Taiwan Meminta Dukungan Internasional untuk Melawan Ancaman China

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Menteri untuk Urusan Ekonomi AS Keith Crack (tengah, di barisan depan dan memakai masker) turun dari pesawat bersama delegasinya di Bandara Sungshan, Taipei, pada 17 September 2020. Kedatangan Crack menandakan keinginan Washington untuk menentang kampanye China terhadap Taiwan.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, meminta masyarakat dunia membantu negaranya melawan ancaman militer China yang semakin meningkat.

Seruan ini muncul sebelum Wakil Menteri untuk Urusan Ekonomi Amerika Serikat (AS), Keith Krach, datang ke Taiwan pada Kamis, (17/9/2020).

Dilansir dari The Guardian, (17/9/2020), Keith Krach dan delegasi AS akan mengunjungi Taiwan selama dua hari.

Di sisi lain, pada Rabu, (16/9/2020), media pemerintah China Global Times mengatakan Taiwan sedang "menghancurkan kemampuan manuver strategisnya dengan berada di sisi AS sepenuhnya".

Menurut media tersebut, tindakan Taiwan meningkatkan risiko konflik militer.

Sementara Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan kunjungan tersebut akan "mempererat pertemanan dan memperkuat hubungan di antara rekan yang sependirian".

Baca: Memanas, China Kirim Dua Pesawat Tempur ke Wilayah Taiwan Jelang Kunjungan Diplomat AS ke Taipei

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (keenam dari kiri) berpose bersama para pilot dan insinyur di depan "Brave Eagle" Advanced Jet Trainer dalam sebuah upacara setelah penerbangan perdana pesawat tersebut di Pangkalan Udara Militer Chuan Kang pada 22 Juni 2020. (HSU TSUN-HSU / AFP)

Ucapan Wu itu keluar setelah Presiden Tsai Ing-wen meminta adanya koalisi berbagai negara untuk melawan "serangan otoriter" China.

China memang meningkatkan tekanan militer dan ekonomi di wilayah itu belakangan ini.

Sementara itu, telah ada laporan penjualan senjata AS kepada Taiwan yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk ranjau, rudal penjelajah, dan drone pada malam kunjungan Krach.

Wu berkata kepada France 24 TV bahwa Taiwan berada "di garis depan mempertahankan demokrasi agar tidak diambil alih komunis China" dan meminta bantuan.

Baca: Tak Ingin Warganya Dikaitkan dengan China, Taiwan Akan Mengubah Desain Paspor

"Selama beberapa tahun terakhir, kami telah berusaha dengan sangat keras untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami dan pada saat yang sama kami juga ingin masyarakat dunia tahu bahwa Taiwan sebagai [negara] demokrasi telah diancam oleh China, negara otoriter itu berusaha memperluas pengaruhnya," kata Wu.

Dia memberi contoh tindakan China di Laut China Selatan, Hong Kong, dan mengenai sengketa perbatasan dengan India.

Presiden Taiwan Tsai Ing Wen menyampaikan pidatonya di tengah pandemi Covid-19 dalam kunjungannya di Pangkalan Militer Tainan, Taiwan Selatan, Kamis (9/4/2020). (SAM YEH / AFP)

"Kami berpikir negara-negara atau rekan demokrasi dengan pendirian yang sama harus lebih banyak memperhatikan area ini dan datang untuk saling membantu sehingga dorongan ekspansionis China bisa dihentikan.

Meski Partai Komunis China tidak pernah berkuasa di Taiwan, Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari China.

Baca: Hubungan dengan China Memanas, Taiwan dan Amerika Serikat Luncurkan Pusat Layanan Jet Tempur F-16

Pemerintahan di Taiwan yang dipimpin oleh Tsai dianggap sebagai separatisme.

Beijing juga tidak pernah menguasai Taiwan secara paksa.

Wu mengatakan ada sekitar 30 pesawat tempur Tentara Pembebasan Rakyat yang masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan baru-baru ini.

Menteri itu mengatakan Taiwan mengapresiasi AS yang terus menunjukkan kehadirannya di wilayah itu.

"Saya pikir ini adalah sebuah pertunjukan kepada China bahwa ancaman militernya terhadap negara yang cinta damai tidak dapat ditoleransi," kata dia menambahkan.

AS tidak memiliki hubungan diplomasi resmi dengan Taiwan.

Jet tempur AT Brave Eagle yang diproduksi Taiwan. (defpost.com)

Baca: Taiwan Sebut China Berada di Balik Serangan Siber yang Menargetkan Instansi Pemerintah

Halaman
12


Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer