Seorang Wanita Diperkosa di Depan Dua Anaknya, Polisi Malah Salahkan Korban Tak Didampingi Pria

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO: Ilustrasi perkosaan di dalam mobil

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Terjadi pemerkosaan bergilir terhadap seorang wanita di Pakistan pada Kamis dini hari, (17/9/2020).

Insiden perkosaan paling kejam di Pakistan itu menimpa seorang wanita yang sedang dalam kesusahan.

Diketahui wanita malang tersebut sempat diseret paksa dari mobilnya yang mogok.

Meski berontak, wanita itu tidak bisa melakukan apapun karena ditodong dengan senjata.

Mirisnya, wanita ini diperkosa di depan kedua anaknya.

Insiden ini terjadi saat ia sedang mengemudi di jalan raya dekat Lahore namun kehabisan bensin dan mobilnya mogok.

Baca: Xanana Gusmao Pesimis Timor Leste Bisa Bertahan dari Kemiskinan, Sebut 10 Tahun Lagi Akan Mati

FOTO: Polisi mengawal Shafqat Ali (wajah tertutup), salah satu dari dua tersangka dalam kasus pemerkosaan berkelompok, saat mereka meninggalkan pengadilan lokal di Lahore pada 15 September 2020. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan pada 14 September bahwa kejahatan seksual terburuk harus dihukum dengan pengebirian kimia, menyusul penangkapan dalam kasus pemerkosaan berkelompok yang memicu protes di seluruh negeri. (Arif ALI / AFP)

Tahu ada gerombolan pria yang datang dan berniat jahat padanya, dia mengunci pintu mobilnya dan meminta pertolongan.

Nahasnya sekelompok pria memecahkan jendela mobil dan menyeret wanita itu keluar.

Setelah selesai memperkosa, wanita itu juga dirampok.

Usaha Polisi

Sampai berita ini diturunkan, polisi sudah menangkap 15 pria, namun mereka mengaku tidak terlibat dalam perkosaan.

Baca: Nikmati Suasana Pantai dengan Sebotol Vodka, Pria Mabuk Ini Kencing dan Nangis di Depan Pengunjung

FOTO: Bendera Negara Pakistan (Pixabay - Uzairmaqbool / 1 foto)

Berdasarkan penyelidikan, polisi menetapkan dua tersangka utama perkosaan, yakni Shafqat Ali dan Abid Malhi.

Salah satu pelaku, Shafqat mengakui perbuatannya mengacu atas sidik jarinya yang ditemukan di TKP.

Shafqat Ali ditahan selama penggerebekan polisi di desa asalnya di Punjab.

Otoritas Punjab, Uzman Buzdar mengatakan pengejaran sedang dilakukan untuk menangkap Malhi.

Pernyataan Kontroversi 

Kasus perkosaan ini menyebabkan publik Pakistan marah.

Baca: Organ Vital Ladyboy Thailand Ini Hancur Setelah Operasi Kelamin, Muncul Bau Menyengat dan Nanah

FOTO: Polisi mengawal Shafqat Ali (wajah tertutup), salah satu dari dua tersangka dalam kasus pemerkosaan berkelompok, saat mereka meninggalkan pengadilan lokal di Lahore pada 15 September 2020. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan pada 14 September bahwa kejahatan seksual harus dihukum dengan pengebirian kimia, menyusul penangkapan dalam kasus pemerkosaan berkelompok yang memicu protes di seluruh negeri. (Arif ALI / AFP)

Menurut laporan media lokal, serangan seksual kerap dianggap biasa dan kasus pemerkosaan jarang dituntut.

Mirisnya, kepala polisi Lahore Umar Sheikh justru menyalahkan wanita korban perkosaan tersebut.

Dia menilai korban salah karena keluar tanpa didampingi laki-laki dan juga kehabisan bahan bakar.

Pernyataannya ini berujung tuntutan dari aktivis HAM setempat.

Kasus pemerkosaan berkelompok jarang terjadi di Pakistan, meskipun pelecehan seksual dan kekerasan terhadap perempuan sering dilaporkan.

Hukuman Kebiri

Merespons insiden ini, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyerukan agar hukuman kebiri kimiawi diberikan bagi pelaku.

Baca: Xanana Gusmao Pesimis Timor Leste Bisa Bertahan dari Kemiskinan, Sebut 10 Tahun Lagi Akan Mati

Penerapan 'hukuman berat' dipercaya Khan manjur membuat pelaku jera.

Seperti diketahui kasus perkosaan berkelompok sedang menjadi topik utama pembahasan di negara mayoritas Islam tersebut.

Laporan media lokal menyebut publik Pakistan geram atas perkosaan berkelompok ini.

Imran turut menyerukan dijatuhkannya hukuman berat bagi pelaku kekerasan seksual.

Perdana menteri Khan sempat mengatakan agar para pemerkosa digantung di lokasi kejadian secara langsung.

Kendati demikian, Khan menyadari negaranya akan dihukum Uni Eropa bila melegalkan hukuman semacam itu.

Sehingga ia menyarankan agar diadakan hukuman kebiri kimiawi.

"Cara pembunuhan yang perlu dinilai: Tingkat pertama, kedua dan ketiga. Ini juga harus dinilai, dan untuk tingkat pertama (kejahatan seks) harus ada pengebirian," ujar Khan.

Baca: Nikmati Suasana Pantai dengan Sebotol Vodka, Pria Mabuk Ini Kencing dan Nangis di Depan Pengunjung

(TRIBUNNEWSWIKI.COM)



Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer