawati Soekarnoputri sempat masuk Fakultas Pertanian di Universitas Padjadjaran Bandung.
Namun hanya sampai tahun 1967, Megawati Soekarnoputri tidak melanjutkannya lagi.
Kemudian tercatat juga bahwa Megawati Soekarnoputri pernah masuk Fakultas Psikologi di Universitas Indonesia, Jakarta.
Tapi hanya sampai tahun 1972, Megawati Soekarnoputri tidak melanjutkan pendidikannya.
Sejak muda, Megawati Soekarnoputri aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Karir politiknya dimulai ketika menjadi wakil ketua Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Cabang Jakarta Pusat pada tahun 1986.
Pada tahun 1987, Megawati menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.
Pada tahun 1993, dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya, Megawati Soekarnoputri terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum PDI.
Pada tahun 1996, Pemerintah Orde Baru tidak mengakui terpilihnya Megawati Soekarnoputri menjadi Ketua Umum PDI.
Pemerintah Orde Baru lebih mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.
Namun demikian, Megawati Soekarnoputri sendiri tidak mengakui hasil kongres tersebut.
Peristiwa 27 Juli 1996 terjadi perebutan kantor DPP PDI oleh pendukung Soerjadi dari tangan pendukung Megawati Soekarnoputri.
Aksi ini menewaskan beberapa pendukung Mega saat mempertahankan kantor gedung DPP PDI.
Tidak hanya itu, beberapa aktivis juga ditahan dan dipenjarakan karena kerusuhan tersebut. [3]
Setelah masa reformasi, Megawati Soekarnoputri dipilih menjadi Wakil Presiden dari tahun 1999 - 2001.
Kemudian, Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2001 - 2004
Pada pemilihan umum tahun 2004, berpasangan dengan K.H. Hasyim Muzadi, Megawati mencalonkan diri menjadi Presiden RI untuk dua periode namun kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun 2009, Megawati berpasangan dengan Prabowo Subianto juga maju kembali mencalonkan diri menjadi Presiden RI, namun kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Hingga kini, Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Baca: Profil Sari Labuna, Mahasiswi yang Ditangkap Polisi karena Membawa Keranda Puan Maharani saat Demo
Baca: Nikita Mirzani Diancam Dilaporkan ke Polisi Setelah Kritisi Puan Maharani dalam Insiden Mic Mati
Pemerintahan Megawati Soekarnoputri tercatat pernah melakukan upaya penundaan pembayaran utang sebesar 5,8 miliar USD pada pertemuan Paris Club tanggal 12 April 2002.
Namun pada tahun 2003, pemerintah membayar Utang luar negeri sebesar 116.3 triliun rupiah.
Melalui kebijakan tersebut, utang luar negeri berkurang menjadi 134.66 Miliar USD.
Selain itu, Megawati Soekarnoputri pernah mengakhir kerjasama dengan IMF.
Pada tahun 2002, nilai ekspor mencapai 57,158 miliar USD dan impor sebesar 31.229 miliar USD.
Pada tahun 2003, nilai ekspor juga naik ke angka 61,02 miliar USD dan impor juga meningkat ke angkat 32,39 miliar USD.
Tercatat juga, Megawati Soekarnoputri pernah mengeluarkan kebijakan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lantas dalam rangka pemerataan pembangunan, dibentuk provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.
Kemudian, dalam hal militer Megawati pernah membeli pesawat tempur Sukhoi dan Heli Mi-35 dari Rusia.
Dalam urusan terorisme terutama pada kasus Bom Bali I dan Bom Bali II, Megawati telah berhasil menangkap Amrozi, Imam Samudra, Mukhlis, dan Al Faruq.
Pada tahun 2003, Megawati Soekarnoputri melakukan kebijakan untuk privatisasi BUMN.
Pemerintahan Megawati Soekarnoputri menjual Indosat tahun 2003, yang kemudian menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 persen dan inflasi 5,06 persen.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Megawati: Apa Sumbangsih Generasi Milenial, Masa Cuma Demo?"