Tetangga Armenia dan Iran ini menyebut bahwa serangan pasukannya di wilayah Nagorno-Karabakh adalah bentuk balasan atas penembakan pasukan Armenia terhadap lima warga Azerbaijan.
Azerbaijan juga menegaskan bahwa teritorial Nagorno-Karabakh berada di bawah kendalinya.
Bagi Azerbaijan orang-orang Armenia yang mendirikan Republik Artsakh di Nagorno-Karabakh merupakan pemberontak dan kelompok separatis.
Sebaliknya, Armenia mendukung Nagorno-Karabakh lantaran banyak etnis Armenia yang tinggal di sana.
Baca: Update Konflik Armenia - Azerbaijan di Nagorno-Karabakh: 23 Tentara Tewas, 100 Lebih Warga Terluka
Baca: Semakin Memanas, 16 Orang Tewas dalam Bentrokan Armenia - Azerbaijan di Nagorno-Karabakh
Dukungan Armenia juga diberikan untuk menahan laju okupasi Azerbaijan.
Presiden Azerbaijan yakin negaranya bisa mendapatkan kembali kontrol atas wilayah Nagorno-Karabakh.
"Kami punya hak mempertahankan wilayah kami, tujuan kami benar!" kata Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dalam pidatonya.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan menyatakan, mereka membendung upaya militer Armenia dengan mengerahkan tank hingga drone tempur.
"Terdapat laporan korban tewas dan luka di kalangan warga sipil dan militer," ujar juru bicara Kepresidenan Azerbaijan Hikmet Hajiyev.
Baca: 16 Pekerja Tewas di Tambang Batu Bara di Songzao China
Baca: Lebih dari 4000 Kasus Covid-19 Tercatat di Ottawa, Kanada
Militer Azerbaijan sebelumnya sempat mengancam akan menghancurkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) milik Armenia.
Sementera itu, otoritas politik-militer di Armenia menyerukan pengerahan militer secara total.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan kepada rakyatnya untuk bersiap-siap untuk mempertahankan tanah air.
"Bersiaplah untuk mempertahankan tanah air kita," kata Pashinyan di Facebook.
Pemerintah Armenia akan mempertimbangkan "mobilisasi parsial" dari pasukan cadangan dan turut mengajukan darurat militer.
Armenia juga mendesak warganya di Nagorno-Karabakh untuk mencari tempat perlindungan yang aman.
Baca: Menlu China Wang Yi Dijadwalkan Mengunjungi Jepang Awal Oktober, Ada Apa?
Baca: Statistik: Industri China Tumbuh 19,1 %, Laba Rp 1,3 Triliun
Diberitakan TribunnewsWiki.com sebelumnya, bentrokan militer antara Armenia dan Azerbaijan menelan 23 korban jiwa dan lebih dari 100 warga sipil lainnya terluka.
Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah otonom yang sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia ini pernah mendeklarasikan kemerdekaan negara baru yang diberi nama Republik Artsakh.
Azerbaijan menganggap pemerintahan di Nagorno-Karabakh (di bawah kendali Republik Artsakh) merupakan kelompok separatis/pemberontak.
Sebaliknya, Armenia bersikukuh punya hak melindungi sebagian besar etnisnya yang berada di Nagorno-Karabakh.
Berdasarkan penulusuran TribunnewsWiki, Azerbaijan masih menganggap memiliki hak de jure atas wilayah Nagorno-Karabakh.
Pada 26 November 1991, parlemen Azerbaijan menghapus status otonom Nagorno-Karabakh.
Pada masa itu, pemerintah Azerbaijan turut menghapus administratif pemerintahan dan mengubahnya ke dalam rayon-rayon yakni: Khojavend, Tartar, Goranboy, Shusha, dan Kalbajar.
Sebagai respons atas kebijakan pemerintah Azerbaijan, masyarakat yang tinggal di Nagorno-Karabakh (yang mayoritas merupakan warga etnis Armenia) mencetuskan kemerdekaan mereka dengan mendirikan Republik Artsakh.
Namun, sejumlah pemimpin Azerbaijan menyebut gerakan ini sebagai tindakan separatis.
Banyak pemberitaan menyebut penduduk Armenia di Nagorno-Karabakh merupakan 'kelompok separatis Armenia' yang ingin mendirikan negara baru.
Baca: 127 Ribu Pekerja di Victoria Australia Mulai Berangkat ke Kantor Senin Besok
Baca: Angka Kasus Covid-19 Turun, Negara Bagian Victoria di Australia Longgarkan Kebijakan Lockdown
Sampai saat ini status Nagorno-Karabakh secara de facto berada di bawah kendali Republik Artsakh.
Kendati demikian, Republik Artsakh memiliki sedikit pengakuan internasional.
Pada 26 November 1991, Azerbaijan membuat klaim dengan membubarkan republik ini berdasarkan payung hukum yang dikeluarkan.
Nagorno-Karabakh (Republik Artsakh) sebagian besar masih di bawah kendali dari Artsakh Defense Army (militer Nagorno-Karabakh).
Diketahui, orang-orang Armenia di Republik Artsakh mendapat bantuan dari pemerintah Armenia untuk menahan okupasi Azerbaijan.
Konflik keduanya pecah pada 1987 dan memuncak pada 1991.