Penyebab Angka Kematian akibat Corona di Singapura Rendah, hanya Ada 27 Kematian dari 57 Ribu Kasus

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang perempuan mendorong kereta bayi di Gardens by the Bay, Singapura, pada 9 September 2020. Tempat wisata itu dibuka kembali pada 7 September 2020 setelah sempat ditutup untuk menghentikan penyebaran Covid-19

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Jumlah kematian akibat infeksi virus corona di Singapura sangat rendah.

Bahkan angka kematian karena Covid-19 di Singapura menjadi salah satu yang terendah di dunia.

Saat ini ada lebih dari 57.000 kasus Covid-19 di negara itu dan hanya ada 27 orang yang meninggal.

Berdasarkan data Reuters, angka kematian di Singapura adalah 0,05%.

Bahkan, bersadarkan data Kementerian Kesehatan Singapura, tidak ada yang tutup usia karena Covid-19 dalam periode lebih dari dua bulan terakhir.

Dikutip dari Reuters, pakar penyakit terkemuka di Singapura mengatakan hal-hal di bawah ini menjadi penyebab angka kematian di negara itu sangat rendah.

Baca: Kesal, Sopir Mobil Jenazah Tantang Orang Remehkan Covid-19 Jadi Kenek Sehari : Ini Soal Kemanusiaan

DEMOGRAFI INFEKSI

Sekitar 95% dari infeksi COVID-19 Singapura terjadi di antara pekerja migran, sebagian besar berusia 20-an atau 30-an, tinggal di asrama yang sempit dan bekerja di sektor padat karya seperti konstruksi dan pembuatan kapal.

Seorang sukarelawan dari Kementerian Komunikasi Singapura bersiap untuk mengumpulkan umpan balik dari anggota masyarakat mengenai situasi wabah virus coronavirus saat ini saat istirahat makan siang di distrik bisnis keuangan Raffles Place di Singapura pada 5 Februari 2020. Roslan RAHMAN / AFP (Roslan RAHMAN / AFP)

Sementara parameter penyakit terus dipelajari seiring dengan perkembangan pandemi, tren global saat ini menunjukkan bahwa dampaknya tidak terlalu parah bagi orang yang lebih muda, banyak di antaranya menunjukkan sedikit atau tanpa gejala.

DETEKSI

Singapura telah berhasil mengurangi penyebaran virus melalui deteksi dini menggunakan pelacakan dan pengujian kontak agresif yang mendapat pujian dari Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO).

Singapura telah menguji swab hampir 900.000 orang, lebih dari 15% dari 5,7 juta populasi. Angka ini merupakan salah satu pengujian per kapita tertinggi secara global.

Baca: BREAKING NEWS, Ketua FPCI Dino Patti Djalal Positif Covid-19

Penghuni asrama telah menjalani tes rostered. Pihak berwenang telah melakukan pengujian massal di antara komunitas yang rentan seperti panti jompo dan siapa pun yang berusia di atas 13 tahun dengan tanda-tanda infeksi saluran pernapasan akut ditawarkan tes gratis.

"Semakin banyak kami mendiagnosis, maka semakin rendah angka kematiannya," kata Hsu Li Yang dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di National University of Singapore.

RUMAH SAKIT

Pendekatan pre-emptive juga diterapkan pada pengobatan. Pasien COVID-19 yang berusia di atas 45 tahun atau dengan kondisi awal  yang membuat mereka rentan dirawat di rumah sakit meskipun mereka dalam keadaan sehat, kata dokter.

Baca: Masyarakat Tak Dianjurkan Pakai Masker Scuba, Masker Apa yang Efektif Cegah Penularan Covid-19?

"Perawatan kami konvensional tetapi dilakukan dengan baik; manajemen cairan, antikoagulasi dan obat yang terbukti serta partisipasi dalam uji coba obat," kata Dale Fisher, konsultan senior di National University Hospital Singapura.

Ilustrasi virus corona (CDC) (CDC)

Singapura sudah menjadi pusat pariwisata medis untuk Asia Tenggara dengan banyak rumah sakit swasta dan fasilitas kesehatan umum berkualitas tinggi.

Singapura juga membangun ruang tidur untuk pasien virus corona di ruang pameran yang luas dan fasilitas sementara lain untuk menampung mereka yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala.

Langkah ini mencegah sistem perawatan kesehatan kewalahan sehingga perhatian dan sumber daya dapat difokuskan pada kasus yang lebih parah.

Singapura saat ini tidak memiliki pasien COVID-19 dalam perawatan intensif. Sementara 42 dirawat di rumah sakit dan 490 lainnya di fasilitas sementara.

MASKER WAJIB

Singapura mewajibkan penggunaan masker di tempat umum pada bulan April.

Meski para ahli mengatakan lebih banyak penelitian perlu dilakukan, ada bukti yang berkembang bahwa memakai masker membantu mengurangi prevalensi dan keparahan virus.

WHO merekomendasikan penggunaan masker dan  kombinasi dengan tindakan jarak sosial lain.

Baca: Alasan Luhut Ditugaskan Jokowi untuk Mengurus Covid-19 di 9 Provinsi Prioritas

"Kami telah mengadopsi budaya masker yang baik di Singapura. Hal ini membuat penyakitnya lebih ringan," kata Leong Hoe Nam, pakar penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura.

KLASIFIKASI

Singapura berpegang teguh pada definisi kasus WHO untuk mengklasifikasikan kematian akibat Covid-19.

Klasifikasi kematian ini tidak termasuk kematian non-pneumonia seperti yang disebabkan oleh masalah darah atau jantung di antara pasien Covid-19 dalam penghitungan resmi.

Baca: Daftar 34 Daerah Covid-19 yang Berubah dari Zona Merah ke Zona Kuning, Termasuk Jakarta dan Jatim

"Saya yakin jika WHO merevisi definisi kasus, beberapa kematian non-pneumonia akan diklasifikasikan ulang dan angka kematian akan berubah," kata Paul Tambyah, presiden Asia Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection, tanpa menyebutkan secara spesifik seberapa besar kemungkinannya akan bergeser.

Kementerian Kesehatan mengatakan pendekatannya konsisten dengan praktik internasional meski beberapa negara seperti Inggris telah mengambil perhitungan yang lebih luas.

Fisher dari NUH mengatakan setiap perubahan dari reklasifikasi di Singapura akan tipis.

(Tribunnewswiki/Tyo/Kontan/Wahyu T.Rahmawati)

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul "Ini sebab angka kematian Covid-19 Singapura paling rendah di dunia"



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer