Setidaknya ada dua penyebab banyak bioskop masih tutup, yakni kapasitas pengunjung yang terlalu sedikit dan ketersediaan film.
Hal ini dikatakan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia GPBSI Djonny Syafruddin
Setelah PSBB ketat dicabut, DKI Jakarta kembali memberlakukan PSBB transisi.
Bioskop sudah diizinkan beroperasi, tetapi dengan pembatasan, yakni kapasitas maksimal hanya 25% pengunjung.
Djonny mengatakan sebelum kebijakan transisi ini keluar, bioskop boleh dibuka dengan kapasitas pengunjung 50%.
Baca: Bioskop di Jakarta Diperbolehkan Buka Saat PSBB Transisi, Ini Kata Ketua GPBSI
Namun, kini hanya 25% yang tentu secara matematika sudah tergambarkan kerugian yang ditanggung pelaku usaha akan lebih besar.
"Dari awal kapasitas pengunjung 100% dijadikan 50% saja sudah megap-megap, bagaimana sekarang jadi 25%, ini masalah. Lantas kalau bioskop sudah diizinkan buka, apakah ada filmnya? Belum tahu juga," kata dia, Senin (12/10), dikutip dari Kontan.
Djonny memaparkan secara ekosistem, tentu bioskop tergantung pada film, begitu juga sebaliknya.
Jika bioskop tidak bisa menghasilkan penonton, tentu saja produsen film melirik alternatif lain seperti televisi dan media lainnya.
"Mengelola bioskop tidak bisa amatiran. Harus punya cadangan film untuk satu bulan, tidak bisa hanya lima atau tiga film saja. Semua faktor harus dicermati, bukan buka tutup. Konsekuensinya operasional cost yang tinggi," kata dia.
Baca: Selama PSBB Transisi, Ini Kegiatan yang Diboleh Dilakukan, Nonton Bioskop hingga Bekerja di Kantor
Dia pun berharap kapasitas pengunjung bioskop kalau bisa kembali menjadi 50%.
Namun, menurut Djonny hal ini tidak bisa serta merta mengerek jumlah penonton karena ada faktor lain yang mempengaruhi, yakni daya beli masyarakat.
Lebih lanjut Djonny mengatakan bahwa hingga lusa, bioskop di DKI Jakarta belum kembali beroperasi.
Para pengusaha bioskop akan melakukan pertemuan untuk menentukan apakah akan kembali membuka bioskop dalam waktu dekat dan bagaimana pula dengan stok filmnya.
"Hal ini tentu saja harus dipertimbangkan dan dimusyawarahkan bersama dengan pelaku usaha lainnya agar putusannya jelas, seperti ada film atau tidak, jika tidak ada film apa yang harus dilakukan," ungkapnya.
Baca: Pemkot Bandung Resmi Buka Kembali Bioskop, Bagaimana Kabar Jakarta?
Djonny mengatakan saat ini pelaku industri bioskop sudah merugi 7 bulan di sepanjang tahun ini.
Bisa dikatakan satu bioskop paling kecil mencatatkan kerugian Rp80 juta khususnya untuk membayar operasional cost yang tinggi seperti membayar listrik dan pegawai yang masih bertugas.
Adapun sebelum ini, bioskop juga sudah merancang protokol kesehatan sesuai dengan rekomendasi dari pemerintah mulai dari ketentuan sebelum masuk ruang teater, saat di dalam ruangan tetaer, hingga sistem keluar dari teater.
Dihubungi terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan pelaksanaan protokol kesehatan harus disiplin ditegakkan.
Tim Pakar Satgas Covid-19 telah menyusun saran dan rekomendasi terkait pembukaan bioskop yang dapat menjadi acuan penyediaan jasa terkait untuk dapat meminimalisir risiko penularan.
Baca: Pembukaan Bioskop Bisa Tingkatkan Imunitas, Ahli Epidemiologi Sebut ‘Tak Ada Hubungannya’
"Apabila memutuskan membuka bioskop, maka dihimbau kepada Pemda setempat untuk disiplin melakukan pengawasan terkait tata laksana protokol kesehatan dengan rekomendasi yang sudah diatur oleh pemerintah," katanya.
Selain itu, Wiku mengatakan Pemda juga harus tegas menutup bioskop atau membatalkan izin pembukaan jika ditemukan pelanggaran dan kasus baru.
Adapun mengenai kapasitas pengujung 25% yang dinilai terlalu sedikit oleh pengusaha, Wiku mengatakan kapasitas pengunjung bisa dinaikkan kembali jika zonasi resiko daerahnya membaik.
"Kami memahami aspek bisnisnya tentu tidak sesuai dengan kondisi resiko kesehatan yang dihadapi," kata Wiku.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul "Ini penyebab bioskop di DKI Jakarta belum buka saat PSBB transisi dimulai"