Risma marah karena mereka merusak fasilitas umum di Kota Surabaya.
Terlebih lagi, emosi risma langsung memuncak ketika mendapati pemuda-pemuda tersebut bukan warga Surabaya.
Beberapa pemuda mengaku datang dari dari Lamongan dan Madiun.
"Tega sekali kamu, saya setengah mati bangun kota ini, kamu yang hancurin," kata Risma.
Risma juga sempat bertanya kepada salah seorang demonstran asal Lamongan tentang alasannya ikut demo tolak UU Omnibus Law di Surabaya.
"Kamu tahu apa itu UU Omnibus Law", tanya Risma.
Pemuda tersebut lantas menjawab, "Tahu bu, undang-undang, tapi saya enggak hafal," kata pemuda tersebut.
Kelompok pemuda itu pun langsung dibawa polisi untuk diproses lebih lanjut.
Usai memarahi sekelompok pemuda yang ditangkap polisi, Risma melalukan bersih-bersih dengan memunguti sampah di sebagian Jalan Gubernur Suryo sampai ke pertigaan Jalan Tunjungan Surabaya.
Risma memunguti sampah yang dipenuhi botol air mineral dan batu di sepanjang jalan tersebut, bersama jajara satuan Linmas dan Satpol PP Kota Surabaya.
Baca: Mahasiswi Orasikan Pancasalah saat Demo Tolak UU Cipta Kerja di Makassar, Ini Dia Sosoknya
Seperti diberitakan, polisi melakukan pembubaran paksa aksi demonstrasi tolak UU Omnibus Law di Surabaya Kamis sore pukul 15.30 WIB saat massa mulai bertindak anarkis merusak lampu penerangan jalan dan menjebol pagar Gedung Negara Grahadi sisi selatan.
Saat mobil water canon bergerak, ratusan polisi yang berada di dalam halaman Gedung Grahadi juga mulai membubarkan massa.
Suasana mendadak mencekam karena polisi berulang kali menembakkan gas air mata ke arah massa pendemo.
Sementara massa balas melempar bermacam benda ke arah Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo, seperti botol air mineral, batu hingga bahan-bahan dari besi lainnya.
Aksi unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja meledak di sejumlah kota di Indonesia.
Berbagai aliansi mahasiswa, serikat buruh hingga siswa SMK memenuhi jalanan di sejumlah titik di berbagai daerah.
Sayangnya aksi protes terhadap aturan yang dinilai merugikan buruh dan pekerja ini tak semuanya berlangsung tertib.
Di beberapa kota demo tolak Omnibus Law ini diwarnai kericuhan hingga perusakan fasilitas umum dan properti.
Dikutip TribunnewsWiki.com dari pengamatan TribunJakarta.com pukul 17. 41 WIB pada Kamis (8/10/2020), api melalap area masuk halte bus
Kobaran api yang melalap Halte TransJakarta tampak cukup besar.
Baca: Mogok Kerja Nasional, Massa Buruh Lakukan Sweeping di Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur
Kepulan asap hitam membumbung di sekitar jalan tersebut.
Sebagian besar kaca-kaca halte juga dipecahkan massa.
Sementara pantauan di sekitar lokasi, massa mahasiswa masih belum meninggalkan sekitaran Jalan MH Thamrin.
Jalan Raya MH Thamrin di kedua arah masih lumpuh.
Baca: Mahasiswanya Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja, Dosen Ini Siap Berikan Nilai A
Anggota polisi berjaga-jaga di sekitar lokasi dengan membentuk barisan untuk memblokade massa.
Sebelumnya, dikutip TribunnewsWiki.com dari pengamatan TribunJakarta.com di lokasi pukul 16.26 WIB pada Kamis (8/10/2020), sejumlah fasilitas umum turut dirusak massa.
Terlihat pos polisi di Jalan MH Thamrin, tepatnya di seberang Gedung Jaya rusak. Kaca-kaca pos pecah.
Baca: Massa Mengamuk, Barisan Rakyat Bergerak (Bar-Bar) Makassar Blokade Jalan Pakai Truk Kontainer
Baca: Mahasiswi Orasikan Pancasalah saat Demo Tolak UU Cipta Kerja di Makassar, Ini Dia Sosoknya
Sejumlah kamera CCTV yang terpasang di atas pos turut dirusak.
Sementara itu lampu merah di seberang pos juga dirusak oleh massa.
Mereka juga membakar sejumlah cone dan pagar seng.
Kepulan asap hitam membumbung di sekitar perempatan Jalan MH Thamrin.
Mereka juga berbuat vandalisme dengan mencorat-coret fasilitas umum.
Para mahasiswa yang turun ke jalan beralasan menentang keputusan UU Cipta Kerja yang baru disahkan itu.
Sementara di tempat lain, sebuah restoran di kawasan Malioboro, Yogyakarta menjadi sasaran amukan massa.
Belum diketahui penyebab pasti dari insiden itu, namun kerugian ditaksir tidak sedikit akibat kondisi restoran yang hangus tak berbentuk.
Dari pantauan Tribunjogja.com, api mulai membesar dan membakar restoran itu sekira pukul 16.00 WIB.
Hampir seluruh bagian cafe yang berdiri di atas dua lantai itu hangus terbakar.
Pada lantai dua restoran, bekas kebakaran terlihat jelas.
Sejumlah tiang dan kursi maupun meja tamu hitam berbekas kobaran api.
Akan tetapi, lantai satu tertutup.
Namun, bekas kebakaran juga terlihat di sekitarnya.
Kebakaran sendiri terjadi ketika aksi unjuk rasa yang dilakukan massa aksi berlangsung di depan gedung DPRD DIY.
Dua unit kendaraan pemadam kebakaran dikerahkan dilokasi kejadian.
Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah penyebab kebakaran berasal dari peserta aksi.
Dia juga belum melakukan pengecekan apakah api dipicu oleh lemparan molotov hingga menyebabkan restoran itu hangus dilalap api.
"Kalau molotov atau tidak saya belum bisa memastikan," ujar Kapolresta saat dikonfirmasi.
Baca: Massa Mengamuk, Barisan Rakyat Bergerak (Bar-Bar) Makassar Blokade Jalan Pakai Truk Kontainer
Purwadi menyesalkan bahwa aksi unjuk rasa itu berujung ricuh dan tak terkendali.
Sejumlah korban pun berjatuhan pada isinden itu.
Bukan hanya dari peserta aksi, pun terhadap personel keamanan yang berjaga di lokasi kejadian.
"Kota Jogja kan kota budaya, masak budayanya seperti ini, ini yang saya sesalkan. Hendaknya aspirasi itu bisa disuarakan dengan cara yang baik," pungkas dia.
Baca: Siswa SMA Kibarkan Bendera Merah Putih, Nyanyikan Lagu Padamu Negeri saat Demo Tolak Omnibus Law
Baca: Masyarakat Dukung Massa Aksi Tolak Omnibus Law, Bagikan Air Mineral hingga Masker Gratis
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Risma Marahi Pengunjuk Rasa: Saya Setengah Mati Bangun Kota Ini, Kamu Hancurin".