Al-Moualem mengibaratkan sanksi ini seperti kasus George Floyd di Amerika Serikat (AS) beberapa waktu yang lalu.
"Seperti George Floyd dan yang lainnya yang dicekik secara kejam di Amerika Serikat," kata dia dikutip dari Reuters.
Dilansir dari Reuters, (27/9/2020), sanksi baru yang diberikan AS mulai berlaku pada bulan Juni di bawah apa yang disebut Undang-Undang Caesar.
Dengan sanksi ini, perusahaan asing dilarang berdagang dengan Damaskus.
Baca: Merujuk Kasus George Floyd, Presiden Iran: Kami Patahkan Lutut Amerika yang Ada di Tenggorokan Iran
Baca: VIDEO VIRAL Polisi Inggris Tahan Pria dengan Lutut di Leher Mirip Kasus George Floyd: Diskorsing
Sanksi ini semakin memperburuk ekonomi keadaan negara yang dilanda perang perang tersebut.
Dalam pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) via video pada Sabtu, (26/9/2020), Al-Moualem yang juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Suriah menyamakan efek sanksi dengan kematian Floyd.
Floyd, seorang warga Amerika kulit hitam, meninggal pada Mei lalu setelah polisi mencekik leher Floyd menggunakan lututnya.
"Tujuan asli dari Undang-Undang ini adalah untuk menekan warga Suriah, mata pencaharian mereka, dan kehidupan sehari-hari mereka. Upaya mencekik warga Suriah adalah hal yang tidak manusiawi, sama seperti George Floyd dan lainnya yang dicekik di Amerika Serikat," kata dia.
Baca: Dialog George Floyd dan Polisi Penindih Dipublikasi, Pengacara Thomas Lane: Klien Saya Tak Bersalah
Baca: Militer Israel Serang Kelompok Gerilyawan Pemasang Bahan Peledak di Perbatasan Suriah
Utusan AS kepada PBB tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Washington mengatakan sanksi itu bertujuan mengurangi pendapatan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad's dan mendorongnya kembali membincangkan penghentian konflik yang berlangsung selama lebih dari 8 tahun.
Tindakan keras Asaad kepada pengunjuk rasa prodemokrasi pada tahun 2011 telh menyebabkan perang saudara.
Moskow mendukung Asaad, sedangkan Washington mendukung pihak oposisi.
Akibat konflik ini, jutaan orang telah melarikan diri dari Suriah dan jutaan lainnya harus mengungsi.
Baca: VIRAL Video Tentara Israel Injak Leher Pria Lansia Palestina, Insiden Mirip Kasus George Floyd
Tak hanya Suriah, Presiden Iran Hassan Rouhani juga mengatakan AS telah menekan tenggorokan Iran dengan lututnya.
"Bangsa kita yang terhormat mematahkan lutut (AS) ini, dengan menghancurkan persatuan mereka dan sekarang mereka tidak lagi memiliki lutut untuk menekan negara Iran," katanya dalam rapat kabinet, Kamis (11/6), seperti dikutip Kantor Berita Fars dan The Jerusalem Post.
Rouhani menyebut AS telah berusaha untuk mengalahkan Iran selama beberapa dekade, dan Republik Islam berhasil mengalahkannya.
Baca: Legenda Musik Folk Bob Dylan: Kematian George Floyd Membuatku Muak
Baca: Terima Komplain, Twitter dan Facebook Hapus Video Tim Kampanye Donald Trump tentang George Floyd
Empat bulan terakhir, AS menunjukkan tekanan yang ekstrem terhadap Iran tetapi negeri Mullah bisa bertahan.
Selain itu, Rouhani juga menyinggung perang AS melawan virus corona baru.