Alasan Bioskop di Jakarta Banyak yang Buka meski PSBB Ketat Sudah Berakhir

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga berjalan didepan pintu masuk Bioskop XXI Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur, yang masih tutup dan belum beroperasi, Senin (31/8/2020). Meski PSBB ketat sudah dicabut pada 11 Oktober 2020, banyak bioskop di Jakarta belum buka.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Banyak bioskop di DKI Jakarta yang belum buka kendati pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat sudah dicaput.

Setidaknya ada dua penyebab banyak bioskop masih tutup, yakni kapasitas pengunjung yang terlalu sedikit dan ketersediaan film.

Hal ini dikatakan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia GPBSI Djonny Syafruddin 

Setelah PSBB ketat dicabut, DKI Jakarta kembali memberlakukan PSBB transisi.

Bioskop sudah diizinkan beroperasi, tetapi dengan pembatasan, yakni kapasitas maksimal hanya 25% pengunjung. 

Djonny mengatakan sebelum kebijakan transisi ini keluar, bioskop boleh dibuka dengan kapasitas pengunjung 50%.

Baca: Bioskop di Jakarta Diperbolehkan Buka Saat PSBB Transisi, Ini Kata Ketua GPBSI

Suasana bioskop CGV yang tutup di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (24/3/2020). Dalam upaya pencegahan penularan COVID-19, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan penutupan sementara kegiatan operasional usaha hiburan dan rekreasi selama dua pekan terhitung tanggal 23 Maret sampai 5 April 2020. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Namun, kini hanya 25% yang tentu secara matematika sudah tergambarkan kerugian yang ditanggung pelaku usaha akan lebih besar. 

"Dari awal kapasitas pengunjung 100% dijadikan 50% saja sudah megap-megap, bagaimana sekarang jadi 25%, ini masalah. Lantas kalau bioskop sudah diizinkan buka, apakah ada filmnya? Belum tahu juga," kata dia, Senin (12/10), dikutip dari Kontan.

Djonny memaparkan secara ekosistem, tentu bioskop tergantung pada film, begitu juga sebaliknya.

Jika bioskop tidak bisa menghasilkan penonton, tentu saja produsen film melirik alternatif lain seperti televisi dan media lainnya. 

"Mengelola bioskop tidak bisa amatiran. Harus punya cadangan film untuk satu bulan, tidak bisa hanya lima atau tiga film saja. Semua faktor harus dicermati, bukan buka tutup. Konsekuensinya operasional cost yang tinggi," kata dia. 

Baca: Selama PSBB Transisi, Ini Kegiatan yang Diboleh Dilakukan, Nonton Bioskop hingga Bekerja di Kantor

Bioskop CGV (Tim PR CGV Indonesia) (Tim PR CGV Indonesia)

Dia pun berharap kapasitas pengunjung bioskop kalau bisa kembali menjadi 50%. 

Namun, menurut Djonny hal ini tidak bisa serta merta mengerek jumlah penonton karena ada faktor lain yang mempengaruhi, yakni daya beli masyarakat. 

Lebih lanjut Djonny mengatakan bahwa hingga lusa, bioskop di DKI Jakarta belum kembali beroperasi.

Para pengusaha bioskop akan melakukan pertemuan untuk menentukan apakah akan kembali membuka bioskop dalam waktu dekat dan bagaimana pula dengan stok filmnya. 

"Hal ini tentu saja harus dipertimbangkan dan dimusyawarahkan bersama dengan pelaku usaha lainnya agar putusannya jelas, seperti ada film atau tidak, jika tidak ada film apa yang harus dilakukan," ungkapnya. 

Baca: Pemkot Bandung Resmi Buka Kembali Bioskop, Bagaimana Kabar Jakarta?

Djonny mengatakan saat ini pelaku industri bioskop sudah merugi 7 bulan di sepanjang tahun ini.

Bisa dikatakan satu bioskop paling kecil mencatatkan kerugian Rp80 juta khususnya untuk membayar operasional cost yang tinggi seperti membayar listrik dan pegawai yang masih bertugas. 

Adapun sebelum ini, bioskop juga sudah merancang protokol kesehatan sesuai dengan rekomendasi dari pemerintah mulai dari ketentuan sebelum masuk ruang teater, saat di dalam ruangan tetaer, hingga sistem keluar dari teater. 

Dihubungi terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan pelaksanaan protokol kesehatan harus disiplin ditegakkan.

Halaman
12


Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer