Badan tersebut mengatakan program vaksin tetap dilanjutkan agar bisa mengurangi kemungkinan terjadinya epidemi secara bersamaan pada musim dingin, yakni flu dan Covid-19.
Dilansir dari Reuters, (24/10/2020), pihak berwenang kesehatan menyebut mereka tidak menemukan adanya hubungan antara kematian itu dan vaksin yang diberikan.
"Setelah meneliti kasus kematian sejauh ini, sekarang bukan waktunya untuk menangguhkan program vaksinasi karena vaksinasi sangat krusial pada tahun ini, mengingat ... wabah Covid-19," kata Direktur KDCA, Jeong Eun-kyung, dikutip dari Reuters.
Jeong mengatakan penelitian tersebut menunjukkan tidak ada kaitan langsung antara vaksin flu dan 26 kematian yang telah diselidiki.
Sebanyak 20 hasil autopsi awal dari kepolisian dan Dinas Forensik Nasional menunjukkan 13 orang meninggal karena kardiovaksular, serebrovaskular, dan gangguan lainnya yang bukan disebabkan oleh vaksinasi.
Baca: Vaksin Covid-19 Bisa Digunakan untuk Usia Berapa Saja, Ini Kata Koordinator Uji Klinis
Jumlah kematian di antara mereka yang divaksinasi menjadi 48 kasus pada Sabtu, (24/10/2020), atau bertambah sebanyak 12 kasus dari hari sebelumnya.
Peningkatan kasus kematian telah membuat beberapa dokter dan politikus meminta program vaksinasi dari pemerintah ditangguhkan.
Pemerintah Korea Selatan berencana melakukan vaksinasi kepada sekitar 30 juta dari seluruh penduduk negara itu yang berjumlah 54 juta jiwa.
Di samping mendorong orang untuk memperoleh vaksin flu, Jeong mengumumkan beberapa tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum vaksin disuntikkan, misalnya minum yang cukup dan memberi tahu petugas kesehatan mengenai kondisi kesehatan yang mendasari.
Dia juga menyarankan orang untuk menunggu 15-30 menit sebelum meninggalkan klinik tempat mereka menerima vaksin.
"Jika memungkinkan, usahakan mendapat vaksin flu ketika cuaca hangat, karena ada kekhawatiran bahwa suhu rendah bisa berdampak pada penyakit kardiovaskular atau serebrovaskular," kata dia.
Baca: Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Brazil Meninggal, Uji Coba Tetap Dilanjutkan
KDCA mengatakan sebanyak 9,4 juta orang telah diinokulasi per Jumat, (23/10/2020). Program vaksinasi ini sudah dimulai sejak September dan ada sebanyak 1.154 kasus reaksi yang merugikan.
Sementara itu, Korea Selatan melaporkan kasus Covid-19 baru sebanyak 77 pada Jumat malam sehingga total kasus menjadi 25.775. Total kematian akibat Covid-19 mencapai 457 jiwa.
Sementara itu, ada seorang relawan uji klinis vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan Universitas Oxfod yang meninggal.
Hal ini dikatakan oleh pihak berwenang kesehatan Brasil, Anvisa, pada Rabu (21/10/2020).
Dilansir dari Reuters, (22/10/2020), AstraZeneca menolak berkomentar, sedangkan Universitas Oxford mengonfirmasi bahwa uji klinis akan tetap dilanjutkan.
Baca: Indonesia Bakal Produksi Vaksin Sendiri, Akan Ada Pabrik Vaksin Skala Kecil di Serpong
Oxford menyatakan "belum ada kekhawatiran tentang uji klinis tersebut" setelah dilakukan penilaian yang cermat.
Sumber yang didapatkan Reuters mengatakan uji klinis akan ditangguhkan apabila relawan yang meninggal itu telah menerima vaksin Covid-19, menunjukkan bahwa orang itu bagian dari kelompok kontrol yang diberikan vaksin meningitis.
Universitas Federal Sao Paulo, yang membantu mengoordinasi uji klinis tahap 3 di Brasil, mengatakan komite peninjau telah menyarankan uji coba dilanjutkan.
Universitas tersebut mengonfirmasi bahwa relawan itu warga Brasil, tetapi tidak memberikan detail personal lebih lanjut.
"Semuanya berjalan seperti yang diharapkan, tanpa adanya laporan komplikasi serius terkait vaksin yang melibatkan relawan yang berpartisipasi," kata pihak universitas itu dalam sebuah penyataan, dikutip dari Reuters.
Baca: Beredar Kabar Hoax di Rusia, Vaksin Covid-19 Bisa Mengubah Manusia Jadi Monyet
Juru bicara universitas itu mengatakan sejauh ini sudah ada 8.000 relawan (dari 10.000 yang direncanakan ikut dalam uji coba) yang direkrut dan diberikan dosis pertama di enam kota di Brasil.
Dia juga menyebut ada banyak relawan yang sudah menerima suntikan kedua.
CNN Brasil melaporkan bawah relawan itu adalah laki-laki berumur 29 tahun yang tinggal di Rio de Janeiro dan meninggal karena komplikasi Covid-19.
Anvisa tidak memberikan detail lebih lanjut untuk menjaga kerahasiaan medis relawan yang terlibat dalam uji klinis itu.